Kamis, 08 Desember 2016

MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan dunia yang sangat pesat dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi membuat persaingan antar negara  semakin ketat. Oleh karena itu sumber daya manusia yang handal dan professional sangat diperlukan serta didukung oleh lembaga pendidikan yang handal pula. Lembaga pendidikan yang handal harus bisa menciptakan suasana belajar yang aktif, efektif dan komunikatif.Kewajiban pendidik sebagai pelaku pendidikan adalah mencari solusi yang terbaik dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Masalah ini tentu harus ada juga faktorlain yang bisa mendukung terciptanya kualitas pembelajaran yang baik, baik itu external maupun internal. Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja bertujuan dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relative menetap pada diri orang lain. Usaha ini dilakukan oleh seseorang atau suatu tim yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam merancang dan atau mengembangkan sumber belajar yang diperlukan (Yusufhadi Miarso, 2005).Dalam hal ini untuk menunjang kegiatan pembelajaran dibutuhkan pula sarana prasarana yang memadai, kalaupun tidak terpenuhi para pendidik harus bisa mencari solusi sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Senin, 05 Desember 2016

MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE




BAB I
PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta didik (siswa) merasa jenuh dan tersiksa. Oleh karena itu dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada.

MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE




BAB I
PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta didik (siswa) merasa jenuh dan tersiksa. Oleh karena itu dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada.

2.    Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca, khususnya para mahasiswa jurusan matematika, fakultas Tarbiayah Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon agar nantinya dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dapat menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan materi pembelajaran.




BAB II
PEMBAHASAN
MODEL PEMBELAJARAN (MATEMATIKA) PICTURE AND PICTURE

1.    Pengertian Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran amat dekat dengan pengertian strategi pembelajaran dan dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi,  metode, dan teknik. Sedangkan istilah “strategi “ awal mulanya dikenal dalam dunia militer terutama terkait dengan perang atau dunia olah raga, namun demikian makna tersebut meluas tidak hanya ada pada dunia militer atau olahraga saja akan tetapi bidang ekonomi, sosial, pendidikan. Menurut Ruseffendi (1980), istilah strategi, metode, pendekatan dan teknik mendefinisikan  sebagai berikut :
1.    Strategi pembelajaran adalah separangkat     kebijaksanaan yang terpilih, yang telah dikaitkan dengan faktor yang menetukan warna atau strategi tersebut, yaitu :
a.    Pemilihan materi pelajaran  (guru atau siswa).
b.    Penyaji materi pelajaran (perorangan atau kelompok, atau belajar mandiri).
c.    Cara menyajikan materi pelajaran (induktif atau deduktif, analitis atau sintesis, formal atau non formal).
d.    Sasaran penerima materi pelajaran (kelompok,   perorangan, heterogen, atau  homogen).
2.    Pendekatan Pembelajaran adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran  dilihat  bagaimana materi itu disajikan. Misalnya memahami suatu prinsip dengan  pendekatan induktif atau deduktif.
3.    Metode Pembelajaran adalah cara mengajar secara umum yang dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, misalnya mengajar dengan ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan terbimbing dan sebagainya.
4.    Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus suatu metode pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media pembelajaran serta kesiapan siswa. Misalnya teknik mengajarkan perkalian dengan penjumlahan berulang.
Sedangkan Model Pembelajaran adalah sebagai suatu disain yang menggambakan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa (Didang : 2005).
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998 : 203), pengertian strategi  (1) ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam dan perang damai, (2) rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Soedjadi (1999 : 101) menyebutkan strategi pembelajaran adalah suatu siasat melakukan kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah keadaan pembelajaran menjadi pembelajaran yang diharapkan. Untuk dapat mengubah keadaan itu dapat ditempuh dengan berbagai pendekatan pembelajaran. Lebih lanjut Soedjadi menyebutkan bahwa dalam satu pendekatan dapat dilakukan lebih dari satu metode dan dalam satu metode dapat digunakan lebih dari satu teknik. Secara sederhana dapat dirunut sebagai rangkaian :
 teknik          metode            pendekatan          strategi                  model
Istilah  “ model pembelajaran” berbeda dengan strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran yang luas dan menyuluruh. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya (Joyce, Weil dan Showers, 1992).
Lebih lanjut  Ismail (2003) menyatakan  istilah Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu : 
1.    rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,
2.    tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
3.    tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil dan
4.    lingkungan belajar  yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Berbedanya  pengertian antara model, strategi, pendekatan dan metode serta teknik  diharapkan guru mata pelajaran umumnya dan khususnya matematika mampu memilih model dan mempunyai strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi dan standar kompetensi serta kompetensi dasar dalam standar isi.

