BAB I
PENDAHULUAN
Ketika guru melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, pada dasarnya guru tersebut sedang mempraktekkan model pembelajaran. Dalam proses kegiatan pembelajaran seorang guru sebelumnya pasti akan mempersiapkan lebih dahulu apa yang akan disampaikan pada siswa dengan menyusun persiapan mengajar atau rencana pembelajaran. Rencana pembelajaran memuat topik yang dibahas, tujuan pembelajaran, alat-alat yang perlu digunakan, langkah-langkah pembelajaran atau skenario pembelajaran, dan penilaian yang akan dilakukan.
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar ( Udin Winataputra, 1994,34)
Banyak model-model pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar yang pada prinsipnya pengembangan model pembelajaran bertujuan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang efektif dan efisien, menyenangkan, bermakna, dan lebih banyak mengaktifkan siswa.
Di daerah barat pakaian yang penuh variasi lengkap dengan berbagai corak warna dan modelnya, semua itu adalah dengan tujuan agar si pemakai merasa nyaman, aman, terlindung, juga agar merasa percaya diri dan dihargai/dihormati orang lain. Orang lain yang memandang cara berpakaian pun akan merasa senang, simpati, bahkan mungkin tertarik akan performa dan potongan/model pakaian tersebut. Maka secara lugas dapat dikatakan bahwa tujuan dari pada berpakaian sudah tercapai.
Demikian juga dengan pembelajaran. Banyak ragam strategi pembelajaran, pendekatan, metode pembelajaran dan juga model pembelajaran. Tujuan dilaksanakannya berbagai macam strategi pembelajaran, metode pembelajaran dan model pembelajaran adalah agar guru/pendidik lebih mudah, lebih efektif dan efisien dalam menerapkan suatu pembelajaran sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran akan mudah tercapai secara maksimal.
Bagi peserta didik akan menimbulkan perasaan senang, termotivasi, tertantang sehingga pembelajaran pun menjadi lebih bermakna. Tidak ada lagi pembelajaran yang monoton dan menjemukan.
Khusus model pembelajaran, ternyata jumlahnya cukup banyak. Hal ini karena selalu ada inovasi-inovasi baru yang dilakukan oleh kalangan guru/pendidik, ahli pendidikan dan kaum cerdik cendikiawan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Efektif atau tidaknya suatu model pembelajaran diterapkan, tidak ditentukan oleh kecanggihan suatu model pembelajaran saja, karena pada prinsipnya tidak ada satu model pembelajaran pun yang terbaik. Model pembelajaran yang terbaik adalah model pembelajaran yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Model Pembelajaran Complete Sentence
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran mudah dan sederhana di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia. (Erman, S.Ar., dkk. 2002)
Pembelajaran dengan model melengkapi kalimat adalah dengan sintakas: siapkan blanko isian berupa aparagraf yang kalimatnya belum lengkap, sampaikan kompetensi, siswa ditugaskan membaca wacana, guru membentuk kelompok, LKS dibagikan berupa paragraph yang kaliatnya belum lengkap, siswa berkelompok melengkapi, presentasi.
Model Pembelajaran Complete Sentence merupakan rangkaian proses pembelajarann yang diawali dengan menyampaikan materi ajar oleh guru, atau dengan penganalisaan terhadap modul yang telah dipersiapkan, pembagian kelompok yang tidak boleh lebih dari tiga orang dengan kemampuan yang heterogen, pemberian lembar kerja yang berisi paragraf yang belum lengkap, lalu diberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan diakhiri dengan pengambilan kesimpulan. (Istarani; 2011)
2. Prinsip Model Pembelajaran Complete Sentence
Ada dua jenis belajar, yaitu belajar secara aktif dan secara reaktif (pasif). Belajar secara aktif indikatornya adalah belajar pada setiap situasi, menggunakan kesempatan untuk meraih manfaat, berupaya terlaksana, dan partisipatif dalam setiap kegiatan. Sedangakan belajar reaktif indikatornya adalah tidak dapat melihat adanya kesempatan belajar, mengabaikan kesempatan, membiarkan segalanya terjadi, menghindar dari kegiatan.
Dari indikator belajar aktif, sesuai dengan pengertian kegiatan pembelajaran di atas, maka prinsip belajar yang harus diterapkan adalah siswa harus sebagai subjek, belajar dengan melakukan dan mengkomunikasikan sehingga kecerdasan emosionalnya dapat berkembang, seperti kemampuan sosialisasi, empati dan pengendalian diri. Hal ini bisa terlatih melalui kerja individual, kelompok, diskusi, presentasi, tanya-jawab, sehingga terpupuk rasa tanggung jawab dan disiplin diri.
