BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan
pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya
pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut,
pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem
pendidikan yang baik diharapkan muncul generaasi penerus bangsa yang
berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses
pendidikan. Dalam proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu
: sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan
sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik
guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila
yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri (Syaiful
Bahri Djamarah, 2002:73).
Guru memegang peran sentral dalam proses belajar
mengajar, untuk itu mutu pendidikan di suatu sekolah sangat ditentukan oleh
kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya (Aqib 2002 : 22).
Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar
mengajar, guru yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu
dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi
lebih efektif dan juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan
membuat senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Upaya yang dilakukan oleh guru yaitu
memilih model pembelajaran yang tepat, menyenangkan dan dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
Berdasarkan maslah tersebut, penulis memilih model pembelajaran tari
bambu karena model pembelajaran ini tepat di terapkan pada kelas VII SMP mata
pelajaran matematika terhadap materi operasi penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat.
B.
Rumusan
Masalah
Beradasarkan
latar belakang masalah di atas, dapat rumuskan masalah tersebut sebagai
berikut.
1. Apakah
pengertian model pembelajaran Tari Bambu?
2. Bagaimanakah
prinsip-prinsip model pembelajaran Tari Bambu?
3. Apakah
langkah-langkah model pembelajaran Tari Bambu?
4. Apakah
kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Tari Bambu?
5. Bagaimanakah
penerapan model pembelajaran Tari Bambu pada mata pelajaran Matematika?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui definisi dan teori model pembelajaran Tari Bambu.
2. Menjelaskan
prinsip-prinsip model pembelajaran Tari Bambu.
3. Untuk
mengetahui langkah-langkah model pembelajaran Tari Bambu.
4. Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Tari Bambu.
5. Menjelaskan
penerapan model pembelajaran Tari Bambu pada mata pelajaran Matematika.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Model Pembelajaran Tari Bambu
Model pembelajaran tari
bambu atau bisa disebut juga bamboo
dancing termasuk dalam salah satu model pembelajaran kooperatif. Model ini
merupakan modifikasi dari teknik lingkaran kecil lingkaran besar yang mana pada
proses pembentukan kelompok diskusi teknik
lingkaran kecil lingkaran besar ini siswa membentuk dua buah lingkaran,
sedangkan pada teknik tari bambu siswa membentuk kelompok yang berjajar dan
saling berhadapan. (Anita Lie, 2008:79).
Belajar kooperatif
adalah istilah yang digunakan dalam prosedur pembelajaran interaktif, dimana
siswa belajar bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan
berbagai masalah. Setiap siswa tidak hanya menyelesaikan tugas individualnya,
tetapi juga berkewajiban membantu tugas sekelompoknya, sampai semua anggota
kelompok memahami suatu konsep. (Kagan,
1992:1).
Belajar kooperatif
adalah strategi belajar yang menggunakan kelompok-kelompok kecil. Setiap
kelompok dengan siswa dari tingkat kemampuan berbeda, menggunakan aktifitas
belajar yang bervariasi untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap suatu
konsep (Johnson dan Johnson, 2001 : 1).
Pendapat Sanjaya dalam
(Rusman, 2011:206) bahwa
Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila:
1) Guru
menekankan pentingnya usaha bersama disamping usaha secara individual.
2) Guru
menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar.
3) Guru
ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri.
4) Guru
menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa.
5) Guru
menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan.
Tujuan akhir yang
ingin dikembangkan dari pembelajaran kooperatif adalah mengoptimalkan
kompetensi individu menjadi kompetensi kelompok dalam mencapai tujuan
pembelajaran bersama, hal ini memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat
terlihat secara aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar, sebagai fondasi
yang baik untuk meningkatkan prestasi siswa.
Pembelajaran dengan
menggunakan model Bamboo Dancing serupa dengan model Inside Outside
Circle. Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menulis-kan
topik tersebut di papan tulis atau dapat pula guru bertanya jawab apa yang
diketahui peserta didik mengenai topik itu. Kegiatan sumbang saran ini
dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik
agar lebih siap meng-hadapi pelajaran yang baru (Agus Suprijono, 2009 : 98).