2.    Pemilihan Model Pembelajaran Sebagai Bentuk Implementasi Strategi Pembelajaran.
Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu  memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Dimana dalam pemilihan  Model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya  pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa-siswa. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.
Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks  (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai contoh pengklasifikasian berdasarkan tujuan adalah pembelajaran langsung, suatu model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar seperti tabel perkalian atau untuk topik-topik yang banyak berkaitan dengan penggunaan alat. Akan tetapi ini tidak sesuai bila digunakan untuk mengajarkan konsep-konsep matematika tingkat tinggi.
Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa. Sintaks (pola urutan) dari bermacam-macam model pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama. Contoh, setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pelajaran,  didalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku yang disusun secara melingkar atau seperti tapal kuda. Sedangkan model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan guru.
Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan memperhatikan guru.
Pemilihan model dan metode pembelajaran menyangkut strategi dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator pembelajarannya dapat tercapai. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Di madrasah, tindakan pembelajaran ini dilakukan nara sumber (guru) terhadap peserta didiknya (siswa). Jadi, pada prinsipnya strategi pembelajaran sangat terkait dengan pemilihan model dan metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada para siswanya.
Pada saat ini banyak dikembangkan model-model pembelajaran. Menurut penemunya, model pembelajaran temuannya tersebut dipandang paling tepat diantara model pembelajaran yang lain. Untuk menyikapi hal tersebut diatas, maka perlu kita sepakati hal-hal sebagai berikut :
1.    Siswa Pendidikan Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah banyak yang masih berada dalam tahap berpikir konkret. Model dan metode apapun yang diterapkan, pemanfaatan alat peraga masih diperlukan dalam menjelaskan beberapa konsep matematika.
2.    Kita tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran yang ada. Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kekuatan.
3.    Kita dapat memilih salah satu model pembelajaran yang kita anggap sesuai dengan materi pembelajaran kita; dan jika perlu kita dapat menggabungkan beberapa model pembelajaran.
4.    Model apa pun yang kita terapkan, jika kita kurang menguasai meteri dan tidak disenangi para siswa, maka hasil pembelajaran menjadi tidak efektif.
5.    Oleh kerena itu komitmen kita adalah sebagai berikut :
a.    Kita perlu menguasai materi yang harus kita ajarkan, dapat mengajarkannya, dan terampil dalam menggunakan alat peraga.
b.    Kita berniat untuk memberikan yang kita punyai kepada para siswa dengan sepenuh hati, hangat, ramah, antusias, dan bertanggung jawab.
c.    Menjaga agar para siswa “mencintai” kita, menyenangi materi yang kta ajarkan, dengan tetap menjaga kredibilitas dan wibawa kita sebagai guru dapat mengembangkan model pembelajaran sendiri. Anggaplah kita sedang melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.
Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam. Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat di capai dengan lebih  efektif dan efisien.

3.    Pengertian Model Pembelajaran Picture and Picture
Salah satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran Picture And Picture model ini   merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Model Pembelajaran ini sangat cocok untuk pembelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Matematika. Tetapi model ini tepat dapat digunakan dalam mata pelajaran yang lain dengan kemasan dan kreatifitas guru.
Sejak di populerkan sekitar tahun   2002, model pembelajaran mulai menyebar di kalangan guru di Indonesia.
Menurut Agus Suprijono (2009:110) Model pembelajaran Picture and Picture adalah metode belajar yang menggunakan gambar dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model Pembelajaran apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau software yang lain.

4.    Prinsip – prinsip Model Pembelajaran Picture and Picture
Prinsip dasar dalam Model Pembelajaran kooperatif Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1.    Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2.    Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3.    Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
4.    Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5.    Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6.    Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

5.    Langkah – langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture
Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan Model Pembelajaran Picture and Picture  ini menurut  Hamdani (2011 : 89) adalah sebagai berikut :
1.    Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2.    Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3.    Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan materi).
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan picture atau gambar kita akan menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.
4.    Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan gambar-gambar yang ada.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau di modifikasi.
5.    Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa dalam menentukan urutan gambar.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indikator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
6.    Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan konsep materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan.
7.    Guru menyampaikan kesimpulan.
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran.

6.    Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Picture and Picture
Adapun kelebihan dan kelemahan dari Model Pembelajaran Picture and Picture menurut Istarani (2011:8) adalah :
Kelebihan Model Pembelajaran Picture and Picture :
1.    Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu.
2.    Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari.
3.    Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada.
4.    Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar.
5.    Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.


Kelemahan  Model Pembelajaran Picture and Picture :
1.    Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai dengan materi pelajaran.
2.    Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki.
3.    Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.
4.    Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang diinginkan.

