BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakekatnya adalah
pemberian bantuan kepada orang lain secara sadar dan terencana untuk mewujudkan
dan mengaktifkan potensi orang lain, agar yang bersangkutan memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(Musaheri, 2005:20).
Menurut Shachelford dan Fenak (dalam
Ulfah, 2004:3), apa yang dikenal selama ini dalam proses belajar mengajar yaitu
bahwa mengajar harus menguasai :
a.
Apa yang diajarkan;
b.
Teori pengajaran yang relevan;
c.
Hal-hal baru (mau melakukan
penelitian untuk memperkaya isi bahan ajar yang diajarkan);
d.
Karakteristik siswa.
Setiap guru harus memiliki keahlian
di dalam memilih model pengajaran yang dipakai sehari-hari dikelas. Pemilihan
model yang tepat dalam pengajaran tentu saja berorientasi pada tujuan
pengajaran termasuk tujuan setiap materi yang akan diberikan pada siswa. Dari
beberapa model pengajaran yang baru, salah satu bentuk model penyajian materi
yang penting untuk diketahui adalah model pengajaran langsung (Direct instruction). Istilah lain yang
sering di pergunakan ialah pengajaran aktif, Master learning dan Explicit
Instruction (Nur, 2000:3).
Model pengajaran langsung dirancang
secara khusus untuk mengembangkan pengetahuan prosedural dan pengetahuan
deklaratif. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu sedangkan
pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu yang
keduanya berstruktur dengan baik dapat dipelajari selangkah demi selangkah
(Nur, 2000:4-5).
Pengajaran langsung adalah model
pembelajaran yang berpusat pada guru, yang mempunyai 5 langkah dalam
pelaksanaannya, yaitu menyiapkan siswa menerima pelajaran, demontrasi,
pelatihan terbimbing, umpan balik, dan pelatihan lanjut (mandiri) (Nur,
2000:7).
Pengembangan
model pengajaran langsung dilandasi oleh latar belakang teoritik dan empirik
tertentu. Di antaranya adalah ide-ide dari bidang sistem analisis, teori
pemodelan sosial dan prilaku, serta hasil penelitian tentang keefektifan guru
dalam melaksanakan fungsinya. Secara historis, beberapa aspek dari model
pengajaran langsung berasal dari prosedur pelatihan dalam industri (Nur,
2000:9)
Selanjutnya
Nur (2000:18) juga mengatakan bahwa : Pengajaran langsung paling cocok
diterapkan untuk mata pelajaran yang berorientasi pada keterampilan seperti
matematika dan membaca dimana mata pelajaran itu dapat di ajarkan selangkah
demi selangkah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pembelajaran Explicit Instruction
Model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan dapat berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para
pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas proses belajar mengajar.
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah.
Model Direct Intruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini sering disebut Model Pengajaran Langsung (Kardi dan Nur,2000a :2). Arends (2001:264) juga mengatakan hal yang sama yaitu :”A teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct instruction model”. Apabila guru menggunakan model pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung jawab untuk mengudentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/materi atau keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik.
Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Hal yang sama dikemukakan oleh Arends (1997:66) bahwa: “The direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashion.”
Lebih lanjut Arends (2001:265) menyatakan bahwa: ”Direct instruction is a
teacher-centered model that has five steps:establishing set, explanation and/or
demonstration, guided practice, feedback, and extended practiceA direct
instruction lesson requires careful orchestration by the teacher and a learning
environment that businesslike and task-oriented.” Hal yang sama dikemukakan
oleh Kardi dan Nur (2000a : 27), bahwa suatu pelajaran dengan model pengajaran
langsung berjalan melalui lima fase:
(1) penjelasan tentang tujuan dan
mempersiapkan siswa,
(2) pemahaman/presentasi materi ajar
yang akan diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu,
(3) memberikan latihan terbimbing,
(4) mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik,
(5) memberikan latiham mandiri.
B.
Prinsip
Model Pembelajaran Explicit instruction
Pembelajaran ini cocok
untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah demi
langkah bertahap.
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah
Model
pembelajaran explicit instruction memiliki prinsip sebagai berikut :
1. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh
model pada siswa termasuk prosedur hasil belajar.
2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur
kegiatan pembelajaran.
3. Sistem pengolahan dan lingkungan belajar
model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung
dengan berhasil (Nur, 2000 : 3).
