Model pembelajaran sangatlah penting dalam mencapai hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pada zaman sekarang banyak bermunculan berbagai macam model pembelajaran. Namun sebelum banyak membahas model pembelajaran penulis mengajak kepada pembaca untuk memahami beberapa istilah atau pengertian yang sama-sama berpengaruh terhadap hasil belajar siswa atau sebagai bahan pertimbangan ketika hendak menggunakan salah satu model pembelajaran.
Menurut Nana Sudjana (2008 : 28) belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah laku, ketrampilannya, kecakapan dan kemampuanya, daya reaksinya, daya penerimaanya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai pengalaman individu itu sendiri.
Menurut Soedjadi (2000: 1) Matematika adalah salah satu ilmu pasti yang mengkaji abstraksi ruang, waktu, dan angka. Matematika merumuskan gagasan-gagasan atau konsep-konsepnya ke dalam bahasa lambang dan angka untuk mendeskripsikan realitas alam semesta. Setelah itu dapatlah diikuti secara deduktif konsepnya dan menetapkan sebuah sistem pengukuran tertentu yang berkenaan dengan angka-angka dan keruangannya, yang semuanya berguna dalam kehidupan kita dan dalam penelitian ilmu lainnya. Kita menjadi sadar akan sifat kenyataan dari ruang, waktu, dan angka dengan cara penyajian demikian. Kita kemudian membentuk sejumlah sistem perhitungan yang demikian pasti sehingga hasilnya nampak bagaikan suatu mukjizat saja. Semua ini dimungkinkan karena kita, dalam matematika, menggunakan simbol dan angka untuk membantu kita dan juga meringkasnya menjadi penalaran logis sedemikian rupa sehingga tidak dapat dilakukan oleh ilmu-ilmu lainnya.
Menurut Sumardyono (2004: 2) menjelaskan bahwa matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif, artinya suatu teori atau pernyataan dalam matematika dapat diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian matematika adalah suatu studi alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan yang dapat dibuktikan kebenarannya dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Prestasi belajar diartikan sebagai hasil belajar yang dicapai. Dalam hal ini Surtatinah Tirtonegoro (2001 : 43 ) mengemukakan pengertian prestasi belajar adalah hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dapat dicapai oleh anak dalam periode tertentu berdasarkan pendapat ahli.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan prestasi belajar adalah merupakan tolok ukur dari tingkat kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam melakukan kegiatan belajar.
Sampai saat ini belum ada definisi tunggal tentang matematika. Namun yang jelas, hakekat matematika dapat di ketahui, karena obyek penelaahan matematika yaitu sasarannya telah diketahui, sehingga dapat diketahui pula bagaimana cara berfikir matematika itu.
A. Pengertian Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran sering dimaknai sama dengan pendekatan pembelajaran. Bahkan kadang suatu model pembelajaran diberi nama sama dengan nama pendekatan pembelajaran. Sebenarnya model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada makna pendekatan, strategi, metode, dan teknik.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas dan untuk menentukan material/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, media (film-film), tipe-tipe, program-program media komputer, dan kurikulum (Ngalimun; 2012).
Hal ini sejalan dengan pendapat Joyce (1992) “Earch model guides us as we design instruction to helf students achieve various objectis” . Artinya, setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Sejalan dengan Joyce, Joyce dan Weil (1992:1) menyatakan “Models of teaching are really models of learning. As we help student acquire information, ideas, skills, value, ways of thinking and means of expessing themselves, we are also teaching them how to learn”. Artinya, model pembelajaran merupakan model belajar. Dengan model tersebut guru dapat membantu siswa mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri sendiri. Selain itu, model belajar juga mengajarkan bagaimana mereka belajar (Istarani; 2011).
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran (kompetensi pembelajaran), dan pengelolaan kelas (Kardi dan Nur 2000:8). Hal ini sejalan dengan pendapat Arend (1997) “The term teaching model refers to a particular aproach to instruction that includes its goals, sintax, enviroment, and management system”. Artinya, model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu, termasuk tujuannya, langkah-langkahnya (syntax), lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.