7.    Aplikasi Model Pembelajaran Picture and Picture pada Pembelajaran Matematika
a.    Pemahaman Matematika
    Pemahaman   matematika    adalah    salah    satu    tujuan   penting    dalam pembelajaran,   memberikan   pengertian   bahwa   materi-materi    yang diajarkan kepada    siswa   bukan    hanya   sebagai   hafalan,    namun lebih dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih   mengerti  akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis   juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep    yang   diharapkan.     Hal  ini sesuai  dengan  Hudoyo yang menyatakan: “Tujuan mengajar   adalah    agar pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami peserta didik“. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa siswa kepada tujuan yang   ingin    dicapai yaitu agar bahan yang disampaikan dipahami  sepenuhnya oleh siswa.
     Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang diartikan sebagai    penyerapan   arti   suatu   materi   yang dipelajari. Lebih lanjut Michener menyatakan bahwa  pemahaman   merupakan   salah satu aspek dalam Taksonomi Bloom.   Pemahaman  diartikan   sebagai penyerapan arti suatu materi bahan yang dipelajari.     Untuk   memahami suatu   objek   secara  mendalam seseorang harus mengetahui:     1) objek itu sendiri; 2) relasinya dengan objek lain yang sejenis; 3) relasinya dengan objek lain yang tidak sejenis; 4) relasi-dual dengan objek lainnya yang sejenis; 5) relasi dengan objek dalam teori lainnya.
     Ada tiga macam pemahaman   matematik, yaitu :  pengubahan (translation), pemberian     arti  (interpretasi)      dan    pembuatan ekstrapolasi (ekstrapolation). Pemahaman translasi digunakan  untuk   menyampaikan informasi dengan bahasa dan bentuk yang lain dan menyangkut pemberian makna dari suatu informasi yang bervariasi. Interpolasi digunakan untuk   menafsirkan maksud  dari  bacaan,   tidak hanya    dengan   kata - kata   dan  frase, tetapi    juga mencakup pemahaman suatu informasi   dari   sebuah   ide.    Sedangkan   ekstrapolasi   mencakup estimasi dan prediksi yang didasarkan   pada sebuah   pemikiran,   gambaran  kondisi dari suatu informasi,   juga   mencakup   pembuatan   kesimpulan   dengan konsekuensi yang sesuai   dengan   informasi   jenjang kognitif ketiga yaitu penerapan (application) yang menggunakan atau menerapkan suatu bahan yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru, yaitu berupa ide, teori atau petunjuk teknis.
     Bloom   mengklasifikasikan    pemahaman    (Comprehension) ke dalam jenjang kognitif kedua yang   menggambarkan suatu pengertian, sehingga siswa diharapkan    mampu    memahami    ide-ide    matematika    bila   mereka dapat menggunakan   beberapa     kaidah   yang   relevan.   Dalam   tingkatan ini siswa diharapkan   mengetahui   bagaimana   berkomunikasi dan menggunakan idenya untuk berkomunikasi. Dalam pemahaman tidak hanya sekedar memahami sebuah informasi tetapi termasuk juga keobjektifan, sikap   dan   makna yang terkandung dari sebuah informasi. Dengan   kata lain   seorang   siswa dapat mengubah suatu informasi yang ada dalam pikirannya kedalam bentuk lain yang lebih berarti.
Ada beberapa jenis pemahaman menurut para ahli yaitu:
1.    Polya, membedakan empat jenis pemahaman:
1.    Pemahaman mekanikal, yaitu  dapat mengingat dan menerapkan sesuatu secara rutin atau perhitungan sederhana.
2.    Pemahaman induktif, yaitu dapat mencobakan sesuatu dalam kasus sederhana dan tahu bahwa sesuatu itu berlaku dalam kasus serupa.
3.    Pemahaman rasional, yaitu dapat membuktikan kebenaran sesuatu.
4.    Pemahaman intuitif, yaitu dapat memperkirakan kebenaran sesuatu tanpa ragu-ragu, sebelum menganalisis secara analitik.
2.    Polattsek, membedakan dua jenis pemahaman:
1.    Pemahaman komputasional, yaitu dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, atau mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja.
2.    Pemahaman fungsional, yaitu dapat mengkaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan.
3.    Copeland, membedakan dua jenis pemahaman:
1.    Knowing how to, yaitu dapat mengerjakan sesuatu secara rutin/algoritmik.
2.    Knowing, yaitu dapat mengerjakan sesuatu dengan sadar akan proses yang dikerjakannya.
4.    Skemp, membedakan dua jenis pemahaman:
1.    Pemahaman instrumental, yaitu hafal sesuatu secara terpisah atau dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja.
2.    Pemahaman relasional, yaitu dapat mengkaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan.
     Pemahaman instrumental diartikan sebagai pemahaman konsep yang saling terpisah dan hanya hafal rumus dalam perhitungan sederhana. Dalam hal ini seseorang hanya memahami urutan pengerjaan atau algoritma. Sedangkan pemahaman relasional termuat skema atau struktur yang dapat digunakan pada penjelasan masalah yang lebih luas dan sifat pemakaiannya lebih bermakna.
     Sedangkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut NCTM (1989 : 223) dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam:  (1) Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan; (2) Mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh; (3) Menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk merepresentasikan suatu konsep; (4) Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya; (5) Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep; (6) Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep; (7) Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.
     Pemahaman matematis penting untuk belajar matematika secara bermakna, tentunya para guru mengharapkan pemahaman yang dicapai siswa tidak terbatas pada pemahaman yang bersifat dapat menghubungkan. Menurut Ausubel bahwa belajar bermakna bila informasi yang akan dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa sehingga siswa dapat mengkaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimiliki. Artinya siswa dapat mengkaitkan antara pengetahuan yang dipunyai dengan keadaan lain sehingga belajar dengan memahami.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran.
Prinsip dasar dalam model pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1.    Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2.    Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3.    Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
4.    Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5.    Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6.    Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1.    Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2.    Menyajikan materi sebagai pengantar.
3.    Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
4.    Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambar-gambar secara logis
5.    Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6.    Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7.    Kesimpulan/rangkuman




