BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha yang sadar yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Suatu komunikasi sangat diperlukan dalam pembelajaran matematika karena matematika bukan sekedar alat bantu untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga merupakan alat untuk megkomunikasikan berbagai ide atau gagasan. Selain itu matematika juga merupakan aktivitas sosial, wahana interaksi antar siswa, dan sebagai alat komunikasi antara guru dengan siswa.
Mentransfer konsep melalui informasi atau ceramah belum tentu menghasilkan konsep yang jelas secara keseluruhan, terkadang justru bisa menimbulkan salah konsep. Oleh Karena itulah, diperlukan sebuah metode yang bisa meningkatkan pemahaman siswa dalam bidang Matematika dan menimbulkan suatu komunikasi matematika.
Salah satu upaya untuk membangun komunikasi matematika siswa adalah melalui penerapan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi satu sama lain dan lebih aktif adalah odel pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran kooperatif ini siswa dituntut untuk aktif mengkomunikasikan gagasan matematis kepada teman sekelompok maupun kepada guru. Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe. Salah satu tipe model pembelajarn kooperatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah tipe Two Stay Two Stray.
BAB II
PEMBAHASAN
TWO STAY TWO STRAY
A. Pengertian Two Stay Two Stray
Dalam interaksi belajar mengajar terdapat berbagai macam model pembelajaran yang bertujuan agar proses belajar mengajar dapat berjalan baik. Hal ini juga bertujuan untuk menciptakan proses belajar mengajar aktif serta memungkinkan timbulnya sikap keterkaitan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar secara menyeluruh ( http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-two.html diakses pada tanggal 2 Desember 2012 ).
Suyatno (2009) menyatakan model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tipe, diantaranya Student Teams Achievement Division (STAD), Numbered Heads Together (NHT), Jigsaw, Think Pairs Share (TPS), Teams Games Turnament (TGT), Group Investigation (GI), Teams Assisted Individualy (TAI), dan Two Stay Two Stray (TSTS).
Dalam bukunya, Lie menjabarkan berbagai macam teknik dalam Cooperative Learning, salah satu diantaranya adalah sebagai dua tinggal dua tamu. Teknik belajar mengajar Two Stay Two Stray (TSTS). Teknik ini bisa digunakan oleh semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik (Anita Lie, 2002: 60).
Dalam proses pengajaran yang baik adalah yang dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dengan adanya komunikasi dua arah antara guru dengan peserta didik yang tidak hanya menekan pada apa yang dipelajari tetapi menekan bagaimana ia harus belajar. Salah satu alternatif untuk pengajaran tersebut adalah menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS). Penerapan model pembelajaran yang bervariasi akan mengatasi kejenuhan siswa sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahu 1992. TSTS berasal dari bahasa Inggris yang berarti “dua tinggal dua tamu”. (Isjoni, 2009 : 78). Lie (dalam Yusritawati, 2009:14) menyatakan, “Struktur Two Stay Two Stray yaitu memberi kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain”
Pengertian model pembelajaran two stay two stray menurut para ahli yaitu :
1. Menurut Suyatno (2009) model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap dikelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, dan laporan kelompok.
2. Menurut Suprijono (2009) model pembelajaran kooperatif tipe TSTS atau dua tinggal dua tamu diawali adalah model pembelajaran yang diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi intrakelompok selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka telah selesai melaksanakan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah kembali ke kelompok asal, baik siswa yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan
(http://yusiriza.wordpress.com/2011/07/20/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-two-stay-two-stray-tsts/ diakses pada tanggal 2 Desember 2012 )
Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajran two stay two stray adalah model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi / bertemu antar kelompok untuk berbagi informasi.
Hal ini membuat siswa aktif di dalam kegiatan belajar mengajar. Anita Lie berpendapat bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan seseuatu yang dilakukan terhadap siswa (Anita Lie, 2002:51), sehingga siswa ditempatkan sebagai peserta yang aktif dalam belajar. Keaktifan siswa ini membuat pelajaran di kelas menjadi lebih efektif.
Teknik ini merupakan salah satu bentuk kelompok yang anggotanya empat orang, dimana bagi kelompok lain yang datang bertamu, sedangkan dua lainnya akan berkunjung ke kelompok lain guna mencari informasi lebih lanjut mengenai tugas yang ada. (Anita Lie, 2002: 60). Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya.