Prinsip belajar yang dikemuakan oleh Treffers (1991) adalah memiliki indikatro mechanistic (latihan, mengerjakan), structuralistic (terstrutur, sitematik, aksionmatik), empiristic (pngelaman induktif-deduktif), dan realistic-human activity (aktivitas kehidupan nyata). Prisip tersebut akan terwujud dengan melaksanakan pembelajaran dengan memperhatikan keterlibatan intelektual-emosional, kontekstual-trealistik, konstruksivis-inkuiri, melakukan-mengkomunikasikan, dan inklusif life skill.
Adapun prinsip-prinsip yang terdapat dalam model pembelajaran complete sentence adalah sebagai berikut:
a. Soal yang disampaikan berupa kalimat yang belum lengkap, sehingga makna atau arti kalimat tersebut belum dapat dimengerti
b. Kalimat yang banyak dan saling berkaitan dalam sebuah paragrap, dan belum sempurna serta belum dimengerti maknanya
c. Kalimat dapat dilengkapi dengan pilihan kata yang disediakan
d. Harus diisi dengan kata-kata tertentu, misal istilah keilmuan atau kata asing.
e. Jawaban dari kalimat yang belum lengkap itu sudah disediakan
3. Kelebihan Model Pembelajaran Complete Sentence
? Mudah dibuat guru, hanya dengan menghilangan satu kata dalam kalimat
? Siswa tidak perlu menjelaskan jawabannya, hanya perlu memadukan rumpang atau tidak jawabannya.
? Siswa diajarkan untuk mengerti dan hafal mengenai materi
? Materi akan terarah dan tersaji secara benar, sebab guru terlebih dahulu menjabarkan uraian materi sebelum pembagian kelompok
? Melatih siswa untuk bekerja sama dan menghargai orang lain dalam berdiskusi
? Melatih siswa untuk berinteraksi secara baik dengan teman sekelasnya (Istarani; 2011)
? Akan dapat memperdalam dan mempertajam pengetahuan siswa melalui lembar kerja yang dibagikan kepadanya, sebab mau tidak mau dia harus menghafal atau paling tidak membaca materi yang diberikan kepadanya.
? Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa, sebab masing-smasing siswa dimintai tanggung jawabnya atas hasil diskusi.
4. Kekurangan Model Pembelajaran Complete Sentence
? Guru kurang kreatif dan inovasi dalam membuat soal
? Siswa kurang terpacu mencari jawaban karena hanya cukup menebak kata
? Kurang cocok untuk dipergunakan dalam setiap bidang studi
? Dalam kegiatan diskusi sering hanya beberapa orang saja yang aktif
? Pembicaraan dalam diskusi sering melenceng dari materi pembelajaran yang dilakukan
? Adanya siswa kurang memiliki bahan dalam melaksanakan diskusi atau tidak mampu untuk menyampaikan pendapatnya dalam diskusi. (Istarani; 2011)
5. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Coplete Sentence
Ada beberapa langkah-langkah model pembelajaran complete sentence (Istarani; 2011) yang harus diketahui yaitu:
? Mempersiapkan lembar kerja siswa dan modul
? Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
? Guru menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau modul dengan waktu secukupnya
? Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen
? Guru membagikan lembar kerja yanga berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap
? Peserta didik berdiskusi untuk melengkapi paragraf dengan kunci jawaban yang tersedia
? Peserta didik berdiskusi secara berkelompok
? Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta didik membaca sampai mengerti atau hafal
? Kesimpulan
KESIMPULAN
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran mudah dan sederhana di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia.
Model pembelajaran complete sentence ini sering di gunakan dalam pelajaran Bahasa. Indonesia. Model pembelajaran bisa di gunakan dalam pembelajaran asalkan kita dapat menempatkan dan menyambungkan model pembelajaran yang akan kita gunakan dengan materi yang akan di ajarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.
Ary Ginanjar Agustian (2002). Emotional Spritual Quotient (ESQ). Jakarta: Arga.
Ditdik SLTP (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL). Jakarta.:Depdiknas.
Erman, S.Ar., dkk. (2002). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-FPMIPA.
http://pkab.wordpress.com/2008/04/29/model-belajar-dan-pembelajaran-berorientasi-kompetensi-siswa/
http:K//ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-complete-sentence.html
http://007indien.blogspot.com/2012/11/model-pembelajaran-complete-sentence.html
0 komentar:
Posting Komentar