DAFTAR PUSTAKA

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV Pustaka Setia.
http://sadiman2007.blogspot.com/2010/02/model-pembelajaran-picture-and-picture.html
Istarani, 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif (Referensi Guru Dalam Menentukan Model Pembelajaran). Medan : Media Persada.
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Jumat, 02 Desember 2016

MODEL PEMBELAJARAN Inside Outside Circle (IOC)




BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan adalah salah satu aspek dasar untuk membangun suatu bangsa dan negar. Di dalam suatu penyelanggaraan pendidikan di sekolah terdapat guru sebagai pendidik dan siswa sebagai perserta didik dan diwujudkan dengan adanya interaksi antara guru dengan murid melalui kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini guru dituntut untuk menyelnggarakan suatu kegiatan pembelajaran yang sistematis, inovatif dan sesuai dengan kurikulum. Suatu pembelajaran agar tujuannya tercapai dengan baik maka dibutuhkan suatu strategi pembelajan, teknik, metode, dan pendekatan pembelajaran.

Rabu, 30 November 2016

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Meningkatkan prestasi siswa sangat tergantung bagaimana proses belajar yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. Menurut Fontana dalam Suherman (2003; 7) belajar adalah “proses perubahan tingkah laku individu yang relative tetap sebagai hasil dari pengalaman”. Sedangkan menurut Sadiman, dkk (2009; 2) menjelaskan bahwa “Belajar suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif)”. Kemudian Slameto (2003; 2) menerengkan pula bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Lebih dipertegas lagi oleh Gagne dalam Muliyardi (2002; 39) “belajar merupakan proses yang memungkinkan manusia memodifikasi tingkah lakunya secara permanen, sedemikian sehingga modifikasi yang sama tidak akan terjadi lagi pada situasi yang baru”.
Dari pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sadar, bersifat permanen, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, dengan kata lain seseorang dikatakan belajar apabila pada dirinya terjadi perubahan tingkah laku, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kearah yang lebih baik bila dibandingkan dengan sebelum ia menalami proses belajar. Jadi hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku.
Dalam hubungnnya dengan pembelajaran matematika menurut Nikson dalam Mulyardi (2002; 3) mengemukakan bahwa : “Pembelajaran matematika adalah upaya membantu siswa untuk mengkontruksi konsep atau prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun kembali”.
Namun pada dasarnya seseorang kadang tidak mengetahui model pembelajaran yang cocok digunakan olehnya ataupun digunakan untuk orang lain. Dalam pembelajaran mata kuliah ini, kami sebagai penulis mencoba menyusun makalah ini untuk mempelajari dan memahami model-model pembelajaran, khususnya Model Pembelajaran CIRC.
Menurut Arends (2007) semua model pembelajaran memiliki struktur tugas, struktur tujuan dan struktur reward. Begitupun halnya dengan model pembelajaran kooperatif. Struktur tugas melibatkan cara pelajaran diorganisasikan dan jenis pekerjaan yang diperintahkan kepada siswa. Struktur tujuan mengacu pada banyaknya interdependensi yang dibutuhkan dari siswa ketika mereka melaksanakan tugasnya sedangkan struktur reward tergantung dari struktur tujuan dari pembelajaran tersebut.
B.    Rumusan Masalah

1.    Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran CIRC matematika?
2.    Bagaimana hakikat pembelajaran CIRC pada bidang studi matematika?
3.    Bagaimana mengembangkan model pembelajaran matematika CIRC?

