BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Belajar merupakan hal yang vital dalam kehidupan manusia,
karena sebagian besar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan
belajar. Begitipula bahwasanya belajar merupakan hal yang vital dalam
pendidikan bisa disimpulkan bahwa tiada pendidikan tanpa belajar. Menurut Surya sebagaimana yang dikutip oleh Dr. Eti Nurhayati, M.Si
(2010 : 17 ) mendefinisikan belajar merupakan proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai
hasil dari pengalaman individu dalam beinteraksi dengan lingkungannya,
perubahan yang dimaksud hanyalah perubahan yang mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Perubahan
yang disadari dan disengaja
b. Perubahan
yang berkesinambungan
c. Perubahan
yang fungsional
d. Perubahan
yang bersifat positif
e. Perubahan
yang bersifat aktif
f. Perubahan
yang bersifat perrmanen
g. Perubahan
yang bertujuan dan terarah
h. Perubahan
perilaku secara keseluruhan
Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh
dua pelaku yaitu guru dan siswa. Guru berperan sebagai pengajar dan siswa
bertugas untuk belajar. Kegiatan pembelajaran berkait dengan bahan
pembelajaran. Bahan pembelajaran bisa berupa pengetahuan, nilai-nilai
kesusilaan, seni, agama, sikap dan keterampilan. Hubungan antara ketiganya
yaitu hubungan antara guru, siswa dan bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks.
Dewasa ini, jika ditilik dalam dunia
pendidikan dan kemudian dikaitkan dengan tujuan pendidikan seperti yang tertulis
dalam UU no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 4
dikemukakan : “Pendidikan nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Ngalim Purwanto (2006 : 38).
Bahwasanya tujuan pendidikan belum
tercapai secara maksimal, khususnya dalam pembelajaran matematika. Nah, untuk
mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dalam upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa salah satu terpentingnya yaitu sang guru harus
cermat dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran yang akan
digunakan dalam kegiatan pembelajran. Alasan mengapa kegiatan pembelajaran saat
ini dikatakan belum bermakna karena guru
terlalu banyak memberikan bimbingan sehingga peserta didik belum terbiasa untuk
belajar secara mandiri, dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa cenderung bersikap pasif.
Mereka menerima apa yang disampaikan guru dan melakukan apa yang diminta oleh
guru, kemampuan penalaran siswa belum
berkembang karena dalam kegiatan pembelajaran lebih banyak dibahas masalah
(soal-soal) yang sifatnya rutin atau masalah-masalah tertutup (close
problems) yang hanya mempunyai satu jawaban yang benar atau soal-soal yang
sudah jelas langkah penyelesaiannya.
Disini, guru dituntut dapat
memilih model pembelajaran yang dapat mengacu semangat setiap siswa untuk
secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya. Salah satu alternatif
model pembelajaran yang memumngkinkan dikembangkannya keterampilan berpikir
siswa dalam memecahkan masalah adalah pembelajaran berbasis masalah.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian model pembelajaran problem open – ended?
2. Apa
prinsip yang terkandung dalam model pembelajaran problem open – ended?
3. Bagaimana
langkah yang dibutuhkan dalam proses penggunaan model pembelajaran problem open
– ended?
4. Apa
kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran problem open – ended?
5. Apa
materi matematika yang digunakan dalam model
pembelajaran problem open – ended?
6. Bagaimana
pengaplikasian model pembelajaran problem open – ended dalam materi matematika?
C.
Tujuan
Masalah
1. Dapat
memahami pengertian model pembelajaran problem open – ended.
2. Dapat
mengetahui prinsip yang terkandung dalam model pembelajaran problem open –
ended.
3. Dapat
memahami langkah-langkah dalam model pembelajaran problem open – ended.
4. Dapat
mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran problem open –
ended.
5. Dapat
memahami materi matematika yang digunakan dalam
model pembelajaran problem open – ended.