Di banyak kelas,
keinginan untuk menggunakan teknik Lingkaran Besar Lingkaran Kecil
(Inside-Outside Circle) sering tidak biasa dipenuhi karena kondisi penataan
ruang kelas yang tidak menunjang. Tidak ada cukup ruang di dalam kelas untuk
membentuk lingkaran-lingkaran dan tidak selalu memungkinkan untuk membawa siswa
keluar dari ruang kelas dan belajar di luar empat dinding ruang kelas.
Kebanyakan ruang kelas di Indonesia memang ditata dengan model klasik atau
tradisional. Bahkan banyak penataan tradisional ini bersifat permanen, yaitu
kursi dan meja susah dipindahkan.
Teknik ini diberi
nama Tari Bambu, karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan model yang
mirip seperti dua potong bambu yang digunakan dalam tari bambu Filipina yang
juga populer di beberapa daerah di Indonesia. Dalam kegiatan belajar mengajar
dengan teknik ini, siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.
Pendekatan ini bisa digunakan dalam beberpa mata pelajaran, seperti ilmu
pengetahuan sosial, agama, matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling
cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang membutuhkan pertukaran
pengalaman, pikiran, dan informasi antarsiswa.
Salah satu keunggulan
teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk
berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu,
siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai
banyaki kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan
berkomunikasi. Tari bambu bisa digunakan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Penerapan model tari
bambu dapat menarik perhatian dan antusiasme siswa dalam belajar sehingga
memabntu bagi siswa untuk memahami materi yang diajarkan. Selain itu, selama
pembelajaran, partisipasi aktif dari siswa akan tumbuh. Dengan demikian,
pembelajaran akan lebih menarik minat siswa sehingga mempermudah pemahaman. (Isjoni, 2010 : 53)
B.
Prinsip
Model Pembelajaran Tari Bambu
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa model
pembelajaran tari bambu merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif.
Maka dari itu prinsip pembelajaran kooperatif
adalah sebagai berikut.
Menurut Roger dan David Johnson (Lie,2008) ada lima
unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperative
learning), antara lain:
1) Prinsip
ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam
pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam menyelesaikan tugas tergantung pada
usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan suatu karya sangat
bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang
efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa dengan saling
ketergantungan sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya
sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka (Sofan Amri dkk. 2010:91)
2) Akuntabilitas
individual dan kelompok, yaitu keberhasilan
kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Para
pendukung pembelajaran kooperatif menyatakan bahwa dua tingkatan akuntabilitas
disusun menjadi pelajaran-pelajaran pembelajaran kooperatif. Kelompok harus
bertanggung jawab atas pencapaian tujuan-tujuannya dan masing-masing anggota
harus bertanggungjawab dalam memberikan kontribusi pekerjaannya. Fasilitator
meningkatkan akuntabilitas individual dengan menilai prestasi dari
masing-masing individual agar dapat memastikan siapa yang membutuhkan lebih
banyak bantuan, dukungan dan anjuran dalam pembelajaran. Pengajar harus
mengakui bahwa salah satu tujuan dari kelompok-kelompok pembelajaran koopertif
adalah memberikan hak individual yang lebih kuat-para siswa belajar bersama
sehingga mereka dapat mencapai kompetensi individual yang lebih besar.
3) Interaksi
tatap muka (face to face promotion
interaciton), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling
memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain. Para pebelajar perlu
melakukan kerjasama nyata dalam waktu nyata, baik pada ruang pelatihan maupun
pada pertemuan-pertemuan di luar ruangan. Selanjutnya, pemrosesan informasi
dalam pekerjaan terhadap pencapaian sebuah tujuan, anggota-anggota kelompok
harus meningkatkan keberhasilan satu sama lainnya dengan menyediakan sumber
daya dan bantuan bersama, mendukung, menganjurkan dan menghargai usaha-usaha
anggota-anggota kelompok lainnya. Pengajar seharusnya memberikan contoh-contoh
bagaimana kelompok-kelompok seharusnya berfungsi, seperti menjelaskan secara
lisan bagaimana memecahkan masalah-masalah, mengajarkan pengetahuan kepada
anggota lainnya, memeriksa pemahaman, membahas konsep-konsep yang di pelajari dan menghubungkan pembelajaran saat ini
dengan pembelajaran masa lalu. Dengan melakukan hal tersebut, dinamika-dinamika
antar pribadi akan memudahkan pembelajaran. Melalui peningkatan pembelajaran
langsung satu sama lainnya, anggota-anggota kelompok memberikan komitmen secara
personal kepada anggota-anggota kelompok lainnya dan juga tujuan-tujuan
bersamanya.