Arend (1997) memilih istilah model pembelajaran didasarkan pada dua alasan penting. Pertama, istilah model memiliki makna yang lebih luas daripada pendekatan, strategi, metode, dan teknik. Kedua, model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting, apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas, atau praktik mengawasi anak-anak.
Atas dasar pendapat di atas, model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai berikut. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik (teratur) dalam pengorganisasian kegiatan (pengalaman) belajar untuk mencapai tujuan belajar (kompetensi belajar). Dengan kata lain, model pembelajaran adalah rancangan kegiatan belajar agar pelaksanaan KBM dapat berjalan dengan baik, menarik, mudah dipahami, dan sesuai dengan urutan yang lagis.
B. Fungsi Model Pembelajaran
Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Karena itu, pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.
C. Ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pendekatan, strategi, metode, dan teknik. Karena itu, suatu rancangan pembelajaran atau rencana pembelajaran disebut menggunakan model pembelajaran apabila mempunyai empat ciri khusus, yaitu (a) rasional teoretik yang logis yang disusun oleh penciptanya atau pengembangnya, (b) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (c) tingkah laku yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan (d) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur dalam Trianto 2007 dalam buku Ngalimun ;2012).
Suatu model pembelajaran akan memuat antara lain: (a) deskripsi lingkungan belajar, (b) pendekatan, metode, teknik, dan strategi, (c) manfaat pembelajaran, (d) materi pembelajaran (kurikulum), (e) media, dan (f) desain pembelajaran.
D. Pengertian dan Hakekat Model Pembelajaran student facilitator and explaining
Strategi/model pembelajaran student facilitator and explaining adalah suatu model pembelajaran dimana siswa atau peserta didik belajar mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara, untuk menyampaikan ide atau gagasan atau pendapatnya sendiri.
Metode Student Facilitator And Explaining ini merupakan salah satu dari tipe model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok (Trianto, 2007: 52).
Menurut Lei metode Student Facilitator And Explaining merupakan suatu metode dimana siswa mempresentasikan idea tau pendapat pada siswa lainnya (Anita Lei, 2007: 50). Sedangakan menurut Agus metode Student Facilitator And Explaining mempunya arti metode yang menjadikan siswa dapat membuat peta konsep maupun bagan untuk meningkatkan kreatifitas siswa dan prestasi belajar siswa (Agus Suprijono 2009: 129) perbedaan metode Student Facilitator And Explaining dengan metode diskusi terletak pada cara pertukaran pikiran antar siswa. Di dalam metode Student Facilitator And Explaining siswa menerangkan dengan baganmaupun peta konsep.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa metode Student Facilitator And Explaining menjadikan siswa sebagai fasilitator dan di ajak berpikir secara kreatif sehingga menghasilkan pertukaran informasi yang lebih mendalam dan lebih menarik serta menimbulkan rasa percaya diri pada siswa untuk menghasilkan karya yang diperlihatkan kepada teman-temannya.
E. Prinsip Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Prinsip model pembelajaran Student Facilitator and Explaining ini adalah memberikan kebebasan berpendapat dan mengeluarkan ide dari para siswa, sehingga para siswa tidak lagi takut berpendapat dalam pembelajaran matematika. Dengan adanya kebebasan berpendapat dikelas maka siswa daat saling belajar dari siswa lainnya melalui pendapat yang disampaikan. Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining tepat digunakan untuk menimbulkan rasa percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya kepada orang lain. Bagi para guru menciptakan percaya diri siswa saat belajar adalah hal yang mutlak dipenuhi agar para siswanya memiliki karakter yang baik dalam belajar.
F. Keunggulan Metode Student Facilitator and Explaining pada Pembelajaran Matematika
Setiap metode yang sudah ada selama ini mempunyai keunggulan dan kelemahan, begitu juga dengan metode Student Facilitator And Explaining memiliki kedua hal tersebut.