6. Dapat
mengaplikasikan model pembelajaran problem open – ended dalam materi
matematika.
BAB
II
PEMBAHASAN
Menurut Tan dalam buku Rusman (
2011 : 229) pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran
karena dalam pembelajaran berbasis masalah kemampuan berfikir siswa betul-betul
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,
sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan
kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan. Untuk pendekatan open-ended prinsipnya sama dengan
pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang dalam
prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Bedanya Problem
yang disajikan memiliki jawaban benar lebih dari satu
A.
Pengertian
Model Pembelajarn Problem Terbuka (open-ended)
Secara konseptual problem terbuka atau open-ended problem
dapat dirumuskan sebagai masalah atau soal-soal matematika yang dirumuskan
sedemikian rupa sehingga memiliki beberapa atau bahkan banyak solusi yang benar
dan dapat menggunakan berbagai cara dalam mencapai solusi tersebut.
Menurut Eko Prasetyo dalam Anisatul Fitri (2012 :14)
pembelajaran berbasis masalah open-ended adalah pembelajaran yang menekankan
penyajian masalah-masalah yang bersifat terbuka yaitu masalah yang
diformulasikan memiliki satu jawaban benar dan beberapa cara penyelesaian
masalah. Sedangkan menurut Suherman (2003 : 113) pembelajaran dengan pendekatan
open-ended biasanya dimulai dengan memberikan problem terbuka kepada siswa dan
kegiatan pembelajaran harus membawa siswa dalam menjawab permasalahan dengan
banyak cara dan mungkin juga banyak jawaban (yang benar) sehingga mengundang
potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang
baru. Pembelajaran ini memberikan kebebasan individu untuk mengembangkan
berbagai cara dan strategi pemecahan masalah sesuai dengan kemampuan
masing-masing peserta didik serta memberikan ruang yang cukup bagi peserta
didik untuk mengeksplorasi permasalahan sesuai kemampuan, bakat, dan minatnya,
sehingga peserta didik yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi dapat
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan matematika, dan peserta didik dengan
kemampuan lebih rendah masih dapat menikmati kegiatan matematika sesuai dengan
kemampuannya.
Open-ended tidaklah hanya berorientasi pada hasil tapi open-ended
justru berorientasi pada proses mendapatkan cara menyelesaikan masalah pada
soal yang diberikan. Tujuan pembelajaran open- ended menurut Nohda dalam
Suherman (2003 : 114) adalah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan
pola pikir matematis siswa melalui problem solving secara simultan. Jadi, bisa
disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis problem open-ended adalah pembelajaran
yang memberikan ruang yang cukup bagi siswa untuk dapat mengeksplorasi
permasalahn sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing siwa dengan
tujuan siswa dapat mengembangkan kekreatifitasannya dalam meyelesaikan masalah.
Misalnya, pada saat siswa mengerjakan soal-soal matematika, siswa menggunakan
keteramilan berfikir dan memecahkan masalah, kemampuan pemecahan masalah akan
muncul dalam menyelesaikan masalah dengan dengan variasi jawaban yang berbeda
dari setiap siswa. sehingga dengan penerapan model pembelajaran problem
open-ended kemampuan siswa dalam memecahkan masalah akan meningkat.
B.
Prinsip
Dasar Model Pembelajarn Problem Terbuka (open-ended)
Menurut Haryani dalam Euis Istiqomah (2012: 30) Open – ended
memiliki prinsip keterbukaan dan keterbukaan tersebut terbagi menjadi tiga
prinsip, yaitu:
1) Kegiatan siswa harus terbuka, maksudnya
adalah kegiatan pembelajaran harus mengakomodasi kesempatan siswa untuk
melakukan segala sesuatu secara bebas sesuai dengan kehendak mereka.
2) Kegiatan matematika merupakan ragam
berpikir. Kegiatan matematika adalah kegiatan yang didalamnya terdapat proses
pengabstraksian dari pengalaman nyata kedalam dunia matematika dan atau
sebaliknya.