C.    Tujuan

1.    Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan mendeskripsikan definisi model pembelajaran matematika CIRC.
2.    Mahasiswa diharapkan mampu memahami hakekat pembelajaran CIRC pada bidang studi matematika.
3.    Mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan model pembelajaran matematika CIRC.



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Definisi Model Pembelajaran CIRC
Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC pertama kali dikembangkan oleh Robert E. Slavin , Farnish , Stevans dan Madden. Alasan utama pengembangan metode ini karena kekhawatiran mereka terhadap pengajaran membaca, menulis dan seni berbahasa oleh guru masih dilakukan secara tradisional. Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting (Suyatno, 2009:68).
CIRC merupakan sebuah program komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah (Slavin, 2009 : 16). CIRC merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif. Pendekatan pembelajaran kooperatif menekankan tujuan-tujuan kelompok dan tanggung jawab individual.
Dari beberapa penelitian, model pembelajaran kooperatif ini dapat memberikan pembelajaran yang lebih banyak daripada model-model pembelajaran konvensional. Hal ini dikarenakan pembelajaran kooperatif dibangun atas dua teori utama yaitu teori motivasi dan kognitif. Dari perspektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana anggota kelompok dapat sukses apabila kelompok mereka juga sukses (Slavin, 2009 : 16). Teori kognitif sendiri menekankan pada pengaruh dari adanya kerjasama kelompok, apakah kelompok kerja siswa mencoba meraih tujuan kelompok atau tidak (Slavin, 2009 : 36).

Menurut Slavin (2006) terkait dengan tiga studi tentang program CIRC, menemukan efek positif terhadap kemampuan membaca siswa, termasuk di dalamnya peningkatan nilai dalam ujian membaca dan bahasa yang terstandarisasi. Dengan strategi pembelajaran CIRC ini diharapkan siswa akan dapat bekerja sama dengan kelompoknya mengingat strategi CIRC ini merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif. Dalam strategi pembelajaran CIRC ini terdapat urutan penyajian yang harus diikuti yaitu partner reading, story structure, and related writing, words out loud, word meaning, story re-tell dan spelling.
Kooperatif CIRC merupakan model pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis, Steven& Slavin (Wijaya Jati,2004 : 35). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC merupakan singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Composition, termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis yaitu sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti pelajaran matematika.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini dapat dikategorikan pembelajaran terpadu. Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran terpadu dapat dikelompokkan menjadi:
1)    model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan) dan model nested (terangkai);
2)     model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared (perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model integreted (terpadu);
3)    model dalam lintas siswa.
Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk pemahaman yang dan pengalaman belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus mengalami perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi sosial dengan lingkungan.
Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan UNESCO dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah ”belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (Learning to live together), (Depdiknas, 2002).
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini dapat dikategorikan pembelajaran terpadu.  Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran terpadu dapat dikelompokkan menjadi:
1.    model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan) dan model nested (terangkai);
2.    model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared (perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model integreted (terpadu);
3.    model dalam lintas siswa.
Model pembelajaran ini, dibagi menjadi beberapa fase :
a.    Fase pertama, yaitu orientasi. Pada fase ini, guru melakukan apersepsi dan pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diberikan. Selain itu juga memaparkan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan kepada siswa.
b.    Fase kedua, yaitu organisasi. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan memperhatikan keheterogenan akademik. Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas kepada siswa. Selain itu menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang harus diselesaikan selama proses pembelajaran berlangsung.
c.    Fase ketiga yaitu pengenalan konsep. Dengan cara mengenalkan tentang suatu konsep baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, film, kliping, poster atau media lainnya.
d.    Fase keempat, yaitu fase publikasi. Siswa mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas baik dalam kelompok maupun di depan kelas.
e.    Fase kelima, yaitu fase penguatan dan refleksi. Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan seharihari. Selanjutnya siswa pun diberi kesempatan untuk
merefleksikan dan mengevaluasi hasil pembelajarannya.
Menurut Slavin (1995), tujuan utama CIRC khususnya dalam menggunakan tim kooperatif ialah membantu siswa belajar membaca pemahaman yang luas untuk kelas-kelas tinggi SD. Siswa bekerja dalam tim belajar kooperatif mengidentifikasi lima hal yang penting dari cerita naratif, yaitu perwatakan, setting, masalah, usaha untuk memecahkan masalah, akhir dari pemecahan masalah. Hasil penelitian tentang pembelajaran struktur cerita mengidentifikasikan bahwa CIRC bisa meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah.
Disamping itu, berdasarkan dari hasil penelitian, siswa juga bisa membuat dan menjelaskan prediksi tentang bagaimana masalah bisa diselesaikan dan meringkaskan unsur-unsur utama suatu cerita kepada unsur cerita lainnya. Kedua kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa. Pilihan strategi pembelajaran CIRC diambil berdasarkan temuan dari beberapa penelitian dan hasil kajian-kajian ilmiah yang membuktikan dan menyatakan bahwa srategi pembelajaran CIRC ini adalah sebuah strategi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa.
Dari paparan tersebut kita mampu melihat bahwa model ini digunakan dalam bidang studi bahasa dan bukan matematika, ini menjukan salah satu bahwa model pembelajaran ini kurang cocok digunakan dalam bidang studi yang berkaitan dengan hitung-menghitung.
B.    Komponen-komponen Model Pembelajaran CIRC
Model pembelajaran CIRC memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut sebagai berikut :
a.    Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa;
b.    Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang tertentu;
c.    Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya;
d.    Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberika bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya;
e.    Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas;
f.    Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok;
g.    Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa;
h.    Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.


