BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatkan prestasi siswa sangat tergantung bagaimana proses belajar yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. Menurut Fontana dalam Suherman (2003; 7) belajar adalah “proses perubahan tingkah laku individu yang relative tetap sebagai hasil dari pengalaman”. Sedangkan menurut Sadiman, dkk (2009; 2) menjelaskan bahwa “Belajar suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif)”. Kemudian Slameto (2003; 2) menerengkan pula bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Lebih dipertegas lagi oleh Gagne dalam Muliyardi (2002; 39) “belajar merupakan proses yang memungkinkan manusia memodifikasi tingkah lakunya secara permanen, sedemikian sehingga modifikasi yang sama tidak akan terjadi lagi pada situasi yang baru”.
Dari pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sadar, bersifat permanen, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, dengan kata lain seseorang dikatakan belajar apabila pada dirinya terjadi perubahan tingkah laku, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kearah yang lebih baik bila dibandingkan dengan sebelum ia menalami proses belajar. Jadi hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku.
Dalam hubungnnya dengan pembelajaran matematika menurut Nikson dalam Mulyardi (2002; 3) mengemukakan bahwa : “Pembelajaran matematika adalah upaya membantu siswa untuk mengkontruksi konsep atau prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun kembali”.
Namun pada dasarnya seseorang kadang tidak mengetahui model pembelajaran yang cocok digunakan olehnya ataupun digunakan untuk orang lain. Dalam pembelajaran mata kuliah ini, kami sebagai penulis mencoba menyusun makalah ini untuk mempelajari dan memahami model-model pembelajaran, khususnya Model Pembelajaran CIRC.
Menurut Arends (2007) semua model pembelajaran memiliki struktur tugas, struktur tujuan dan struktur reward. Begitupun halnya dengan model pembelajaran kooperatif. Struktur tugas melibatkan cara pelajaran diorganisasikan dan jenis pekerjaan yang diperintahkan kepada siswa. Struktur tujuan mengacu pada banyaknya interdependensi yang dibutuhkan dari siswa ketika mereka melaksanakan tugasnya sedangkan struktur reward tergantung dari struktur tujuan dari pembelajaran tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran CIRC matematika?
2. Bagaimana hakikat pembelajaran CIRC pada bidang studi matematika?
3. Bagaimana mengembangkan model pembelajaran matematika CIRC?
C. Tujuan
1. Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan mendeskripsikan definisi model pembelajaran matematika CIRC.
2. Mahasiswa diharapkan mampu memahami hakekat pembelajaran CIRC pada bidang studi matematika.
3. Mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan model pembelajaran matematika CIRC.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Model Pembelajaran CIRC
Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC pertama kali dikembangkan oleh Robert E. Slavin , Farnish , Stevans dan Madden. Alasan utama pengembangan metode ini karena kekhawatiran mereka terhadap pengajaran membaca, menulis dan seni berbahasa oleh guru masih dilakukan secara tradisional. Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting (Suyatno, 2009:68).
CIRC merupakan sebuah program komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah (Slavin, 2009 : 16). CIRC merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif. Pendekatan pembelajaran kooperatif menekankan tujuan-tujuan kelompok dan tanggung jawab individual.
Dari beberapa penelitian, model pembelajaran kooperatif ini dapat memberikan pembelajaran yang lebih banyak daripada model-model pembelajaran konvensional. Hal ini dikarenakan pembelajaran kooperatif dibangun atas dua teori utama yaitu teori motivasi dan kognitif. Dari perspektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana anggota kelompok dapat sukses apabila kelompok mereka juga sukses (Slavin, 2009 : 16). Teori kognitif sendiri menekankan pada pengaruh dari adanya kerjasama kelompok, apakah kelompok kerja siswa mencoba meraih tujuan kelompok atau tidak (Slavin, 2009 : 36).