4) Partisipasi
dan komunikasi (participation
communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan
berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
5) Evaluasi
proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
C.
Langkah-langkah
Model Pembelajarn Tari Bambu
Langkah-langkah Model Pembelajaran tari bambu (http://007indien.blogspot.com/2012/11/model-pembelajaran-bamboo-dancing-tari.html) :
1.
Penulisan topik di papan tulis atau mengadakan tanya jawab dengan siswa.
2.
Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri
berjajar. Jika ada cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan
lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini
akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.
3.
Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
4.
Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.
5.
Kemudian satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran
pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan
cara ini masing-masing siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi.
Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan
Adapun
menurut (Anita Lie, 2008 : 83) pembelajaran
kooperatif teknik tari bambu memiliki beberapa tahap. Adapaun tahapannya adalah
sebagai berikut :
1. Separuh kelas (seperempat jika jumlah siswa terlalu
banyak) duduk berjajar. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela
deretan bangku.
2. Separuh kelas lainnya berjajar dengan menghadap
jajaran yang pertama.
3. Dua kelompok yang berpasangan dari kedua jajaran
berbagi informasi.
4. Salah satu kelompok bergeser atau berpindah ke
kelompok lainnya di jajarannya. Dengan cara ini, masing-masing kelompok
mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus
menerus sesuai dengan kebutuhan.
Dibawah ini adalah ilustrasi posisi
kelompok dan cara berpindah kelompok pada penerapan model pembelajaran tari
bambu.
|
|
|
|
|
|
|
|
Gambar 1.2 Siswa
berdiskusi Gambar 1.3 bergabung dengan di kelompok masing-masing kelompok B dan Kelompok C
bergabung dengan kelompok D
D.
Kelebihan
dan Kelemahan Model Pembelajaran Tari Bambu
Kelebihan model pembelajaran tari bambu (Bamboo Dancing) adalah sebagai berikut:
1. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menentukan konsep sendiri dengan cara memecahkan
masalah.
2. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan
komunikasi dengan teman sekelompoknya.
3. Membiasakan
siswa untuk bersikap terbuka namun tegas.
4. Meningkatkan
motivasi belajar siswa.
5. Membantu
guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Kelemahan teknik tari
bambu dalam pembelajarannya adalah sebagai berikut:
1. Diperlukan
waktu yang cukup lama untuk melakukan diskusi.
2. Seperti
belajar kelompok biasa, siwa yang pandai menguasai jalannya diskusi, sehingga
siswa yang kurang pandai kurang kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
3. Yang
tidak terbiasa dengan kelompok belajar merasa asing dan sulit untuk bekerja
sama.
4. Kemungkinan
siswa untuk bermain-main lebih besar (tidak terkondisikan).
E.
Aplikasi
Model Pembelajaran Tari Bambu Matematika
a) Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan
guru memberikan motivasi untuk membangkitkan minat siswa dalam belajar,
memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang kepada
siswa, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk menjadikan siswa
lebih siap dalam menerima pelajaran.
Secara spesifik meliputi
hal :
-
Memberikan sugesti
yang positif
-
Memberikan tujuan
yang jelas dan bermakna
-
Membangkitkan rasa
ingin tahu siswa
-
Menciptakan
lingkungan emosional yang positif
-
Banyak bertanya
dan mengemukakan berbagai masalah
-
Merangsang rasa
ingin tahu siswa
-
Mengajak
pembelajar siswa terlibat penuh
b) Kegiatan
inti
Pada kegiatan inti ini
terlebih dahulu guru menyampaikan materi pelajaran yang akan dipelajari siswa.