C.    Kegiatan Pokok Model Pembelajaran CIRC
Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain.
Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan para siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerja sama, menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya. Salah satu ciri pembelajaran kooperatif adalah kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil yang heterogen. Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara. Karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut. Slavin ((1995:98) menyatakan bahwa “in addition to solving the problems of management and motivation in individualized programmed instruction, CIRC was created to take advantage of the considerable socialization potential of cooperative learning”.
Kegiatan pokok dalam CIRC untuk memecahkan soal cerita meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yakni:
1.    Salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa anggota saling membaca.
2.    Membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel tertentu.
3.    Saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita
4.    Menuliskan penyelesaian soal ceritanya secara urut (menuliskan urutan komposisi penyelesaiannya
5.    Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (jika ada yang perlu direvisi).
Adapun unsur utama dari CIRC ini yaitu :
1.    Kelompok membaca. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok membaca yang terdiri dari dua atau tiga orang berdasarkan tingkat kemampuan membaca yang ditentukan oleh guru.
2.    Tim. Para siswa dibagi ke dalam pasangan dalam kelompok membaca mereka, dan selanjutnya pasangan –pasangan tersebut dibagi ke dalam tim yang terdiri dari pasangan-pasangan dari dua kelompok membaca.
3.    Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan cerita. Dalam kelompok siswa, guru menentukan tujuan membaca, memperkenalkan kosa kata baru, mengulang kembali kosakata lama, mendiskusikan ceritanya setelah para siswa selesai membaca, dan lain sebagainya
Dengan mengadopsi model pembelajaran Cooperative Learning tipe CIRC untuk melatih siswa meningkatkan keterampilannya dalam menyelesaikan soal cerita, maka langkah yang ditempuh seorang guru mata pelajaran adalah sebagai berikut.
1.    Guru menerangkan suatu pokok bahasan tertentu kepada para siswanya (misalnya dengan metode ekspositori).
2.    Guru memberikan latihan soal termasuk cara menyelesaikan soal cerita.
3.    Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan siswanya dalam menyelesaikan soal cerita melalui penerapan Cooperative Learning tipe CIRC.
4.    Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa (Learning Society) yang heterogen. Setiap kelompok terdiri atas 4 atau 5 siswa.
5.    Guru mempersiapkan 1 atau 2 soal cerita dan membagikannya kepada setiap siswa dalam kelompok yang sudah terbentuk.
6.    Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi
serangkaian kegiatan spesifik sebagai berikut:
1)    Salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa anggota saling membaca soal cerita tersebut.
2)    Membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita,termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel tertentu.
3)    Saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita.
4)    Menuliskan penyelesaian soal ceritanya secara urut (menuliskan urutan komposisi penyelesaiannya).
5)    Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (jika ada yang perlu direvisi).
6)    Menyerahkan hasil tugas kelompok kepada guru.
7)    Setiap kelompok bekerja berdasarkan serangkaian kegiatan pola CIRC (Team Study). Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok
8)    Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada kelompok secara proporsional.
9)    Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dan dapat mengerjakan soal cerita yang diberikan guru.
10)    Guru meminta kepada perwakilan kelompok tertentu untuk menyajikan temuannya di depan kelas.
11)    Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika diperlukan.
12)    Guru memberikan tugas/PR soal cerita secara individual kepada para siswa tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari
13)    Guru bisa membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing.
14)    Menjelang akhir waktu pembelajaran, guru dapat mengulang secara klasikal tentang strategi pemecahan soal cerita.
15)    Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi yang ditentukan.