3) Kegiatan siswa dan kegiatan matematika
merupakan satu kesatuan. Dalam pembelajaran matematika guru diharapkan dapat
mengangkat pengalaman berfikir dalam matematika sesuai dengan kemampuan
individu. Guru bisa mengajarkan siswa melalui kegiatan matematika tingkat
tinggi atau kegiatan matematika yang mendasar. pendekatan unilateral semacam
ini dapat dikatakan teruka terhadap kebutuhan siswa ataupun terbuka terhadap
ide0ide matematika.
Kegiatan siswa dan kegiatan matematik dikatakan terbuka
secara simultan dalam pembelajaran, jika kebutuhan dan berfikir matematik siswa
diperhatikan guru melalui kegiatan-kegiatan metematik yang bermanfaat untuk
menjawab permasalahan lainnya. dengan kata lain ketika siswa melakukan kegiatan
matematik pada tingkatan berfikir yang lebih tinggi dengan demikian, guru tidak
perlu mengarahkan agar siswa memecahkan permasalahan dengan cara atau pola yang
sudah ditentukan, sebab akan menghambat kebebasan berfikir siswa untuk
menemukan cara baru dalam menyelesaikan masalah.
C.
Mengkonstruksi
Problem
Berdasarkan penelitian di Jepang yang dilakukan oleh TIM
MKPBM UPI dalam Ika Yuliyanti (2012:25) mengemukakan beberapa hal yang dapat
dijadikan acuan dalam mengkreasi problem tersebut, diantaranya adalah:
1) Sajikan permasalahan melalui situasi
fisik yang nyata dimana konsep-konsep matematika dapat diamati dan dikaji
siswa.
2) Soal-soal pembuktian dapat dirubah
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan hubungan dan sifat-sifat dai
variabel dalam persoalan itu.
3) Berikan beberapa latihan serupa
sehingga siswa dapat menggeneralisasikan dari pekerjaannya.
v Mengembangkan Rencana Pembelajaran
Menurut TIM MKPBM dalam Ika Yulianyanti (2012 : 25) ada hal
- hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran problem itu ditampilkan
dikelas adalah:
a. Problem harus mendorong siswa untuk
berfikir dari berbagai sudut pandang juga harus kaya dengan konsep-konsep
matematika yang sesuai untuk siswa berkemampuan tinggi maupun rendah dengan
menggunakan berbagai strategi sesuai dengan kemampuannya.
b. Pada saat siswa menyelesaikan problem
open ended, mereka harus menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah
mereka punyai. Jika guru memprediksi bahwa persoalan itu diluar jangkauan
siswa, maka problem itu harus dirubah atau diganti dengan problem yang ada
dalam wilayah pemikiran siswa.
Saran yang dapat diajukan terkait dengan
pelaksanaan model pembelajaran problem open
ended dalam pembelajaran Matematika, sebagai berikut.
1)
Model
pembelajaran problem open ended hendaknya dilaksanakan dalam setting belajar koperatif agar siswa
bisa saling berdiskusi dan masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab
terhadap keberhasilan kelompoknya.
2)
Penyajian
masalah, hendaknya lebih banyak mengarah pada open-ended problem agar
kreativitas berpikir siswa bisa berkembang. Hal ini agar dirancang lebih awal
dan dipersiapkan dengan baik (bila perlu dirancang dalam LKS).
3)
Penyajian open-ended
problem hendaknya dimulai dari masalah yang sederhana, sampai siswa merasa
tertantang dan tumbuh motivasi belajarnya, baru disajikan masalah yang lebih
kompleks.
4)
LKS hendaknya diberikan pada masing-masing siswa,
agar mereka dapat berdiskusi lebih baik dan tidak terjadi saling tarik menarik
LKS.
