BAB I
PENDAHULUAN
Selama ini, Metode ceramah sering digunakan dalam setiap pembelajaran termasuk matematika. Dan ternyata belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan mereka seperti kemampuan untuk menyampaikan ide atau gagasan, kemampuan menyelesaikan masalah dan kemampuan-kemampuan yang lainnya.
Hasil belajar matematika tidak hanya pada penguasaan terhadap latihan-latihan. Akan tetapi lebih menekankan pada proses selama pembelajaran itu berlangsung seperti melatih pola pikir dan daya nalar seseorang. Sesuai dengan definisi matematika yang dikemukakan oleh Song dan Rising dalam Erman Suherman (2003 :17) sebagai berikut : Matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasi, pembuktian logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, kelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Jadi pembelajaran matematika sangat memperhatikan bagaimana pola pikir, ketelitian, ide dan pengorganisasian yang muncul.
Hal ini mengakibatkan siswa kurang mengerti dengan materi yang telah diterangkan sehingga keinginan siswa untuk mengerjakan hal yang lain seperti mengerjakan latihan dan pekerjaan rumah menjadi kurang. Siswa juga kurang mempunyai keinginan untuk bekerjasama dalam menyelesaikan soal yang diberikan, hal ini terlihat dari kurangnya keinginan siswa untuk berdiskusi mengerjakan tugas yang diberikan. Hanya siswa tertentu saja yang mau mengerjakan tugas yang diberikan sedangkan siswa yang lain hanya menunggu pekerjaan temannya, bahkan ada yang tidak mengerjakan sama sekali. Masalah ini jika dibiarkan berlanjut akan berakibat pada hasil belajar yang diperoleh siswa.
Penerapan model pembelajaran yang diperkirakan mampu mengatasi permasalahan ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dalam matematika diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan sikap positif dalam matematika. Siswa secara individu diharapkan mampu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah-matematika, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika yang banyak dialami para siswa.
Dalam pembelajaran kooperatif banyak cara yang dapat dilakukan dalam berdiskusi salah satunya adalah dengan tipe time token. Tipe time token ini diperkirakan dapat membantu guru dalam mengelola kelompok belajar yang terdapat sejumlah kecil siswa yang mendominasi percakapan dan ada sejumlah kecil siswa yang malu dan tidak pernah berbicara sama sekali. Masing-masing siswa diberikan kupon dengan jumlah tertentu. Ketika siswa menjawab dan mengeluarkan pendapat, maka siswa menyerahkan salah satu kuponnya ke tengah kelompok. Jika kuponnya telah habis, maka siswa tidak boleh memulai berbicara sampai semua rekannya juga menghabiskan kupon mereka. Jadi time token dalam proses pembelajarannya selain siswa berdiskusi sesamanya siswa juga mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam kelompok. Tipe pembelajaran ini diharapkan dapat membantu siswa berbagi aktif serta menumbuhkan komunikasi yang efektif dan semangat di antara anggota kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal pada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam pembelajaran.
Pembelajaan kooperatif merupakan kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama dan saling membantu untuk memahami
suatu bahan pelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai hasil belajar tertinggi. Sedangkan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pengolola kegiatan pembelajaran serta pembimbing siswa dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif supaya berjalan dengan lancar. (http://pendidikan-achie.blogspot.com/2011/06/proposalpenerapan-pembelajaran.html)
Pengelompokan dalam pembelajaran kooperatif merupakan pengelompokan heterogen, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dua samapai lima orang dalam tiap kelompok dan mereka harus bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Sebagaimana pendapat Lie (2002: 45) yaitu: ”Jumlah dalam satu kelompok bervariasi muali dari dua sampai lima menurut kesukaan guru dan kepentingan tugas”.
Pembentukan kelompok dalam pembelajaran kooperatif ini harus memperlihatkan keanekaragaman anggota kelompok, menurut Ibrahim (2006: 6-7) kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Kelas dibagi atas kelompok-kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, rendah.
Jika mungkin dalam pembentukan kelompok juga diperhatikan perbedaan suku, budaya, jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi dan sebagainya.
Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menguasai materi akademik.
Sistem penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Jadi pembelajaran kooperatif itu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa. Hal ini ditunjukan oleh sistem pembentukan kelompok belajar dan sistem penghargaan yang dilakukan, selain itu pembelajaran kooperatif juga membantu siswa dalam meningkatkan prestasi akademik mereka dengan cara belajar dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang terpusat pada siswa, hal ini terlihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, siswa bekerja sama dengan anggota kelompok untuk mempelajari materi dan menyelesaikan tugas-tugas, serta memberikan penjelasan pada kelompok. Untuk itu pembelajaran kooperatif itu mempunyai unsur-unsur supaya hasil pembelajaran itu dapat tercapai secara maksimal. Menurut Ibrahim (2000: 6) ada beberapa unsur dalam pembelajaran kooperatif :
Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka ”sehidup sepenanggungan bersama”
Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik sendiri
Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama
Siswa haruslah berbagi peran tugas dan bertanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya
Siswa akan dikenakan evaluasi atau dikenakah hadiah / penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok
Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama dalam proses belajarnya
Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani oleh kelompok kooperatif
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Menyajikan informasi
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Evaluasi
Memberi penghargaan Guru menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil relajar individu dan kelompok
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token
Pengertian Time Token
Salah satu pendekatan struktural dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik adalah pembelajaran kooperati time token. Tipe pembelajaran ini dimaksudkan sebagai alternatif untuk mengajarakan keterampilan sosial yang bertujuan untuk menghindari siswa mendominasi atau siswa diam sama sekali dan menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada individu.
Time Token merupakan tipe dari pendekatan structural dari beberapa model pembelajaran kooperatif, untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tecakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Pendekatan struktural ini merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang pertama kali dikembangkan Spenser Kagen. Pada pendekatan ini lebih memberikan penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola intraksi siswa (Ibrahim, 2005: 25). Jadi struktural itu lebih mengarah kepada interaksi dan kerja sama dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural tersusun atas kelompok yang terdiri dari dua, tiga, empat, sampai enam orang dengan kemampuan dan latar belakang berbeda. Struktur yang dikembangkan ini lebih menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan penghargaan yang diberikan secara kooperatif. Ada dua macam pengembangan dalam pendekatan struktural yaitu untuk meningkatkan perolehan akademik dan untuk mengajarkan keterampilan sosial dan keterampilan kelompok yaitu Time Token and High Talker Tap Out (Ibrahim, 2000: 25-26).
Salah satu tugas guru dalam model pembelajaran koooperatif adalah mengajarkan keterampilan-keterampilan kelompok untuk bekerja sama secara kooperatif, seperti bagaimana berinteraksi satu dengan yang lain, bagaimana mengkoordinasikan sumbangan-sumbangan dari berbagai anggota, dan lain-lain. Seperti yang dikemukakan oleh Ibrahim (2000 :48) bahwa :
”Dalam belajar bersama banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam berbagi waktu dan bahan pelajaran, menjadi bos terhadap siswa lain, berbicara tanpa henti, dan melakukan sendiri segala pekerjaan kelompok adalah contoh-contoh ketidakmampuan siswa dalam berbagi waktu dan bahan pelajaran”
Dari kutipan di atas terlihat bahwa peran guru sangat diperlukan dalam pembelajaran kooperatif. Guru bertugas untuk mengatur agar di dalam kelompok tersebut tidakditemukan adanya siswa yang mengerjakan sendiri seluruh tugas kelompok dan yang lain hanya duduk saja. Guru juga mengatur agar semua siswa dapat berbicara dan mengeluarkan pendapat sehingga tidak hanya beberapa siswa saja yang selalu berbicara tanpa henti tanpa memberikan kesempatan kepada teman sekelompoknya, sehingga apa yang diharapkan dalam pembelajaran kooperatif dapat tercapai dengan baik.