Guru menjelaskan sub-sub pokok bahasan kemudian guru melakukan interaksi
terhadap siswa yaitu melakukan tanya jawab.
Hal-hal yang harus
dilakukan :
-
Guru memberikan
informasi tentang teknis pembelajaran kooperatif teknik tari bambu
-
Guru membagi Separuh kelas berdiri berjajar. Siswa berjajar di sela-sela
deretan bangku.
-
Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama,
begitupun sebaliknya.
-
Guru memberikan
materi yang berbeda kepada setiap pasangan.
-
Guru meminta
setiap kelompok berdiskusi dengan pasangan masing-masing sesuai dengan materi
yang di dapat.
-
Guru mengawasi dan
membimbing siswa. Siswa boleh bertanya kepada guru jika siswa membutuhkan
bimbingan dalam menyelesaikan tugasnya.
-
Dua kelompok yang berpapasan dari kelompok yang saling
beradapan dan setiap kelompok yang perpasangan saling tukar informasi.
-
Guru mengawasi dan
membimbing siswa saat terjadi perpindahan diskusi antar siswa.
c) Penutup
-
Guru memilih
setiap masing-masing kelompok mengutus perwakilan dari kelompoknya untuk
mempresentasikan hasil akhir dari diskusi mereka.
-
Siswa bertanya
tentang apa yang belum dimengarti siswa dan mendiskusikan kepada guru.
-
Guru menegaskan
konsep yang benar dan meluruskan konsep yang salah.
-
Guru mengarahkan
siswa dalam menyimpulkan materi yang baru dipelajari.
-
Guru memberikan
tugas kepada siswa untuk dikerjakan di rumah dan menginformasikan kembali
kepada kepada siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya.
d) Evaluasi
-
Pada setiap akhir
pembelajaran, guru mengadakan evaluasi dengan cara memberikan soal latihan yang
dikerjakan secara individu oleh siswa.
e) Penghargaan
kelompok
-
Guru memberikan
penghargaan kepada setiap kelompok
PENERPAN MODEL PEMBELAJARAN TARI
BAMBU PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP MATERI OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN
DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT
1. Tahap
persiapan (kegiatan pendahuluan)
a. Guru
masuk kelas, kemudian memberi salam dan mengajak siwa-siswinya untuk berdoa
terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran.
b. Guru
menciptakan suasana nyaman dan memberi motivasi kepada siwa-siswinya agar saat
pembelajaran berlangsung siswa-siswi
berperan aktif, antusias dan saling bertukar pikiran salah satunya
dengan cara tanya jawab
c. Guru
memulai pelajaran pada materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat. Terlebih dahulu guru menyampikan Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar, Indikator, serta Tujuan Pembelajaran yang hendak dicapai.
A. Standar
Kompetensi
1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam
pemecahan masalah
B. Kompetensi
Dasar
1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat
C. Indikator
o
Melakukan operasi
penjumlahan pada bilangan bulat
o
Mengidentifikasi
sifat-sifat penjumlahan bilangan bulat
o
Melakukan operasi
pengurangan pada bilangan bulat
D. Tujuan
Pembelajaran
o
Siswa dapat
melakukan operasi penjumlahan pada bilangan bulat
o
Siswa dapat
mengetahui sifat-sifat penjumlahan bilangan bulat
o
Siswa dapat
melakukan operasi pengurangan pada bilangan bulat
2. Kegiatan
Inti
Guru terlebih dahulu mengenalkan topik pelajaran yang
akan disampaikan kemudian menjelaskan materi operasi hitung penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat.
a. Guru
menjeaskan materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat ,
seperti :
A. Penjumlahan
bilangan bulat
1) Dengan
alat bantu
Dalam menghitung hasil penjumlahan dua
bilangan bulat, dapat digunakan dengan menggunakan garis bilangan. Bilangan
yang dijumlahkan digambarkan dengan anak panah dengan arah sesuai dengan
bilangan tersebut. Apabila bilangan positif, anak panah menunjuk ke arah kanan.