5)
Guru dalam kegiatan pembelajaran hendaknya
mengontrol kegiatan diskusi masing-masing kelompok dan memberi bantuan pada
saat-saat yang diperlukan saja.
6)
Waktu untuk mendiskusikan LKS hendaknya dibatasi,
sesuaikan dengan waktu yang tersedia dan banyaknya materi yang dibahas.
D.
Langkah-Langkah
Pembelajaran Model Pembelajarn Problem Terbuka (open-ended)
Menurut Eko Prasetyo langkah-langkah pembelajaran matematika
berbasis problem open-ended adalah sebagai berikut:
1. Guru memberikan masalah terbuka kepada
siswa. Masalah yang diberikan tentunya dirasa mampu diselesaikan oleh siswa
dengan banyak cara bahkan mungkin juga banyak jawaban sehingga mengacu
kemampuan dan pengalaman siswa dalam proses menemukan pengetahuan baru.
Pembelajaran matematika dengan open-ended dimulai dengan
membagi kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang, masing-masing
anggotanya heterogen, pembentukan
kelompok secara heterogen mampu menciptakan suasana belajar yang lebih
kondusif. Hampir semua siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan diskusi.
Terkait dengan belajar berkelompok, dilakukan juga pengumpulan pekerjaan
masing-masing anggota kelompok untuk memperoleh skor kelompok. Jika ada salah
satu anggota kelompok yang hasil pekerjaannya salah, akan mempengaruhi nilai
kelompoknya. Dengan menerapkan cara seperti itu, bisa memotivasi siswa untuk
mau saling bantu, yang kemampuannya ‘lebih’ mau membantu yang ‘kurang’ begitu
juga yang kemampuannya ‘kurang’ tidak segan-segan bertanya kepada temannya yang
‘lebih mampu’. dengan
mengelompokkan siswa kedalam beberapa kelompok, kemudian guru memberikan materi
pengantar atau konsep dalam aritmatika sosial.
Selanjtnya guru memberikan kepada siswa suatu permasalahn
sesuai dengan konsep yang telah diberikan berupa LKS.
Peristiwa 1.
Bu Tuti seorang pedagang buah-buahan membeli buah anggur dari petani seharga
Rp5.000,00 per kg. Bu Tuti
menjual anggur tersebut dengan harga Rp6.000,00 per kg. Apabila dihitung dalam persen, berapakah keuntungan yang diperoleh Bu Tuti per kg anggur?
2. Siswa melakukan kegiatan untuk menjawab
masalah yang diberikan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memikirkan jawaban atas permasalahan yang diberikan secara individu. guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban atas permasalahan
yang diberikan secara individu
3.
Memberikan
waktu yang cukup kepada siswa agar mereka bisa mengeksplorasi masalah. Disini,
guru harus memperkirakan waktu yang dibutuhkan siswa dalam memecahkan masalah
yang diberikan. Bobot waktu yang diberikan guru sesuai dengan permasalahn yang
diberikan.
4. Siswa melakukan kegiatan untuk menjawab
masalah yang diberikan. Karena masalah yang disajikan diatas masih dirasa mudah
sehingga kemungkinan hampir semua siswa bisa memecahkannya dan tentu tidak
menghabiskan waktu yang terlalu lama.
Dengan Keberhasilan siswa
mengerjakan soal di atas sehingga mampu memotivasi semangat belajar mereka.
Pada saat demikian, maka permasalahan dikembangkan menjadi lebih kompleks
sebagai berikut.
Peristiwa 2.
Simak kembali
peristiwa 1.
Bu Tuti membeli buah anggur dari petani seharga Rp5.000,00 per kg. Bu Tuti ingin mendapat keuntungan dari penjualan
anggur tersebut. Berapakah harga jual buah anggur yang harus dilakukan oleh Bu Tuti? Kemudian tentukanlah persentase keuntungan yang diperoleh Bu Tuti?