Menurut Slavin (2006) terkait dengan tiga studi tentang program CIRC, menemukan efek positif terhadap kemampuan membaca siswa, termasuk di dalamnya peningkatan nilai dalam ujian membaca dan bahasa yang terstandarisasi. Dengan strategi pembelajaran CIRC ini diharapkan siswa akan dapat bekerja sama dengan kelompoknya mengingat strategi CIRC ini merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif. Dalam strategi pembelajaran CIRC ini terdapat urutan penyajian yang harus diikuti yaitu partner reading, story structure, and related writing, words out loud, word meaning, story re-tell dan spelling.
Kooperatif CIRC merupakan model pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis, Steven& Slavin (Wijaya Jati,2004 : 35). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC merupakan singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Composition, termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis yaitu sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti pelajaran matematika.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini dapat dikategorikan pembelajaran terpadu. Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran terpadu dapat dikelompokkan menjadi:
1) model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan) dan model nested (terangkai);
2) model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared (perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model integreted (terpadu);
3) model dalam lintas siswa.
Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk pemahaman yang dan pengalaman belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus mengalami perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi sosial dengan lingkungan.
Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan UNESCO dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah ”belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (Learning to live together), (Depdiknas, 2002).
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini dapat dikategorikan pembelajaran terpadu. Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran terpadu dapat dikelompokkan menjadi:
1. model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan) dan model nested (terangkai);
2. model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared (perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model integreted (terpadu);
3. model dalam lintas siswa.
Model pembelajaran ini, dibagi menjadi beberapa fase :
a. Fase pertama, yaitu orientasi. Pada fase ini, guru melakukan apersepsi dan pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diberikan. Selain itu juga memaparkan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan kepada siswa.
b. Fase kedua, yaitu organisasi. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan memperhatikan keheterogenan akademik. Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas kepada siswa. Selain itu menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang harus diselesaikan selama proses pembelajaran berlangsung.
c. Fase ketiga yaitu pengenalan konsep. Dengan cara mengenalkan tentang suatu konsep baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, film, kliping, poster atau media lainnya.
d. Fase keempat, yaitu fase publikasi. Siswa mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas baik dalam kelompok maupun di depan kelas.
e. Fase kelima, yaitu fase penguatan dan refleksi. Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan seharihari. Selanjutnya siswa pun diberi kesempatan untuk
merefleksikan dan mengevaluasi hasil pembelajarannya.
Menurut Slavin (1995), tujuan utama CIRC khususnya dalam menggunakan tim kooperatif ialah membantu siswa belajar membaca pemahaman yang luas untuk kelas-kelas tinggi SD. Siswa bekerja dalam tim belajar kooperatif mengidentifikasi lima hal yang penting dari cerita naratif, yaitu perwatakan, setting, masalah, usaha untuk memecahkan masalah, akhir dari pemecahan masalah. Hasil penelitian tentang pembelajaran struktur cerita mengidentifikasikan bahwa CIRC bisa meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah.
Disamping itu, berdasarkan dari hasil penelitian, siswa juga bisa membuat dan menjelaskan prediksi tentang bagaimana masalah bisa diselesaikan dan meringkaskan unsur-unsur utama suatu cerita kepada unsur cerita lainnya. Kedua kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa. Pilihan strategi pembelajaran CIRC diambil berdasarkan temuan dari beberapa penelitian dan hasil kajian-kajian ilmiah yang membuktikan dan menyatakan bahwa srategi pembelajaran CIRC ini adalah sebuah strategi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa.
Dari paparan tersebut kita mampu melihat bahwa model ini digunakan dalam bidang studi bahasa dan bukan matematika, ini menjukan salah satu bahwa model pembelajaran ini kurang cocok digunakan dalam bidang studi yang berkaitan dengan hitung-menghitung.
B. Komponen-komponen Model Pembelajaran CIRC
Model pembelajaran CIRC memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut sebagai berikut :
a. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa;
b. Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang tertentu;
c. Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya;
d. Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberika bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya;
e. Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas;
f. Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok;
g. Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa;
h. Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
C. Kegiatan Pokok Model Pembelajaran CIRC
Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain.
Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan para siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerja sama, menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya. Salah satu ciri pembelajaran kooperatif adalah kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil yang heterogen. Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara. Karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut. Slavin ((1995:98) menyatakan bahwa “in addition to solving the problems of management and motivation in individualized programmed instruction, CIRC was created to take advantage of the considerable socialization potential of cooperative learning”.
Kegiatan pokok dalam CIRC untuk memecahkan soal cerita meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yakni:
1. Salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa anggota saling membaca.
2. Membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel tertentu.
3. Saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita
4. Menuliskan penyelesaian soal ceritanya secara urut (menuliskan urutan komposisi penyelesaiannya
5. Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (jika ada yang perlu direvisi).
Adapun unsur utama dari CIRC ini yaitu :
1. Kelompok membaca. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok membaca yang terdiri dari dua atau tiga orang berdasarkan tingkat kemampuan membaca yang ditentukan oleh guru.
2. Tim. Para siswa dibagi ke dalam pasangan dalam kelompok membaca mereka, dan selanjutnya pasangan –pasangan tersebut dibagi ke dalam tim yang terdiri dari pasangan-pasangan dari dua kelompok membaca.
3. Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan cerita. Dalam kelompok siswa, guru menentukan tujuan membaca, memperkenalkan kosa kata baru, mengulang kembali kosakata lama, mendiskusikan ceritanya setelah para siswa selesai membaca, dan lain sebagainya
Dengan mengadopsi model pembelajaran Cooperative Learning tipe CIRC untuk melatih siswa meningkatkan keterampilannya dalam menyelesaikan soal cerita, maka langkah yang ditempuh seorang guru mata pelajaran adalah sebagai berikut.
1. Guru menerangkan suatu pokok bahasan tertentu kepada para siswanya (misalnya dengan metode ekspositori).
2. Guru memberikan latihan soal termasuk cara menyelesaikan soal cerita.
3. Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan siswanya dalam menyelesaikan soal cerita melalui penerapan Cooperative Learning tipe CIRC.
4. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa (Learning Society) yang heterogen. Setiap kelompok terdiri atas 4 atau 5 siswa.
5. Guru mempersiapkan 1 atau 2 soal cerita dan membagikannya kepada setiap siswa dalam kelompok yang sudah terbentuk.
6. Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi
serangkaian kegiatan spesifik sebagai berikut:
1) Salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa anggota saling membaca soal cerita tersebut.
2) Membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita,termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel tertentu.
3) Saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita.
4) Menuliskan penyelesaian soal ceritanya secara urut (menuliskan urutan komposisi penyelesaiannya).
5) Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (jika ada yang perlu direvisi).
6) Menyerahkan hasil tugas kelompok kepada guru.
7) Setiap kelompok bekerja berdasarkan serangkaian kegiatan pola CIRC (Team Study). Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok
8) Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada kelompok secara proporsional.
9) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dan dapat mengerjakan soal cerita yang diberikan guru.
10) Guru meminta kepada perwakilan kelompok tertentu untuk menyajikan temuannya di depan kelas.
11) Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika diperlukan.
12) Guru memberikan tugas/PR soal cerita secara individual kepada para siswa tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari
13) Guru bisa membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing.
14) Menjelang akhir waktu pembelajaran, guru dapat mengulang secara klasikal tentang strategi pemecahan soal cerita.
15) Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi yang ditentukan.