Untuk mengatasi hal ini dikembangkan suatu bentuk atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang disebut dengan Time Token. Menurut Ibrahim (2000:15) ”Time Token adalah suatu kegiatan khusus yang dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran koooperatif dengan menggunakan kartu-kartu untuk berbicara, time token dapat membantu membagikan peran serta lebih merata pada setiap siswa”.
Model pembelajaran Time Token Arends merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan pembelajaran yang demokratis di sekolah. Proses pembelajaran yang demokratis adalah proses belajar yang menempatkan siswa sebagai subyek. Mereka harus mengalami sebuah perubahan ke arah yang lebih positif. Dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari tidak paham menjadi paham, dan dari tidak tahu menjadi tahu. Di sepanjang proses belajar itu, aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan kata lain mereka selalu dilibatkan secara aktif. Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
Model ini digunakan (Arends, 1998) untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali.
Pada kegiatan tersebut guru memantau kerja kelompok-kelompok kecil untuk memastikan kegiatan berlangsung secara lancar, selanjutnya guru melakukan evaluasi belajar siswa dengan tes tertulis.
Langkah-langkah Pembelajaran Time Token
Model pembelajaran kooperatif time token digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Langkahnya adalah kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, tiap siswa diberi kupon bahan pembicaraan (1 menit), siswa berbicara (pidato-tidak membaca) berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai kupon dikembalikan. (Suyatno, 2009:76).
Adapun Langkah-langkahnya Menurut H. Yatim (2010: 273) adalah:
Semua siswa diberi “kartu bicara”
Didalam kelompok siswa yang sudah menyampaikan pendapat harus menyerahkan satu kartunya.
Demikian seterusnya sampai siswa yang sudah habis kartunya tidak berhak bicara lagi.
Sedangkan Tata Cara Pelaksanaan Time Token menurut Agus Suprijono (2009: 133) adalah:
Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi
Setiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu lebih kurang 30 detik, setiap siswa di beri 3 buah kupon sesuai dengan waktu dan keadaan.
Bila telah selesai berbicara, kupon yang di pegang siswa diserahkan, setiap kali bicara satu kupon.
Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi, sedangkan siswa yang masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis.
Dan seterusnya.
Kelebihan Model Pembelajaran Time Token Arends
Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasinya.
Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali
Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran
Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara)
Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.
Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik
Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.
Kekurangan Model Pembelajaran Time Token Arends
Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja.
Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.
Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses pembelajaran, karena semua siswa harus berbicara satu persatu sesuai jumlah kupon yang dimilikinya.
Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan pembelajaran
BAB III
KESIMPULAN
Model pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal pada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Penerapan model pembelajaran yang diperkirakan mampu mengatasi permasalahan kurangnya motivasi siswa dalam mempelajari matematika adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif time token.
Menurut Ibrahim (2000:15) ”Time Token adalah suatu kegiatan khusus yang dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran koooperatif dengan menggunakan kartu-kartu untuk berbicara, time token dapat membantu membagikan peran serta lebih merata pada setiap siswa”.
Pembelajaran kooperatif time token ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain yakni: Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali, Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran; Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara); Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya; Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik; Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain;
Adapun kekurangannya adalah Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja, Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak, Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses pembelajaran, karena semua siswa harus berbicara satu persatu sesuai jumlah kupon yang dimilikinya, dan Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Suherman, Erman. 2003. Common Textbook: Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Universitas Pendidikan Indonesia.
Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Lie. Anita. 2002. Cooperative Learning Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo.
Riyanto, H. Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Group
Loedji, Willa Adrian Soekotjo. 2008. Pelajaran Matematika Bilingual Untuk AMP/MTs Kelas VII. Bandung: Yrama Widya
http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/14/model-pembelajaran-time-token-arends1998/diunduhpada061212 jam 19.45
http://planetmatematika.blogspot.com/2011/01/strategi-pembelajaran-time-token.html/diunduhpada061212jam20.45
http://pendidikan-achie.blogspot.com/2011/06/proposalpenerapan-pembelajaran.html/diunduhpada 071212jam21.25
0 komentar:
Posting Komentar