Sebaliknya, apabila bilangan negatif, anak panah menunjuk ke arah kiri (Dewi Nurhaini dan Tri Wahyuni, 2008 : 7).
Contoh:
Hitunglah hasil penjumlahan 6 + (–8) dengan
menggunakan garis bilangan.
Penyelesaian :
Untuk
menghitung 6 + (-8), langkah-langkahnya sebagai berikut.
a)
Gambarlah anak panah dari angka 0 sejauh 6 satuan ke
kanan sampai pada angka 6.
b)
Gambarlah anak panah tadi dari angka 6 sejauh 8 satuan ke
kiri.
c)
Hasilnya, 6 + (-8) = -2
2) Tanpa
alat bantu
B.
Sifat-sifat penjumlahan bilangan bulat
1.
Sifat tertutup
Pada penjumlahan bilangan bulat, selalu menghasilkan bilangan bulat juga.
Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut. Untuk setiap bilangan bulat a
dan b, berlaku a + b = c dengan c juga
bilangan bulat.
2.
Sifat komutatif
Sifat komutatif disebut juga sifat pertukaran. Penjumlahan dua bilangan
bulat selalu diperoleh hasil yang sama walaupun kedua bilangan tersebut
dipertukarkan tempatnya. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut. Untuk setiap
bilangan bulat a dan b, selalu berlaku a + b
= b + a.
3.
Mempunyai unsur identitas
Bilangan 0 (nol) merupakan unsur identitas pada penjumlahan. Artinya,
untuk sebarang bilangan bulat apabila ditambah 0 (nol), hasilnya adalah
bilangan itu sendiri. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut. Untuk sebarang
bilangan bulat a, selalu berlaku a + 0 = 0 + a = a.
4.
Sifat asosiatif
Sifat asosiatif disebut juga sifat pengelompokan. Sifat ini dapat
dituliskan sebagai berikut. Untuk setiap bilangan bulat a, b, dan
c, berlaku (a + b) + c = a + ( b + c).
5.
Mempunyai invers
Invers suatu bilangan artinya lawan dari bilangan tersebut. Suatu bilangan
dikatakan mempunyai invers jumlah, apabila hasil penjumlahan bilangan tersebut
dengan inversnya (lawannya) merupakan unsur identitas (0 (nol)). Lawan dari a
adalah – a, sedangkan lawan dari – a adalah a. Dengan k
ata l ain, u ntuk s etiap b ilangan b ulat s elain n ol pasti mempunyai lawan,
sedemikian sehingga berlaku a + (– a) = (– a) + a =
0.
C.
Pengurangan bilangan bulat
1.
Dengan alat bantu
Pelajarilah cara menghitung hasil pengurangan dua bilangan bulat dengan
bantuan garis bilangan berikut ini.
Contoh : 4 -7 = ?
Penyelesaian:
Untuk menghitung 4 – 7, langkah-langkahnya sebagai berikut.
a)
Gambarlah anak panah dari angka 0 s ejauh 4 s atuan ke
kanan sampai pada angka 4.
b)
Gambarlah anak panah tersebut dari angka 4 sejauh 7
satuan ke kiri sampai pada angka –3.
c) Hasilnya,
4 – 7 = –3.
2.
Tanpa alat bantu
Pada pengurangan bilangan bulat, mengurangi dengan suatu
bilangan sama artinya dengan menambah dengan lawan pengurangnya.
Secara umum, dapat dituliskan sebagai berikut. Untuk setiap bilangan bulat a
dan b, maka berlaku a – b = a + (– b).
b. Setelah
guru menyampaikan materi tersebut, guru membagi siswa kedalam 2 kelompok.
Separuh kelas berdiri berjajar di sela-sela deretan bangku. Kemudian separuh
kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama begitupun sebaliknya.
c. Guru
menamai setiap siswa sebagai berikut.