Dengan demikian, pada dasarnya kembali pada hakekat keterampilan berbahasa yang menjadi satu kesatuan yaitu membaca, berbicara, menulis dan menyimak. Ketika siswa menjelaskan materi yang dibahas oleh kelompoknya, maka tentu siswa yang berkunjung tersebut melakukan kegiatan menyimak atas apa yang di jelaskan oleh temannya. Demikian juga ketika siswa kembali ke kelompoknya untuk menjelaskan materi apa yang di dapat dari kelompok yang dikunjungi. Siswa yang kembali tersebut menjelaskan materi yang di dapat dari kelompok lain, siswa yang bertugas menjaga rumah menyimak hal yang dijelaskan oleh temannya.
Dalam proses pembelajaran dengan model two stay two stray, secara sadar ataupun tidak sadar, siswa akan melakukan salah satu kegiatan berbahasa yang menjadi kajian untuk ditingkatkan yaitu keterampilan menyimak. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif TSTS seperti itu, siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan menyimak secara langsung, dalam artian tidak selalu dengan cara menyimak apa yang guru utarakan yang dapat membuat siswa jenuh.
Sedangkan tanya jawab dapat dilakukan oleh siswa dari kelompok satu dan yang lain, dengan cara mencocokan materi yang didapat dengan materi yang disampaikan. Dengan begitu, siswa dapat mengevaluasi sendiri, seberapa tepatkah pola pikirnya terhadap suatu konsep dengan pola pikir nara sumber. http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-two.html
B. Prinsip Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan untuk bekerja sama dalam tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator (Wena, 2008 : 189) Prinsip penggunaan pembelajaran two stay two stray yaitu untuk menumbuhkan serta membangkitkan minat, motivasi siswa dan kreativitas dalam proses pembelajaran. Disini guru dapat mengajarkan pada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi untuk menuntaskan materi belajarnya (permasalahan). Guru dapat melihat serta mengetahui tingkat interaksi siswa dengan siswa lainnya serta menumbuhkan semangat kerjasama dan paham demokrasi dalam bermusyawarah karena dalam metode ini komponen emosional lebih penting daripada intelektual
C. Tujuan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
Dalam model pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa.
Dalam model pembelajaran kooperatif TSTS ini memiliki tujuan yang sama dengan pendekatan pembelajaran kooperatif yang telah di bahas sebelumnya. Siswa di ajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar.
Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif TSTS seperti itu, siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan menyimak secara langsung, dalam artian tidak selalu dengan cara menyimak apa yang guru utarakan yang dapat membuat siswa jenuh. Dengan penerapan model pembelajaran TSTS, siswa juga akan terlibat secara aktif, sehingga akan memunculkan semangat siswa dalam belajar (aktif)
D. Ciri-Ciri Dan Manfaaat Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
Ciri – ciri model pembelajaran ini yaitu :
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu
Menurut penelitian Linda Lundgren, dalam ibrahim (2000) pembelajaran seperti ini memiliki manfaat sebagai berikut :
a. Meningkatkan penurunan waktu pada tugas
b. Motivasi belajar lebih besar
c. Pemahan lebih mendalam
d. Hasil belajar lebih tinggi
e. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
f. Periku mengganggu menjadi lebih kecil (Muslimin Ibrahim, 2000:18)
E. Aplikasi Pembelajaran Two Stay Two Stray Pembelajar Matematika
Dalam uraian di atas telah dijelaskan bahwa pendekatan Cooperative Learning dengan teknik Two Stay Two Stray adalah merupakan kerja kelompok dimana dalam satu kelompok, bilamana adanya kemitraan belajar antara guru dan siswa dalam dimensi akademis, sehingga menumbuhkan iklim kebersamaan dan keterbukaan selama berlangsungnya proses belajar mengajar.
Diharapkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapan meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.
Kemungkinan siswa memiliki kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi selama dan setelah diskusi dalam kelompok kooperatif daripada mereka mungkin bekerja selama individual atau kompetitif. Jadi materi yang dipelajari siswa akan melekat pada periode waktu yang lebih lama. Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray bisa memberi sedikit gambaran pada siswa mengenai kenyataan kehidupan di masyarakat karena sesungguhnya dalam kehidupan sehari – hari, manusia tidak bisa hidup sendiri dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka dapat dipastikan mebutuhkan hadirnya orang lain (Agus Suprijo, 2011 : 58)
Berbagai temuan penelitian memperlihatkan bahwa pendekatan Cooperative Learning dengan teknik Two Stay two Stray membantu guru dan siswa dalam mempelajari pendidikan secara lebih baik sehingga hasil belajar akan meningkat.
Menurut Slavin (1990) dalam Suatu daerah (no.399; 2004 : 48) telah menemukan bahwa 86 persen dari keseluruhan siswa yang diajar dengan pendekatan Cooperative learning memiliki prestasi belajar yang tinggi dalam pendidikan dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran lainnya.