D.    Penerapan Model Pembelajaran  CIRC
Sebenarnya dalam bahan materi yang dipahami dari para ahli, model pembelajaran CIRC ini tidak banyak digunakan dalam bidang matematika atau mata pelajaran yang berkaitan dengan dunia hitung-menghitung. Model pembelajaran CIRC ini lebih sering digunakan dalam mata pelajaran bahasa. Penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dapat ditempuh dengan:
1.    Guru menerangkan suatu pokok bahasan matematika kepada siswa, pada penelitian ini digunakan LKS yang berisi materi yang akan diajarkan pada setiap pertemuan
2.    Guru memberikan latihan soal
3.    Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan siswanya dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah melalui penerapan model CIRC
4.    Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa yang heterogen
5.    Guru mempersiapkan soal pemecahan masalah dalam bentuk kartu masalah dan membagikannya kepada setiap kelompok
6.    Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan bersama yang spesifik
7.    Setiap kelompok bekerja berdasarkan kegiatan pokok CIRC. Guru mengawasi kerja kelompok
8.    Ketua kelompok melaporkan keberhasilan atau hambatan kelompoknya
9.    Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dan dapat mengerjakan soal pemecahan masalah yang diberikan
10.    Guru meminta kepada perwakilan kelompok untuk menyajikan temuannya
11.    Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator
12.    Guru memberikan tugas/PR secara individual
13.    Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya
14.    Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal pemecahan masalah
15.    Guru memberikan kuis
E.    Langkah-langkah Pembelajaran CIRC
Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi
bagian-bagian yang penting. Kegiatan pokok dalam CIRC untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik untuk mencapai tujuan yang di harapkan dalam pembelajaran. Adapun langkah-langkahnya adalah:
a. Membentuk kelompok yang terdiri dari empat orang secara heterogen .
b. Guru memberikan wacana sesuai topik pembelajaran.
c. Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok serta memberikan tanggapan terhadap wacana/ kliping dan ditulis pada lembar kertas.
d. Mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok.
e. Guru membuat kesimpulan
f. Pembelajaran
Adapun langkah-langkah menurut Suprijono (2009) dalam pembelajaran model CIRC ini adalah :
1.    Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen
2.    Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
3.    Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4.    Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
5.    Guru membuat kesimpulan bersama
6.    Penutup
Cara untuk menentukan anggota kelompoknya adalah sebagai berikut:
a.    Menentukan peringkat siswa dengan cara mencari informasi tentang skor rata-rata nilai siswa pada tes sebelumnya atau nilai raport. Kemudian diurutkan dengan cara menyusun peringkat dari yang berkemampuan akademik tinggi sampai terendah.
b.    Menentukan jumlah kelompok. Jumlah kelompok ditentukan dengan memperhatikan banyak anggota setiap kelompok dan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut.
c.    Penyusunan anggota kelompok. Pengelompokkan ditentukan atas dasar susunan peringkat siswa yang telah dibuat. Setiap kelompok diusahakan beranggotakan siswa-siswa yang mempunyai kemampuan beragam, sehingga mempunyai kemampuan rata-rata yang seimbang.
d.    Selanjutnya kegiatan pokok dalam CIRC dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah juga meliputi kegiatan lainya, yaitu: (1). Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal, (2). Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel, (3). Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah, (4). Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, dan (5). Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian.

F.    Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran CIRC
Kelebihan Model Pembelajaran CIRC
Seperti model-model pembelajaran yang lain, model pembelajaran CIRC pun sama yaitu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya.
Adapun kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah sebagai berikut:
1.    CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah
2.    Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang
3.    Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok
4.    Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya
5.    Membantu siswa yang lemah
6.    Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk pemecahan masalah
7.    Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak;
8.    seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama;
9.    membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam
10.    Kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak;
11.    Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama;
12.    Pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak;
13.    Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemuai dalam lingkungan anak;
14.    Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar yang dinamis, optimal dan tepat guna;
15.    Menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain;
16.    Membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar (Saifulloh, 2003).
Kekurangan Model Pembelajaran CIRC
Kerurangan dari model pembelajaran CIRC tersebut antara lain:
Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti matematika dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Model pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena dengan menggunakan model ini siswa dapat memahami secara langsung peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan dengan materi yang dijelaskan. Namun dalam penggunaan bidang studi yang berkaitan dengan perhitungan kurang memuaskan.
B.    Saran
        Dari makalah ini tentu masih banyak kekurangan dan kesalahan yang perlu dikoreksi. Untuk itu siapapun diharapkan untuk memberikan kritik dan sarannya mengenai penulisan makalah ini.




DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
E.Slavin, Robert. Cooperatif Learning ( Teori, Riset, dan Praktik ). Bandung: Nusa Media.2005
Suyatno. Memjelajahi Pembelajaran Inovatif . Jatim: Masmedia Buana Pustaka. 2009
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidikan Dalam implementasi Pembelajaran yang Efektif. Jakarta: Kencana, 2009).
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-circ-cooperative.html#

Selasa, 29 November 2016

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT



BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan secara berkesinambungan membangun gagasan-gagasan dan emosi (pikiran dan perasaan). Siswa yang datang ke sekolah diisi dengan pengalaman-pengalaman yang disimpan dalam ingatan mereka, termasuk juga pola-pola kompleks dari prilaku untuk mendewasakan mereka.
Model pembelajaran adalah produk dari para guru yang digunakan untuk pembelajaran siswa.  Jangan pernah lakukan pembelajaran hanya cukup dengan seni dan penyampaian kesimpulan pengetahuan saja dan menggunakan model-model pembelajaran menurut terkaan-terkaan menurut pikiran kita, tetapi guru harus membagi pasangan diantara siswa kemudian memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal atau untuk merangkum materi agar siswa aktif dan bisa saling tukar fikiran dengan pasangannya.

Minggu, 20 November 2016

MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE


A.    Pendahuluan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Negara yang maju adalah Negara yang pendidikannya maju pula, dan demikian sebaliknya. Jadi pendidikan menopang kemajuan bangsa itu. Itulah sebabnya mutu pendidikan yang rendah menjadi keprihatinan bangsa secara keseuruhan, bukan hanya kalangan tertentu yang terlibat dalam proses pendidikan.

Kamis, 17 November 2016

Metode Pembelajaran Think Pair Share



Pendahuluan

Think pair share merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif. Dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggungjawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.

Minggu, 13 November 2016

MODEL PEMBELAJARAN VAK ( VISIUAL AUDITORY AND KINESTHETIC )



BAB I
PENDAHULUAN
Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu dasar peningkatan pendidikan secara keseluruhan. Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi bagian terpadu dari upaya peningkatan kualitas manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga masyarakat. Mutu pendidikan sangat tergantung kepada kualitas guru dan pembelajarannya.
Pendidikan adalah investasi jangka panjang, karena hasil dari proses pendidikan akan dirasakan baik untuk saat ini maupun untuk waktu yang akan datang. Di era globalisasi seperti sekarang ini, disadari atau tidak pengaruhnya semakin terasa dengan semakain banyaknya saluran informasi dalam berbagai bentuk media. Media telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan kita, meskipun dalam derajat yang berbeda-beda. Di negara maju, media telah mempengaruhi kehidupan hampir sepanjang waktu.

Kamis, 10 November 2016

MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION



BAB I
PENDAHULUAN
Sesungguhnya belajar adalah ciri khas manusia shingga manusia dapat dibedakan dengan binatang. Belajar dilakukan manusia seumur hidupnya, kapan saja, dan dimana saja, baik di sekolah, kelas, jalanan, dan dalam waktu yang tidak ditentukan sebelumnya. Sekalipun demikian, belajar dilakukan manusia senantiasa oleh iktikad dan maksud tertentu.
Belajar terjadi ketika ada interaksi antara individu dan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah buku, alat peraga, dan alam sekitar. Adapun lingkungan belajar adalah lingkungan yang merangsang dan menantang siswa untuk belajar. ( Drs. Hamdani, M.A. 2011 : 17 )

Senin, 07 November 2016

MODEL PEMBELAJARAN IMPROVE



BAB I
PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang
Salah satu tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun kenyataan dilapangan masih banyak siswa masih mengalami banyak kesulitan dalam belajar matematika. Kesulitan siswa untuk menemukan penyelesaian atau pemecahan masalah dalam belajar matematika karena kurangnya kemampuan untuk menarik kesimpulan suatu pernyataan dan melihat hubungan implikasi, Siswa tidak dapat melihat hubungan antar ide-ide dan siswa sulit memberikan alasan logis mengapa sebuah jawaban dan atau strategi pemecahan masalah adalah benar dan masuk akal (kemampuan membuat argumentasi logis). Hal tersebut mengindikasikan bahwa penalaran siswa masih rendah dan perlu untuk ditingkatkan.