Begitu juga metode yang digunakan oleh guru maupun peneliti yang menggunakan penelitian tindakan kelas dalam proses belajar mengajar memiliki keunggulan dan kelemahan, adapun keunggulan dan kelemahan metode Student Facilitator And Explaining sebagai berikut: Joko Tri Prasetiya, (2005: 91):
a. Keunggulan
1) Dapat mendorong tumbuh dan brkembangnya potensi berpikir kritis siswa secara optimal.
2) Melatih siswa aktif, kreatif dan menghadapi setiap permasalahan
3) Mendorong tumbuhnya tenggang rasa, mau mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain.
4) Mendorong tumbuhnya sikap demonstrasi
5) Melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling bertukar pendapat secara obyektif, rasional guna menemukan suatu kebenaran dalam kerja sama anggota kelompok
6) Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat secara terbuka.
7) Melatih siswa untuk selalu dapat mandiri dalam menghadapi setiap masalah.
8) Melatih kepemimpinan siswa.
9) Memperluas wawasan siswa melalui kegiatan saling bertukar informasi, pendapat dan pengalaman antar mereka.
Selain keunggulan metode Student Facilitator And Explaining juga memilii kelemahan yang berpegaruh pada pencapaian tujuan belajar Joko Tri Prasetiya, (2005: 91).
b. Kelemahan
1) Timbul rasa yang kurang sehat antar siswa satu dengan yang lainnya.
2) Peserta didik yang malas mungkin akan menyerahkan bagian pekerjaannya pada teman yang pandai.
3) Penilaian individu sulit karena tersembunyi dibalik kelompoknya
4) Metode Student Facilitator And Explaining memerlukan persiapan-persiapan agak rumit disbanding dengan metode lain, misalnya metode ceramah.
5) Apabila terjadi persaingan yang negatif hasil pekerjaan akan memburuk.
6) Peserta didik yang malas memiliki kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompoknya, dan memungkinkan akan mempengaruhi kelompoknya sehingga usaha kelompok tersebut akan gagal.
G. Hambatan dalam penggunaan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Hambatan yang ditemukan selama proses pembelajaran Student Facilitator and Explaining antara lain :
1. Pada Siswa.
1. siswa yang pasif dapat mengganggu teman-temannya, atau siswa yang seharusnya menyelesaikan soal dengan cara berdiskusi bersama kelompoknya kadang dimanfaatkan untuk berbicara diluar materi pelajaran.
2. Siswa yang kurang aktif sering menggantungkan kepada teman yang aktif.
3. Kelas yang jumlah siswanya banyak dapat berpengaruh pada saat pelaksanaan pembelajaran.
4. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada pembentukan kelompok. Hal ini memperlambat pada proses pelaksanaan. Karena setelah pasangan yang lain selesai pada tahap akhir.
2. Pada Guru
a. Kesulitan mengatur waktu yang sesuai dengan perencanaan, disaat ada siswa yang mengulur-ulur waktu dengan alasan pekerjaan belum selesai. Oleh karena itu, diperlukan guru untuk sering mendatangi masing-masing kelompok untuk mengecek kesiapannya.
b. Guru memberikan point pada siswa yang sering bertanya, atau memberikan sanggahan saat proses berlangsung.