F. Langkah – Langkah Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
Lie (dalam Yusritawati, 2009:14) menyatakan, “Struktur Two Stay Two Stray yaitu memberi kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain”. Adapun langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray seperti yang diungkapkan, antara lain:
a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa.
Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen seperti pada pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan (Peer Tutoring) dan saling mendukung.
b. Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompoknya masing-masing.
Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir.
c. Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang.
Jadi disini adanya saling keterkaitan dan kerjasama baik antara setiap anggota kelompok maupun dengan kelompok lainnya
d. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain.
Tujuannya supaya mereka dapat bertukar informasi satu sama lain.
e. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
Berarti disini tuan rumah harus benar – benar memahami apa yang akan mereka sampaikan supaya apa yang mereka sampaikan itu merupakan informasi yang memang dapat membantu tamunya agar dapat diberitahukan kepada anggota kelompoknya masing – masing.
f. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
Setelah tamu berhasil mencari informasi dari kelompok lain, kemudian mereka memberitahukan apa yang telah mereka kepada kelompoknya masing – masing.
g. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
h. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.
Dibawah ini merupakan salah satu contoh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dalam pembelajaran matematika dengan materi aritmetika sosial :
a. Penjelasan singkat oleh guru terhadap materi aritmetika sosial yang akan dibahas. Guru memimpin pembentukan kelompok dan memotivasi siswa.
- Misalnya saja disini terdiri dari 40 orang sehingga dapat dibentuk menjadi 10 kelompok dengan anggota masing – masing kelompok sebanyak 4 orang. Anggota-anggota kelompoknya bersifat heterogen.
b. Guru memberikan sub pokok bahasan kepada setiap kelompoknya. Kemudian guru meminta siswa untuk menjelaskan jawaban pokok bahasan aritmetika pada tiap kelompok dan mendiskusikannya.
Misalnya disini guru menyiapkan 5 kartu pembelajaran.
• Untuk kelompok 1 dan 2 membahas mengenai harga pembelian dan harga penjualan,
• Untuk kelompok 3 dan 4 untung dan rugi.
• Untuk kelompok 5 dan 6 membahas mengenai presentase untung dan rugi
• Untuk kelompok 7 dan 8 membahas mengenai perhitungan harga jual dan harga beli jika presentase untung dan rugi diketahui
• Untuk kelompok 9 dan 10 membahas mengenai rabat, bruto, Tara dan Neto
Guru sudah menyiapkan soal yang harus d kerjakan oleh siswa
Contoh soalnya yaitu :
1. seseorang membeli barang dengan harga Rp. 25.000 tiap lusin, barang tersebut dijual dengan harga Rp. 2.500 per buah.
- Berapakah harga pembelian tiap buah ?
- Berapakah harga penjualan tiap lusin ?
2. Dengan harga penjualan Rp. 16.000 seorang pedagang menderita kerugian 20 % maka harga pembelian harga barang itu adalah,,,
- tentukan untung atau rugi kopersi sekolah tersebut ?
- berapa besarnya ?
3. Koperasi sekolah membeli 15 lusin buku tulis dengan harga Rp.18.000 tiap lusin. Kemudian 80 buah dijual dengan harga Rp.2.000 tiap buah dan sisanya dijual dengan harga Rp. 2.100 tiap buahnya.
4. Pemilik sebuah toko mendapatkan kiriman 100 karung beras dari Dolog, yang masing – masing pada karungnya tertera tulisan bruto 114 kg, tara 2 kg. Neto kiriman yang diterima pemilik toko..... (Ade sumarna, 2008 : 39)
Guru memberikan soal aritmetika sosial untuk diselesaikan oleh siswa secara berkelompok.
c. Setelah itu guru melakukan pemantauan terhadap kerja dari kelompok. Setelah selesai membahas secara berkelompok kemudian melakukan mobilitas teknik two stay two stray
d. Setalah dirasa cukup cukup masing-masing kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk diam ditempatnya berperan sebagai tuan rumah sedangkan sisanya yang akan menjadi tamu dikelompok lain
Karena anggota disini ada 4 orang tiap kelompok maka 2 orang menjadi tuan rumah dan dua orang menjadi tamu.