Menurut Nur (2000 : 57 - 59) tentang Model Direct
Instruction dapat dirangkum sebagai
berikut :
1)
Salah satu tujuan pembelajaran
yang penting dari setiap mata pelajaran di sekolah ialah memperoleh informasi dan
keterampilan-keterampilan dasar. Sebelum siswa mempelajari informasi dan
keterampilan lanjut, mereka harus terlebih dahulu menguasai informasi dan
keterampilan dasar.
2)
Untuk tercapainya tujuan
seperti yang tertulis pada butir (1), guru menggunakan Model Direct
Instruction. Model pengajaran ini mempunyai landasan empirik dan teoritik
dari anallisis system, teori pemodalan tingkah laku, dan penelitian tentang
keberhasilan guru dalam mengajar.
3)
Dampak instruksional dari model
pengajaran langsung ialah mengembangkan
penguasaan keterampilan sederhana dan komplek serta pengetahuan
deklaratif yang dapat dirumuskan dengan jelas dan diajarkan tahap demi tahap.
4)
Direct Instruction pada umumnya mempunyai Lima fase, menjelaskan tujuan pembelajaran
dan menyiapkan siswa; mendemonstrasikan atau menjelaskan materi yang akan
dipelajari oleh siswa; memberikan bimbingan praktek; mengecek pemahaman siswa
dan memberikan balikan; dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih
sendiri dan menerapkan hasil belajar.
5) Model Direct Instruction memerlukan lingkungan pembelajaran
terstruktur dengan baik dan uraian guru yang jelas.
6) Pada tahap perencanaan perumusan tujuan dan analisis tugas, perlu mendapat perhatian
yang seksama.
7) Dalam melaksanakan Direct Instruction,
guru perlu memberikan uraian yang jelas, mendemonstrasikan dan memperagakan
tingkah laku dengan benar, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih.
8) Pelatihan perlu dilandasi oleh
prinsip-prinsip sebagai berikut : Berikan pelatihan singkat dan frekwensi yang
tidak berlebihan; Siswa benar-benar menguasai keterampilan yang dilatihkan;
Menggunakan pelatihan berkelanjutan atau pelatihan berselang.
9) Direct Instruction menuntut pengolaan kelas yang unik,
menarik dan mempertahankan perhatian siswa dari awal sampai selesainya proses
pembelajaran.
10) Pengolaan kelas yang juga perlu memperoleh
perhatian ialah mengatur tempo pembelajaran, kelancaran alur pembelajaran,
mempertahankan ketertiban dan peserta siswa, dan menangani dengan cepat
penyimpangan-penyimpangan tingkah laku siswa.
11) Penilaian hasil belajar siswa ditekankan
pada praktek pengembangan dan penerapan pengetahuan dasar yang sesuai, mengukur
dengan teliti keterampilan sederhana dan yang kompleks, serta memberikan umpan
balik kepada siswa.
Dari uraian di atas, keterampilan
atau kecakapan siswa, baik kognitif mapun fisik harus dijadikan landasan oleh
guru ataupun siswa untuk membangun hasil belajar yang maksimal. Karena
bagaimanapun sebelum siswa memperoleh dan memproses sejumlah informasi atau
suatu pengetahuan, mereka harus menguasai strategi belajar dahulu, seperti
membuat catatan dan merangkum isi bacaan. Begitu juga sebelum siswa mampu
berpikir secara kritis, mereka harus mampu terlebih dahulu menguasai
dasar-dasar ilmu logika dan begitu juga dengan hal-hal yang lain. Maka
disinilah seorang guru dituntut mampu menguasai metode pengajaran langsung (Direct
Instruction) untuk membantu siswa mencapainya dengan maksimal.
C.
Keunggulan Model Pembelajaran Explicit instruction
1.
Siswa
akan lebih aktif, bersemangat, bermutu (berkualitas) dan berdayaguna. Hal ini
akan terjadi, karena pengajaran langsung menggunakan perencanaan dan
pelaksanaan yang sangat hati-hati dari guru. Pengajaran langsung mensyaratkan
tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara seksama. Demontrasi dan
jadwal pelatihan direncanakan dan dilaksanakan secara seksama pula. Tujuan
pembelajaran direncanakan oleh guru dan siswa, begitu juga sistem pengelolaan
pembelajaran dilakukan oleh guru harus menjamin keterlibatan siswa, terutama
melalui memperhatikan, mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana
pula. Lingkungan pembelajaran langsung juga harus berorentasi pada tugas dan
memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.
2.