Peristiwa 2
ini mungkin bisa dijawab oleh
sebagian besar siswa, namun guru harus benar-benar cermat dalam
mengoreksi jawaban para siswa karena dikhawatirkan siswa akan memberikan alasan
yang tidak realistik. Sebagai contoh,
harga jual buah anggur yang harus dilakukan oleh Bu Tuti adalah Rp50.000,00 sehingga Bu Tuti mendapat keuntungan Rp45.000,00. Hal ini
sangat kecil kemungkinan terjadi dalam kehidupan nyata. Sehingga dalam
belajar matematika seperti ini siswa harus dilatih untuk berfikir secara
realistis.
Pada tahap
akhir permasalahan yang disajikan pada siswa dibuat semakin kompleks, selain
siswa dapat memecahkan masalah yang diberikan guru juga siswa mampu melatih daya nalarnya. Permasalahan yang
disajikan pada tahap akhir, seperti contoh berikut.
Peristiwa 3.
Simak kembali peristiwa 1 dan 2.
Diketahui: Toko Bu Tuti bisa menampung paling banyak 100 kg anggur dan modal yang
dimiliki oleh Bu Tuti adalah Rp450.000,00. Selain itu, Bu Tuti juga ingin mendapat keuntungan paling
sedikit Rp50.000,00. Apa yang harus dilakukan oleh Bu Tuti? Kemudian tentukan persentase keuntungan yang diperoleh Bu Tuti!
Pada saat mengerjakan soal ini, siswa sudah
mengerti bahwa jawaban yang diinginkan tidak tunggal. Dalam mengerjakan masalah
ini, mereka tidak bisa lagi mengerjakan dengan sebebas yang mereka lakukan
ketika mengerjakan masalah pada peristiwa 2. Dalam hal ini mereka bebas
melakukan pilihan, tetapi dalam batas-batas yang telah ditentukan.
Penyajian masalah seperti tersebut di atas mampu
mengembangkan kreativitas berpikir siswa. Mereka mengerjakan sesuatu dengan
langkah-langkah yang dapat dipertanggungjawabkan. Ada berbagai variasi jawaban
yang muncul dengan alasannya masing-masing. Kegiatan ini membiasakan siswa
untuk bekerja dengan penuh tanggung jawab.
Penyajian
masalah yang dilakukan secara bertahap dari bentuk sederhana menuju yang
kompleks, mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya. Kreativitas
berpikir siswa bisa berkembang dan mereka lebih berani untuk mengkomunikasikan
ide-idenya. Penyajian masalah yang bisa dikaitkan langsung dengan kehidupan
sehari-hari siswa, menyadarkan mereka bahwa Matematika tidak sekadar latihan
hitung menghitung. Semua kemampuan yang mereka peroleh ini akan sangat berguna
bagi kehidupan mereka ketika terjun di masyarakat.
5. Siswa membuat rangkuman atas hasil
penemuan yang mereka dapatkan.
6. Diskusi kelas mengenai strategi dan
pemecahan masalah dari masalah yang diberikan guru kemudian menyimpulkan dengan
melalui bimbingan guru.
E.
Penggunaan
Model Pembelajaran Problem Open-Ended dalam Materi Aritmatika Sosial
1. Dalam Perdagangan
2. Perhitungan Barang – Barang dalam
Kemasan
Keterangan :
Bruto = Berat barang termasuk berat kemasan yang dipakai
untuk membungkus.
Netto = Berat bersih barang (hanya isi)
Tara = Berat kemasan yang dipakai
3. Perhitungan tabungan
|
|
|
|||||||||
|
||||||||||
Tahun ke 2
Contoh
soal:
1. Seorang
pedagang buku membeli sebuah lemari buku dengan harga Rp150.000,00. Supaya
untung 18% berapakah lemari itu harus dijualnya?
Jawab.
Untuk menjawab permasalahan tersebut maka harus
dihitung dulu besarnya keuntungan dalam rupiah sebagai berikut.