Kelompok 1 bertamu ke kelompok 3
3 bertamu ke kelompok 5
5 bertamu ke kelompok 7
7 bertamu ke kelompok 9
9 bertamu ke kelompok 1
2 bertamu ke kelompok 4
4 bertamu ke kelompok 6
6 bertamu ke kelompok 8
8 bertamu ke kelompok 10
10 ertamu ke kelompok 2
e. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
f. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. Dengan dituntun oleh guru setiap kelompok menyerahkan hasil dari tugas setelah membahas secara bersama-sama materi apa saja yang mereka dapat setelah bertamu ke kelompok lain sehingga dari situ mereka akan mendapatkan suatu informasi tentang apa yang mereka dapatkan dan menjelaskannya kepada kelompok mereka sendiri. Begitu dan seterusnya bergantian hingga masing-masing anggota kelompok pernah merasakan peran sebagai tuan rumah maupun tamu.
g. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
Dari situ maka dapat di tarik sebuah kesimpulan sehingga berdapatkan informasi yang mereka dapatkan dari bertamu dapat membantu mereka untuk dapat menjawab pertanyaan – pertanyaan dari guru tersebut.
Misalnya saja karena sebelumnya mereka telah mendapkan informasi mengenai materi aritmetika sosial dari setiap kelompok lain, sehingga dari situ mereka dapat menjawab pertanyaan – pertanyaan yang telah di siapkan oleh guru.
Contohnya :
• Pada soal nomor satu mereka dapat menjawabnya berdasarkan informasi yang telah mereka dapatkan dari kelompok 1 atau 2 mengenai materi harga pembelian dan harga penjualan.
• Pada soal nomor dua mereka dapat menjawabnya berdasarkan informasi yang telah mereka dapatkan dari kelompok 7 atau 8 mengenai perhitungan harga jual dan harga beli jika presentase untung dan rugi diketahui
• Pada soal nomor tiga mereka dapat menjawabnya berdasarkan informasi yang telah mereka dapatkan dari kelompok 3 atau 4 mengenai untuk dan rugi
• Pada soal nomor empat mereka dapat menjawabnya berdasarkan informasi yang telah mereka dapatkan dari kelompok 9 atau 10
h. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.
Berdasarkan uraian di atas menurut saya cukup menggambarkan bagaiman proses pembelajaran dengan teknik two stay two stray.
G. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
1. Kelebihan metode pembelajaran teknik two stay two stray menurut Nurhadi ( 2004:116) yaitu :
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap ketermapilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan – pandangan
c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial
d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai- nilai sosial dan komitmen
e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois
f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa
g. Meningkatkan rasa percaya kepada sesama manusia
h. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif
i. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik
j. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.
2. Kelemahan metode pembelajaran teknik two stay two stray :
a. Persiapan dan proses pembelajaran membutuhkan waktu yang cukup lama
b. Memberikan rangkuman materi kepada tiap kelompok siswa sehingga biaya relatif mahal
c. Dalam penilaian, siswa yang pandai merasa tidak adil
d. Dalam proses belajar mengajar, guru tidak banyak bicara
e. Menimbulkan rasa minder apabila tidak dapat mengerjakan tugas baginya
f. Meningkatkan rasa bersaing antara kelompok yang negatif
g. Menimbulkan rasa iri cenderung menonjol
h. Munculnya rasa tergantungan yang negatif pada anggota kelompok lainnya Muslimin Ibrahim, 2000 : 18)
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan mengenai Two Stay Two Stray di atas maka dapat disimpulkan bahwa Tray Stay Two Stray merupakan salah satu teknik yang ada dalam Cooperative Learning, dimana siswa akan dibagi menjadi kelompok-kelompok belajar dalam pembelajaran di kelas. Two stay Two stray menuntut siswa untuk lebih efektif akan tercapai. Namun Two stay Two stray juga memiliki beberapa kekurangan dan kelebihannya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model TSTS adalah siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Kekurangannya model pembelajaran TSTS adalah teknik ini membutuhkan persiapan yang matang karena proses belajar mengajar dengan model TSTS membutuhkan waktu yang lama dan pengelolaan kelas yang optimal. Selain itu berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disarankan bahwa dalam menerapkan model Two Stay Two Stray hendaknya disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan oleh guru. Bagi guru selanjutnya disarankan agar tidak hanya menilai hasil belajar tapi juga menilai segala aktivitas atau keaktifan setiap siswa dalam melaksanakan langkah-langkah model ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, Muslimin dkk. Pembelajaran Kooperatif.Surabaya:UNESA,University Press.2000
Isjoni. Cooperatif Learning. Bandung :Alfabeta. 2009
Sumarna, Ade. Buku Pintar Matematika SMP Lengkap.Bandung : Epsilon Grup.2008
Lie, Anita.Cooperative Learning : Mempraktikan Cooperative Learning di Kelas-kelas.Jakarta :Grasindo.2002
Nurhadi, Kurikulum 2004, Jakarta: Grasindo, 2004
Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer.Jakarta : Bumi Aksara. 2009
http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-two.html
http://yusiriza.wordpress.com/2011/07/20/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-two-stay-two-stray-tsts/
0 komentar:
Posting Komentar