H. Langkah-langkah Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining
Langkah – langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran Student facilitator and explaining sebagai berikut :
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
Guru menyampaikan beberapa kompetensi yang hendak dicapai oleh siswa, sehingga siswa tahu tujuan pembelajaran yang hendak disampaikan. Selain itu penyampaian kompetensi ini juga membantu guru agar tidak melenceng atau keluar jalur dari rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.
b) Guru mendemonstrasikan garis-garis besar materi pelajaran
sebelum guru menyampaikan model pembelajaran yang ingin digunakan hendaknya guru memberikan terlebih dahulu beberapa garis besar mengenai judul materi pelajaran yang hendak dipelajari, ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada siswa mengenai judul materi yang akan mereka pelajari.
c) Guru memberi kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lain
setelah memberikan beberapa gambaran umum materi pelajaran selanjutnya guru memberikan waktu dan kesempatan untuk para siswanya menjelaskan kembali mengenai pelajaran tersebut kepada siswa yang lainnya, sehingga timbul suasana yang siswanyalah yang menjadi fasilitator dan sekaligusmenjelaskan materi pelajaran.
d) Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa.
Ketika siswa menjelaskan pendapat dan idenya maka tugas guru selanjuntnya adalah menyimpulkan beberapa pendapat siswa tadi. Sehingga siswa mendapat pengetahuan baru dari teman-teman sekelasnya.
e) Evaluasi pembelajaran
evaluasi pembelajaran ini bertujuan untuk memberikan hasil kepada model yang telah digunakan, sehingga guru dapat menilai apakah model ini dapat memperbaiki prestasi belajar siswa dikelas.
I. Aplikasi Model Pembelajaran Student facilitator and explaining
Pada penerapan model Student facilitator and explaining penulis mengambil contoh materi matematika SMP kelas VIII yaitu pokok bahasan Dimensi Tiga. Penerapan model Student facilitator and explaining memiliki beberapa langkah yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Langkah ke-1.
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
Kompetensi yang dicapai pada pokok bahasan Dimensi Tiga ini adalah:
? Siswa Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas
? Siswa mengidentinfikasi bagian-bagian dari kubus, balok, prisma dan limas
? Siswa dapat menghitung luas permukaan serta volume bangun ruang di atas.
Langkah ke-2.
Pada pokok bahasan dimensi tiga kita akan membahas beberapa bangun ruang diantaranya adalah kubus, balok, prisma dan limas. Kenapa disebut dimensi tiga karena mempunyai volume atau isi yang dinyatakan dalam satuan pangkat tiga atau disebut kubik.
Kubus atau kotak dibentuk oleh jaring-jaring yang berbentuk persegi sebanyak 6 buah. Dan memiliki 4 diagonal ruang serta semua sudutnya adalah berbentuk siku-siku. Balok adalah sebuah bangun ruang yang sama seperti kubus namun sisi-sisinya tidak kongruen , namun bidang-bidang yan sehadap pada balok adalah kongruen. Balok memiliki jumlah sudut sebanyak 8 sudut (Willa Adrian :2007).
Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah segi banyak (sebagai alas)dan beberapa sisi segitiga yang bertemu pada satu titik puncak. Ciri-ciri suatu limas : Bidang atas berupa sebuah titik ( lancip ), Bidang bawah berupa bangun datar dan Bidang sisi tegak berupa segitiga. Prisma adalah bangun ruang tertutup yang dibatasi oleh dua sisi berbentuk segi banyak yang sejajar dan kongruen, serta sisi-sisi lainnya berbentuk persegi panjang. Unsur-unsur prisma adalah Sisi / bidan, rusuk, titik sudut, diagonalb dan bidang diagonal.
Langkah ke-3
Setelah menerangkan pokok bahasan dimensi tiga secara garis besar lalu guru memberikan kesempatan untuk para siswanya berpendapat tentang dimensi tiga yang dimulai dengan beberap pertanyaan dari guru, seperti;
• Bagaimana pengertian kubus, balok, limas dan prisma?
• Bagaimana sifat dan ciri-ciri dari kubus, balok, limas dan prisma?
Siswa 1 menjawab : kubus itu seperti kotak sulap yang memiliki ruang untuk menyimpan bahan-bahan sulap dan kubus memiliki 12 rusuk.
Siswa 2 menjawab: balok adalah laci lemari saya, yang semuanya terbentuk oleh 4 persegi panjang dan memiliki 6 buah sisi.