Penguasaan
terhadap materi lebih mendalam karena mendapat bimbingan praktek, mengecek
pembahasan siswa dan memberikan umpan balik, serta siswa dapat berlatih sendiri
dalam menerapkan hasil belajar. Ini semua sesuai dengan pendapat Briggs dalam
Kardi (2001:10) yang menemukakan bahwa pengajaran yang dirancang secara
sistematik akan berpengaruh besar terhadap perkembangan individu. Pengajaran
akan menjadi lebih baik jika dirancang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
memperoleh lingkungan belajar yang menunjang dan berkembang sesuai dengan
kemampuan dan aktivitasnya sendiri, tanpa adanya paksaan apapun.
3.
Pengajaran
dilakukan selangkah demi selangkah untuk menumbuhkan sikap percaya diri,
berani, kesungguhan, keberanian serta tanggung jawab terhadap sekolah, keluarga
dan masyarakat. Menurut Kardi (2001:2) Salah satu yang mencolok antara orang
yang baru mempelajari sesuatu atau pemula dengan pakar adalah bahwa para pakar
telah benar-benar menguasai keterampilan-keterampilan dasar, sehingga mereka
dapat menerapkannya dengan presisi dan tanpa dipikirkan lagi. Sedangkan para
pemula harus menguasasi dasar-dasar hal tersebut terlebih dahulu. Dan untuk
pemahaman tersebut dibutuhkan langkah-langkah yang benar dan terencana. Salah
satu kelebihan dari metode pembelajaran langsung ini adalah menanamkan cara
atau metode informasi atau suatu pengetahuan dengan selangkah demi selangkah,
yang hiharapkan tertata rapi pada diri diri siswa.
4.
Membuat
pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja. Menurut Kardi (2001:35) guru harus
memberikan pelatihan sampai siswa benar-benar menguasai konsep/keterampilan
yang dipelajari. Karena keterampilan dan konsep yang dipelajari hari itu adalah
merupakan persayaratan penting untuk keterampilan dan praktek berikutnya.
Disinilah kenapa metode pembelajaran langsung akan mampu menyiapkan siswa ke
dunia kerja nyata.
5.
Membiasakan
siswa untuk tidak sekedar menghafal materi pelajaran tetapi juga harus mampu
menerapkan apa yang telah dipelajari sebelumnya. Di dalam pembelajaran langsung
siswa dilatih untuk mandiri, tidak hanya menghafal materi pelajaran saja.
Kebanyakan letihan mandiri yang diberikan kepada siswa adalah pada fase akhir
pertemuan dalam kelas, yang berupa pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah disini
dimaksudkan berlatih secara mandiri, hal ini merupakan kesempatan bagi siswa
untuk menerapkan keterampilan baru yang diperolehnya secara mandiri, dan
memperpanjang waktu belajar belajar bagi siswa.
D. Kelemahan Model Pembelajaran Explicit instruction
1.
Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan
informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak
semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus
mengajarkannya kepada siswa.
2.
Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal
kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar,
atau ketertarikan siswa.
3.
Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif,
sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal
mereka.
4. Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini,
kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru
tidak
tampak
siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat
menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.
5. Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat
struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi
karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap
kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.
E. Langkah- Langkah Model Pembelajaran Explicit instruction
Pada model explicit instruction terdapat lima
fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang
tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk
menerima penjelasan guru.
Sintaks Model explicit instruction tersebut
disajikan dalam 5 (lima) tahap, seperti ditujukan tabel berikut ini :
Sintaks Model Explicit Instruction Fase
|
Peran Guru
|
||
Fase 1
Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa
|
Guru menjelaskan
TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan
siswa untuk belajar.
|
||
Fase 2
Medemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan
|
Guru
mendemontrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap
demi tahap.
|
||
Fase 3
Membimbing
pelatihan
|
Guru merencanakan
dan memberi bimbingan pelatihan awal
|
||
Fase 4
Mengecek pemahaman
dan memberikan umpan balik
|
Mencek apakah
siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik.
|
||
Fase 5
Memberikan
kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
|
Guru mempersiapkan
kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan
kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.
|
Kardi
& Nur (dalam Trianto, 2011:43)
Tahapan atau sintaks model explicit instruction menurut Bruce
dan Weil (dalam Sudrajat,2011:3)., sebagai berikut:
1)
Orientasi.
Sebelum menyajikan
dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru memberikan
kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan.
Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa:
· kegiatan pendahuluan untuk mengetahui
pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
· mendiskusikan atau menginformasikan tujuan
pelajaran.
· memberikan penjelasan/arahan mengenai
kegiatan yang akan dilakukan.