Siswa yang diberi tugas dari guru untuk menyampiakan, menjelaskan kepada
pasangannya diberi nomor dari 0-10 dan untuk pasangnnya diberi huruf A-J yang
akan mendengarkan, menyimak, mengomentari dan menanggapi serta pasangan
tersebut terjadi diskusi. Untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini:
Kelompok A
Kelompok
B
d. Guru
Memberikan tugas kepada setiap siswa yang bernomor 1-10. Rinciannya sebagai
berikut:
Kelompok A.
Siswa nomor ke:
1. Menjelaskan
penjumlahan bilangan bulat dengan alat bantu
2. Memberikan
contoh penjumlahan bilangan bulat dengan alat bantu
3. Menjelaskan
dan mendiskusikan soal 1 pada buku paket “Contextual Teaching and Learning
Matematika” kelas VII pada soal penjumlahan bilangan bulat dengan alat bantu (Atik Wintarti dkk, 2008 : 9).
4. Menjelaskan
dan Mendiskusikan Latihan 2 pada buku paket “Pegangan Belajar Matematika” kelas
VII pada soal penjumlahan bilangan bulat dengan alat bantu (A. Wagiyo dkk, 2008 : 8).
5. Menjelaskan
penjumlahan bilangan bulat tanpa alat bantu
6. Memberikan
contoh penjumlahan bilangan bulat tanpa alat bantu
7. Menjelaskan
dan mendiskusikan Uji Kompetensi 3 No 1 pada buku paket “Matematika Konsep dan
Aplikasinya” kelas VII pada soal penjumlahan
bilangan bulat tanpa alat bantu (Dewi Nurhaini dan Tri Wahyuni, 2008
: 9).
8. Menjelaskan
dan mendiskusikan Uji Kompetensi 3 no 2 pada buku paket “Matematika Konsep dan
Aplikasinya” kelas VII pada soal penjumlahan
bilangan bulat tanpa alat bantu (Dewi Nurhaini dan Tri Wahyuni, 2008
: 9).
9. Menjelaskan
sifat-sifat penjumlahan yaitu sifat tertutup.
10. Menjelaskan
sifat-sifat penjumlahan yaitu sifat komutatif.
Kelompok B
Siswa bernomor ke:
1. Menjelaskan
tentang sifat-sifat pemnjumlahan yaitu sifat Identitas
2. Menjelaskan
tentang sifat-sifat pemnjumlahan yaitu sifat Asosiatif
3. Menjelaskan
tentang sifat-sifat pemnjumlahan yaitu sifat Invers
4. Menjelaskan
pengurangan bilangan bulat dengan alat bantu
5. Memberikan
contoh pengurangan bilangan bulat dengan alat bantu
6. Menjelaskan
dan mendiskusikan Uji Kompetensi 5 pada buku paket “Matematika Konsep dan
Aplikasinya” kelas VII pada soal pengurangan bilangan bulat dengan alat bantu. (Dewi Nurhaini dan Tri Wahyuni, 2008 : 14).
7. Menjelaskan
dan Mendiskusikan Contoh 1-2 pada buku paket “Matematika Konsep dan
Aplikasinya” kelas VII pada soal pengurangan bilangan bulat dengan alat bantu. (Dewi Nurhaini dan Tri Wahyuni, 2008 : 13-14).
8. Menjelaskan
pengurangan bilangan bulat tanpa alat bantu
9. Memberikan
contoh pengurangan bilangan bulat tanpa alat bantu
10. Menjelaskan
dan mendiskusikan soal 2 pada buku paket “Contextual Teaching adn Learning
Matematika” kelas VII pada soal
pengurangan bilangan bulat tanpa alat bantu (Atik Wintarti dkk, 2008 : 10).
Adapun untuk siswa berhuruf A-J yang
sebagai pasangan, tugasnya adalah mendengarkan, menyimak, mengomentari dan
menanggapi serta mempertanyakan dan kemudian pasangan tersebut terjadi diskusi
dan saling tukar pikiran.
e. Setelah
terjadi diskusi antar pasangannya masing-masing, guru menginstruksikan supaya
siswa bergeser searah jarum jam. Sudah barang tentu psangan baru terjadi dan
mendiskusikan permasalahan yang berbeda. Pergantiannya akan berhenti sampai
siswa bernomo 1 kembali ke tempat semula.
f. Guru
mengawasi dan membimbing siswa saat terjadi perpindahan diskusi antar siswa.