Ingat, untung 18% artinya 18% dari harga pembelian.
Jadi:
Untung =
18% x Rp150.000,00
= (18:100
) x Rp150.000,00
=
Rp27.000,00
Dengan demikian lemari buku itu harus dijual dengan
harga berapa ?
2. Seorang
penjual komputer menyatakan bahwa biaya pembuatan atau perakitan sebuah komputer yang
dijualnya adalah Rp2.250.000,00. Setelah
dijual ternyata ia mengalami kerugian sebesar
15%. Dengan harga berapa rupiah komputer
tersebut laku terjual?
Jawab.
Untuk menjawab permasalahan tersebut maka harus dihitung
dulu besarnya kerugian (dalam rupiah) sebagai berikut.
Ingat, rugi 15%
artinya 15 % dari harga pembelian.
Jadi:
Rugi = 15% x Rp2.250.000,00
= (15:100) x Rp2.250.000.00
= Rp33.750,00
Jadi harga jual komputer tersebut adalah
= Rp2.250.000,00 + Rp337.500,00
= Rp2.587.500,00
3. Seorang
pedagang beras berhasil menjual 20 kg beras dengan harga Rp560.000,00. Dalam
penjualan itu pedagang tersebut mendapat untung sebesar 12%. Dengan berapa
rupiah pedagang itu membeli beras per kg?
Jawab.
Diketahui untung = 12%
Misalkan pembelian = 100%,
maka penjualan = 100% + 12% = 112%. Karena yang diketahui harga penjualannya,
maka kita hitung besarnya untung (dalam rupiah) sebagai berikut.
1
Untung(rupiah) =
{untung(%) : harga jual(%)} x penjualan rupiah
=
{(12% : 112%) x Rp560.000,00
=
Rp 60.000,00
Jadi harga pembelian 20 kg beras = Rp60.000,00
harga pembelian 1 kg
beras adalah Rp3.000,00
4. Pada
akhir tahun lalu Ida pergi ke toko pakaian untuk membeli 1 (satu) stel pakaian
dengan harga Rp135.000,00. Berapa rupiah
Ida harus membayar jika toko pakaian itu memberikan diskon sebesar 25% kepada
Ida?
(Catatan: diskon sebesar 25% berarti 25% dari harga normal)
a. Berapa rupiah diskon yang diberikan kepada ida?
b. Berapa rupiah Ida harus membayar untuk membeli
pakaian tersebut?
5.
Pada supermarket “BETA” hampir semua
label harga barang yang dijual belum termasuk PPN sebesar 10%. Jika Pak
Mega membeli sebuah TV dengan label
harga sebesar Rp1.500.000,00 berapa rupiah Pak Mega harus membayar?
Jawab.
PPN 10% = 10% ´
Rp1.500.000,00 = Rp150.000,00
Jadi Pak Mega harus
membayar TV sebesar
= Rp1.500.000,00 +
Rp150.000,00
= Rp1.650.000,00
6. Seorang
pedagang buah membeli 3 kotak buah apel dengan harga Rp840.000,00. Pada setiap
kotak tertulis:
Brutto 40 kg
Netto
35 kg
Pedagang
itu kemudian menjual
kembali buah apel
tersebut dengan harga Rp8.500,00 per kg. Pedagang itu merasa untung atau rugi? Berapa
persen besar keuntungan/kerugiannya?
Jawab.
Harga pembelian = Rp840.000,00
Jumlah berat buah apel = 3 x 35 kg = 105 kg
Harga penjualan 1 kg apel = Rp8.500,00
Harga penjualan seluruhnya = 105 x Rp8.500,00 =
Rp892.000,00
Karena harga penjualan lebih besar daripada harga
pembelian,
berarti pedagang itu memperoleh untung.
Untung =
Rp892.00,00 - Rp840.000,00
=
Rp52.500,00
Persentase keuntungan
= {(52.500 : 840.000) x 100% = 6,25%
F.