· menginformasikan materi/konsep yang akan
digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran.
· menginformasikan kerangka pelajaran.
2)
Prestasi.
Pada fase ini guru
dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun
keterampilan. Penyajian materi dapat berupa:
· penyajian materi dalam langkah-langkah
kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek.
· pemberian contoh-contoh konsep.
· pemodelan atau peragaan keterampilan dengan
cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas.
· menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
3)
Latihan terstruktur.
Pada fase ini guru
memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam
fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan
penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang
salah.
4)
Latihan terbimbing.
Pada fase ini guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan.
Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengases/menilai
kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan
bimbingan jika di perlukan.
5)
Latihan mandiri.
Pada fase ini siswa
melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika
telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan
latihan.
Slavin
(dalam Trianto:2011) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks explicit
instruction, yaitu sebagai berikut :
1. Menginformasikan tujuan pembelajaran dan
orientasi pelajaran kepada siswa. Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal
yang harus dipelajari dan kinerja siswa yang diharapkan.
2. Me-review pengetahuan dan keterampilan
prasyarat. Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap
pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa.
3. Menyampaikan materi pelajaran. Dalam
fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan
contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan sebagainya.
4. Melaksanakan bimbingan. Bimbingan
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat
pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berlatih. Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melatih keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu atau
kelompok.
6. Menilai kinerja siswa dan memberikan
umpan balik. Guru memberikan reviu terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa,
memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang
keterampilan jika diperlukan.
7.
Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas
mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah
mereka pelajari.
F. Aplikasi Model Pembelajaran Explicit instruction Pada Matematika
Penerapan metode pembelajaran langsung
dalam sistim persamaan linear dua variabel yaitu sebagai berikut :
Fase I : Mengklarifikasi tujuan
Misalkan kita akan menjelaskan materi tentang Persamaan Linier Dua
Variabel
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari. Misalnya Ani membeli 2 buku dan 4 pensil dengan harga Rp
8.000,00 dan Ina membeli 3 buku dan 1 pensil dengan harga Rp 7.000,00. Berapa
harga 1 buku dan 1 pensil ?
Dari soal diatas guru memberi penjelasan bahwa soal diatas dapat
diselesaikan menggunakan Persamaan
Linier Dua Variabel.
Fase II : Mendemonstrasikan pengetahuan / keterampilan
Guru menjelaskan cara mengerjakan contoh soal diatas
Dimisalkan : buku = x
Pensil = y
Jadi dari soal
dapat di tulis dalam persamaan matematika
2x + 2y = 8.000
3x + y = 7.000
Kemudian guru
menjelaskan cara mengerjakan soal diatas
1.
Untuk mendapatkan nilai x kita
eliminasi y
x + 2y = 8.000 x+ 2y =
4.000
3x + y = 7.000 6x + 2y = 14.000 -
-4x = -10.000
x = 2.000
- Untuk mendapat nilai y subtitisi nilai x
x + 2y = 8.000
2000 + 2y = 8.000
y = 8.000
2
= 4.000
Jadi dapat kita simpulkan bahwa harga 1 buku adalah Rp 2.000 dan
harga 1 pensil Rp 4.000
Fase III : Memberikan praktek dan bimbingan
Guru memberikan latihan soal
untuk dikerjakan secara individu dan guru memberikan bimbingan kepada siswa
yang kurang jelas.
Fase IV : Memeriksa pemahaman siswa dan memberi umpan balik
Guru menyuruh salah satu siswa untuk menuliskan hasil pekerjaannya
di papan tulis kemudian guru beserta siswa memcocokkan hasil pekerjaan siswa.
Kemudian guru memberi kuis sebagai umpan balik.
Fase V : Memberi praktik dan transfer yang luas
Guru memberi soal-soal latihan yang berkaitan dengan materi ajar
dimana soal tersebut dibuat secara kontekstual dan sesuai dengan kehidupan
sehari-hari.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari kutipan diatas model explicit instruction khusus
dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedur dan
pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi
selangkah. Dimana dimulai dari menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa,
Pembelajaran langsung menjadikan siswa lebih aktif, bersemangat, bermutu (berkualitas)
dan berdayaguna. Hal ini terjadi, karena pengajaran langsung menggunakan
perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati dari guru.
Model pembelajaran ini mengajarkan siswa bukan
hanya mampu menghafal, akan tetapi juga diharapkan mampu dan dapat
mengimplementasikan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-22261-BAB%20II.pdf
0 komentar:
Posting Komentar