D. Penerapan Model Pembelajaran CIRC
Sebenarnya dalam bahan materi yang dipahami dari para ahli, model pembelajaran CIRC ini tidak banyak digunakan dalam bidang matematika atau mata pelajaran yang berkaitan dengan dunia hitung-menghitung. Model pembelajaran CIRC ini lebih sering digunakan dalam mata pelajaran bahasa. Penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dapat ditempuh dengan:
1. Guru menerangkan suatu pokok bahasan matematika kepada siswa, pada penelitian ini digunakan LKS yang berisi materi yang akan diajarkan pada setiap pertemuan
2. Guru memberikan latihan soal
3. Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan siswanya dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah melalui penerapan model CIRC
4. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa yang heterogen
5. Guru mempersiapkan soal pemecahan masalah dalam bentuk kartu masalah dan membagikannya kepada setiap kelompok
6. Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan bersama yang spesifik
7. Setiap kelompok bekerja berdasarkan kegiatan pokok CIRC. Guru mengawasi kerja kelompok
8. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan atau hambatan kelompoknya
9. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dan dapat mengerjakan soal pemecahan masalah yang diberikan
10. Guru meminta kepada perwakilan kelompok untuk menyajikan temuannya
11. Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator
12. Guru memberikan tugas/PR secara individual
13. Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya
14. Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal pemecahan masalah
15. Guru memberikan kuis
E. Langkah-langkah Pembelajaran CIRC
Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi
bagian-bagian yang penting. Kegiatan pokok dalam CIRC untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik untuk mencapai tujuan yang di harapkan dalam pembelajaran. Adapun langkah-langkahnya adalah:
a. Membentuk kelompok yang terdiri dari empat orang secara heterogen .
b. Guru memberikan wacana sesuai topik pembelajaran.
c. Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok serta memberikan tanggapan terhadap wacana/ kliping dan ditulis pada lembar kertas.
d. Mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok.
e. Guru membuat kesimpulan
f. Pembelajaran
Adapun langkah-langkah menurut Suprijono (2009) dalam pembelajaran model CIRC ini adalah :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
5. Guru membuat kesimpulan bersama
6. Penutup
Cara untuk menentukan anggota kelompoknya adalah sebagai berikut:
a. Menentukan peringkat siswa dengan cara mencari informasi tentang skor rata-rata nilai siswa pada tes sebelumnya atau nilai raport. Kemudian diurutkan dengan cara menyusun peringkat dari yang berkemampuan akademik tinggi sampai terendah.
b. Menentukan jumlah kelompok. Jumlah kelompok ditentukan dengan memperhatikan banyak anggota setiap kelompok dan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut.
c. Penyusunan anggota kelompok. Pengelompokkan ditentukan atas dasar susunan peringkat siswa yang telah dibuat. Setiap kelompok diusahakan beranggotakan siswa-siswa yang mempunyai kemampuan beragam, sehingga mempunyai kemampuan rata-rata yang seimbang.
d. Selanjutnya kegiatan pokok dalam CIRC dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah juga meliputi kegiatan lainya, yaitu: (1). Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal, (2). Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel, (3). Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah, (4). Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, dan (5). Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian.
F. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran CIRC
Kelebihan Model Pembelajaran CIRC
Seperti model-model pembelajaran yang lain, model pembelajaran CIRC pun sama yaitu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya.
Adapun kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah sebagai berikut:
1. CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah
2. Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang
3. Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok
4. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya
5. Membantu siswa yang lemah
6. Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk pemecahan masalah
7. Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak;
8. seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama;
9. membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam
10. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak;
11. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama;
12. Pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak;
13. Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemuai dalam lingkungan anak;
14. Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar yang dinamis, optimal dan tepat guna;
15. Menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain;
16. Membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar (Saifulloh, 2003).
Kekurangan Model Pembelajaran CIRC
Kerurangan dari model pembelajaran CIRC tersebut antara lain:
Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti matematika dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena dengan menggunakan model ini siswa dapat memahami secara langsung peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan dengan materi yang dijelaskan. Namun dalam penggunaan bidang studi yang berkaitan dengan perhitungan kurang memuaskan.
B. Saran
Dari makalah ini tentu masih banyak kekurangan dan kesalahan yang perlu dikoreksi. Untuk itu siapapun diharapkan untuk memberikan kritik dan sarannya mengenai penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
E.Slavin, Robert. Cooperatif Learning ( Teori, Riset, dan Praktik ). Bandung: Nusa Media.2005
Suyatno. Memjelajahi Pembelajaran Inovatif . Jatim: Masmedia Buana Pustaka. 2009
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidikan Dalam implementasi Pembelajaran yang Efektif. Jakarta: Kencana, 2009).
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-circ-cooperative.html#
0 komentar:
Posting Komentar