Siswa 3 menjawab : Prisma itu seperti atap rumah yang memiliki 3buah bidang persegi panjang dan 2 bidang segitiga yang berarti mempunyai sudut lancip.
Siswa 4 menjawab : :Limas adalah seperti piramida yang dibentuk dari beberapa bidang segitiga sehingga mempunyai satu titik puncak yang berarti semua sudutnya adalah lancip.
Dengan memancing siswa melalui pertanyaan diharapkan semua siswa berpendapat diluar yang telah disampaikan oleh gurunya, sehinggatercipta suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.
Langkah ke-4
Dari beberapa ide atau pendapat beberapa siswa tadi dapat disimpulkan bahwa : bangun ruang atau dimensi tiga adalah benda yang memiliki ruang/volume yang dapat diisi masing-masing dari semuanya ada dalam sekitar kita. Terbentuknya bangun yang berdimensi tiga adalah gabungan dari beberapa bidang datar seperti persegi panjang, segitiga atau yang lainnya yang kemudian mempunyai titik-titik baru sehingga menjadi sebuah bangun ruang.
Langkah ke-5
Langkah yang terakhir adalah evaluasi. Pada pembicaraan diatas kita telah membahas seputar materi dimensi tiga atau bangun ruang yang pada dasarnya banyak sekali ciri-ciri dan unsur-unsur didalam bangun tersebut, namun dengan adanya model pembelajaran Student Facilitator and Explaining materi tidak semuanya disampaikan oleh guru secara detail dengan adanya pendapat dari beberapa siswa maka sempurnalah materi yang tengah diajarkan pada saat itu.
A. Kesimpulan
Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah model pembelajaran dimana peran daripada siswa sebagai fasilitator yang menjelaskan tentang materi pokok yang sedang disampaikan, sehingga memperoleh pengetahuan dari siswa yang lain. Cara mengaplikasikan model pembelajaran ini adalah para siswa berpendapat tentang materi yang sedang diajarkan.
Dengan adanya model pembelajaran Student Facilitator and Explaining berarti memancing siswa agar bisa mengeluarkan pendapatnya dan memberikan pengetahuan yang baru kepada siswa lainnya.
B. Saran
Sebaiknya model pembelajaran Student Facilitator and Explaining diterapkan pada pokok bahasan dimana banyak contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Diperlukannya media infocus yang harus disediakan guru untuk menggambarkan / memvisualisasikan materi yang akan diajarkan.
Guru diharapkan mampu memancing agar semua siswa dapat mengeluarkan pendapatnya sebagai pengetahuan baru bagi siswa lainnya.
Guru hendaknya mempertimbangkan waktu, tepat dan materi apabila ingin menggunakan model pembelajaaran Student Facilitator and Explaining.
Daftar Pustaka
Joko Tri Prasetya. 2005. Strategi Belajar Mengajar, Bandung : Pustaka. Setia
Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia. Cet. Ke-5.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka
Ngalimun, 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin: Scripta Cendekia.
Istarani, 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada
http://007indien.blogspot.com/2012/10/kumpulan-model-pembelajaran-inovatif_24.html
http://www.infodiknas.com/297-strategi-dan-penggunaan-metode-student-facilitator-and-explaining-pada-pembelajaran-bahasa-dan-sastra-indonesia/
Musriah. 2009. Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui metode student facilitator and explaining. Skripsi . Surakarta : UMS (Tidak dipublikasikan)
Sudjana, Nana. 2008. Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algendro
Adrian soekotjo loedji, Willa. 2010. Pelajaran Matematika Bilingual untuk SMP?MTs kelas VIII. Bandung :Yrama Widya.
Tirtonegoro, Surtatinah. 2001. Peningkatan prestasi belajar.Bandung: Sinar Baru Algendro.
Irzani.2010.Pembelajaran Matemmatiak.Yogyakarta.Mandiri Garafindo Press
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensido
0 komentar:
Posting Komentar