Kelebihan
dan Kekurangan Model Pembelajaran Model Pembelajarn Problem Terbuka (open-ended)
Kelebihan dari model
pembelajaran problem open-ended ini antara lain, adalah :
1.
Siswa berpartisipasi lebih aktif
dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
2.
Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam
memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematik secara komprehensif.
3.
Siswa dengan kemampuan matematika
rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
4.
Siswa secara intrinsik termotivasi
untuk memberikan bukti atau penjelasan.
5.
Siswa memiliki pengalaman lebih
banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.
Disamping kelebihan yang dapat
diperoleh dari model pembelajaran problem open-ended terdapat beberapa kelemahan diantaranya:
1.
Membuat dan menyiapkan permasalahan
matematik yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan yang mudah.
2.
Mengemukakan masalah yang langsung
dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami
kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.
3.
Siswa dengan kemampuan tinggi bisa
merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
4.
Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa
kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.
5.
Tidak semua mata pelajaran dapat
menggunakan model pembelajaran ini. Hamdani (2011 : 88)
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Model pembelajaran problem open-ended merupakan jenis model
pembelajaran yang menekankan kepada siswa atau student center, dimana model ini
sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran di kelas. Pada dasarnya problem itu
mendorong siswa untuk berfikir dari berbagai sudut pandang sehingga model ini
melatih daya pikir dan tentunya daya nalar siswa dalam menentukan alasan yang
realistik. Model pembelajaran ini
membuat siswa lebih berpartisipasi lebih aktif dalam proses pembelajaran dan
mengeksplorasi ide-ide siswa, dibalik kelebihan yang ada, model ini memiliki
beberapa kekurangan yaitu ketika siswa
tidak berhasil menemukan pemecahan dari problem yang diberikan oleg gurunya dan
siswa merasa kesulitan dan berakibat proses pembelaaran tidak berjalan baik.
B.
SARAN
Pengajar yang akan menggunakan model pembelajaran problem
terbuka hendaknya bisa memilih materi yang akan digunakan, karena tidak semua
materi matematika bisa diaplikasikan dengan model ini, masalah yang diberikan
oleh guru hendaknya dimulai dari masalah yang sederhana, hal ini bertujuan agar
siswa bisa mengikuti jalannya pembelajaran secara baik karena mereka tidak
langsung terbebani dengan masalah yang sulit untuk dipecahkan.
DAFTAR
PUSTAKA
- Fitri, Anisatul. 2012. Pengaruh Pembelajaran Matematika Berbasis Problem open Ended terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah. Skripsi. IAIN Syekh Nurjati Cirebon (tidak dipublikasikan).
- Istiqomah, Euis. 2012. Analisis Prestasi Siswa dalam pembelajaran Matematikan Model Open-Ended dan disposisi terhadap karakternya. Skripsi. IAIN Syekh Nurjati Cirebon (tidak dipublikasikan).
- Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
- Lestari, Sri. 2005. Kumpulan Rumus Matematika. Tangerang: Kawan Pustaka
·
Nurhayati,
Eti. 2010. Bimbingan Keterampilan dan
Kemandirian Belajar Bandung : Batic Press.
- Purwanto, Ngalim. 2006. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis .Bandung : Remaja Rosda Karya.
- Rusman, . 2011. Model – Model Pembelajaran (Mengembangkan profesionalisme Guru) Jakarta: Raja Grafindo Persada.
- Suherman, Eman. 2003. Evaluasi pembelajarn Matematika. Bandung: Universitas Islam Indonesia.
- Yuliyanti, Ika. 2012. Perbandingan antara pendekatan realisthic mathematic education (RME) dengan open ended terhadap hasil belajar siswa di SMPN Suranenggala . Skripsi. IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Tidak dipublikasikan.
0 komentar:
Posting Komentar