Guru boleh membantu menjawab pertanyaan siswa apabila ada pertanyaan dari
kelompok atau siswa itu sendiri.
3. Penutup
a) Guru
memilih setiap masing-masing kelompok perwakilan dari kelompoknya untuk
mempresentasikan hasil akhir dari diskusi mereka.
b) Siswa
bertanya tentang apa yang belum dimengarti siswa dan mendiskusikan kepada guru.
c) Guru
menegaskan konsep yang benar dan meluruskan konsep yang salah.
d) Guru
mengarahkan siswa dalam menyimpulkan materi operasi hitung penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat.
e) Guru
memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di rumah dan menginformasikan
kembali kepada kepada siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya.
4. Evaluasi
Guru
mengadakan evaluasi dengan cara memberikan soal latihan yang dikerjakan secara
individu oleh siswa
5. Penghargaan
kelompok
Guru
memberikan penghargaan kepada setiap kelompok yang telah mereka diskusikan
sampai akhir pembelajaran.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Model pembelajaran tari bambu termasuk dalam
salah satu model pembelajaran kooperatif. Model ini merupakan modifikasi dari
teknik lingkaran kecil lingkaran besar yang mana pada proses pembentukan
kelompok diskusi teknik lingkaran kecil
lingkaran besar ini siswa membentuk dua buah lingkaran, sedangkan pada teknik
tari bambu siswa membentuk kelompok yang berjajar dan saling berhadapan.
Adapaun tahapannya adalah sebagai berikut :
1. Separuh kelas (seperempat jika jumlah siswa terlalu
banyak) duduk berjajar. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela
deretan bangku.
2. Separuh kelas lainnya berjajar dengan menghadap
jajaran yang pertama.
3. Dua kelompok yang berpasangan dari kedua jajaran
berbagi informasi.
4. Salah satu kelompok bergeser atau berpindah ke
kelompok lainnya di jajarannya.
Kelebihan
model pembelajaran tari bambu (Bamboo Dancing)
ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menentukan konsep sendiri dengan cara memecahkan masalah, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan komunikasi
dengan teman sekelompoknya, membiasakan siswa untuk bersikap terbuka namun
tegas, meningkatkan motivasi belajar siswa, membantu guru dalam pencapaian
tujuan pembelajaran. Tak lepas dari itu model pembelajaran tari bambupun
mempunyai kelemahan, yaitu diperlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan
diskusi, siswa yang kurang pandai kurang kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya,
yang tidak terbiasa dengan kelompok belajar merasa asing dan sulit untuk
bekerja sama, kemungkinan siswa untuk bermain-main lebih besar (tidak
terkondisikan).
Oleh karena itu, guru harus bisa menyiasati
kelemahan-kelemahan tersebut, dan guru harus bisa menempatkan model
pembelajaran tari bambu ini pada situasi dan kondisi yang tepat. Agar tujuan
pembelajaran bisa tercapai dengan maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Amri, Sofan dkk. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran.
Jakarta. Prestasi Pustaka.2010.
Aqib. 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: cendekia.
Bahri, Syaiful Djamarah.
2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Reika Cipta.
Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta.
Johnson, DW dan Johnson, R. 1989. Cooperative and Competion : Theoru and
Research. Edina, MN : Intraction Book Company.
Kagan, Spencer. 1992. Cooperative Learning. Sun Juan Capistrano : Kagan Cooperative
Learning.
Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di Luar Kelas.
Jakarta : Grasindo.
Nurhaini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk
SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan.
Rusman.
2011. Model-Model Pembelajaran.
Jakarta : Rajawali Pers.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative
Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wagio, A. Dan F. Surarti. Pegangan Belajar Matematika 1 untuk SMP/MTs
Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan.
Winarti, Atik dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Matematika Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VII Edisi 4. Jakarta: Pusat Perbukuan.
http://007indien.blogspot.com/2012/11/model-pembelajaran-bamboo-dancing-tari.html
0 komentar:
Posting Komentar