Senin, 15 Juni 2015

MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING



PENDAHULUAN
Selama ini peran serta warga sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan masih kurang. Seorang guru harus pintar dalam mengelola kelas dan mengetahui karakteristik serta perkembangan psikologis anak dengan baik. Guru juga harus melakukan perubahan dalam setiap metode pembelajaran agar siswa semakin termotivasi untuk terus belajar dan belajar, apalagi dalam pembelajaran matematika yang selalu diidentikkan dengan pelajaran yang sulit.

Tujuan pembelajaran matematika kepada siswa adalah agar siswa dapat memecahkan suatu permasalahan dengan berpikir secara logis, kritis dan sistematis. Karena peranan matematika itu sangat penting dalam kehidupan, maka siswa dituntut untuk dapat menguasai materi sedini mungkin sacara tuntas, dan tentunya hal ini tidak luput dari peranan guru dalam melakukan proses pembelajaran di kelas.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kreativitas seorang guru dalam mengelola pembelajaran dikelas yang dikemas dalam bentuk model pembelajaran. Sehingga dalam model pembelajaran tersebut keseluruhan kehidupan kelas  ditata atau diorganisasikan sebagai bentuk kecil atau miniatur yang akan mencerminkan kehidupan demokrasi. Dalam sebuah model pembelajaran siswa memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan sistem sosial melalui pengalaman  yang secara berangsur-angsur belajar bagaimana menerapkan metode yang berwawasan keilmuan dalam memperbaiki kehidupan masyarakat. Berkenaan dengan itu, siswa hendaknya berusaha menciptakan suasana yang memungkinkan tumbuhnya kehidupan kelas yang demokratis.
Dalam proses belajar mengajar, pemilihan model pembelajaran yang tepat sangatlah penting. Model pembelajaran berpengaruh terhadap mudah atau tidaknya siswa dalam menerima informasi yang tertuang dalam pembelajaran karena hakikat pembelajaran adalah komunikasi dan penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Model pembelajaran yang tepat dan menarik perhatian akan membawa siswa dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan dan memudahkan siswa menyerap dengan baik materi yang diajarkan, serta meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa adalah model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS).
Berdasarkan pemikiran inilah kami ingin menerapkan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dalam mata pelajaran matematika pada materi Persamaan Kuadrat.

 BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Model Pembelajaran Creative Problem Solving
Model Creative  Problem  Solving  (CPS)  pertamakali  dikembangkan  oleh Alex Osborn pendiri  The Creative Education Foundation  (CEF) dan  co-founder of highly  successful  New  York  Advertising  Agenncy .  Pada  tahun  1950-an  Sidney Parnes  bekerjasama  dengan  Alex  Osborn  melakukan  penelitian  untuk menyempurnakan  model  ini.  Sehingga  model Creative  Problem  Solving ini  juga dikenal dengan nama The Osborn-parnes  Creative Problem Solving Models.  Pada awalnya  model  ini  digunakan  oleh  perusahaan-perusahaan  dengan  tujuan  agar para  karyawan  memiliki  kreativitas  yang  tinggi  dalam  setiap  tanggungjawab pekerjaannya,  namun  pada  perkembangan  selanjutnya  model  ini  juga  diterapkan pada dunia pendidikan (http://hafismuaddab.wordpress.com/tag/model-pembelajaran-creative-problem-solving/). 
Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir tinggi (Wiederhold dalam Suyitno, 2004:37; dalam http://leeva-news.com/260/model-pembelajaran-creative-problem-solving-cps). Hal tersebut terjadi karena model pembelajaran problem solving memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk memecahkan masalah matematika dengan strateginya sendiri. Salah satu pengembangan dari model pembelajaran ini adalah metode pembelajaran CPS.
Menurut Ahmad Munjin Nasih, dkk (2009:102) model pembelajaran creative problem solving merupakan model pembelajaran yang dilakukan melalui proses kegiatan untuk memahami atau memecahkan permasalahan dengan meningkatkan kreativitas siswa.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa creative problem solving adalah suatu proses pembelajaran yang  melakukan  pemusatan  pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.

B.     Karakteristik Model Pembelajaran Creative Problem Solving
Model pembelajaran creative problem solving  digunakan untuk merangsang siswa dalam berfikir. Model pembelajaran ini akan banyak memanfaatkan model-model pembelajaran lain yang dimulai dari pencarian masalah sampai kepada penarikan kesimpulan . disamping itu, model pembelajaran ini juga akan melibatkan banyak kegiatan dengan bimbingan dari para pengajar.
Model pembelajaran creative problem solving tidak akan dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa social dari pembelajaran  didalam kelas. Komunikasi dan interaksi kooperatif diantara teman sekelas dan sikap-sikap kooperatif bisa terus bertahan.  Aspek rasa social dari kelompok, pertukaran intelektualnya, dan maksud dari subyek yang berkaitan dengannya dapat bertindak sebagai sumber-sumber penting maksud tersebut bagi usaha para siswa untuk belajar.
Dalam pemecahan masalah-masalah baru yang dihadapi diperlukan kesanggupan untuk berfikir. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya sekolah turut bertanggungjawab mempersiapkan siswa dengan menggunakan model pembelajaran creative problem solving dalam mengajarkan mata pelajaran matematika. Model pembelajaran ini lebih memusatkan kegiatan pada murid, namun disertai dengan bimbingan dari para guru (Abu Ahmadi, dkk. 1997:74).
Dengan model pembelajaran ini, diharapkan siswa dapat mengaplisakannya dalam situasi-situasi problematic dalam  kehidupannya sehari-hari.
           
C.    Langkah-Langkah Model Pembelajaran creative Problem Solving
Menurut John Dewey (Abu Ahmadi. 1997:74), pada pokoknya langkah-langkah yang harus dicapai dalam memecahkan adalah sebagai berikut :
1.      Menyadari adanya masalah : problem, kesulitan, sesuatu yang menimbulkan tanda Tanya  dalam fikiran kita yang biasanya kita hadapi sehingga kita merasa bimbang.
2.      Memahami hakikat masalah dengan jelas : ketegasan dan kejelasan rumusan problem merupakan syarat untuk memecahkan masalah secara efisien. Rumusan yang samar-samar akan menimbulkan pikiran yang tidak terarah dan tidak memberikan pemecahan yang tepat.
3.      Mengajukan hipotesis : dugaan mengenai jawaban suatu masalah, tanpa bukti-bukti yang nyata. Walaupun masalah itu belum jelas jawabannya, kita dapat menduga alternative jawabannya. Setelah memiliki hipotesis, barulah kita mencari bukti-bukti, apakah hipotesis tersebut benar atau tidak. Ada kemungkinan kita mempunyai lebih dari satu hipotesisi, mungkin semua hipotesis itu tidak benar, sehingga harus mencari hipotesis yang baru. Hipotesis memberi arah kepada kita dalam mencari bahan keterangan guna memecahkan masalah itu. Agar masalah itu dapat dipecahkan secara efektif, maka hipotesis itu harus dirumuskan sejelas mungkin.
4.      Menumpulkan data : untuk membuktikan  benar atau tidaknya hipotesis. Data yang dimaksud adalah diperoleh dari buku-buku, wawancara, angket, eksperimen, dan penyelidikan. Jenis bahan yang diperlukan ditentukan dari masalah dan hipotesis-hipotesis yang diajukkan. Pembicaraan mengenai pengumpulan bahan, apa dan bagaimana perlu dilakaukan di bawah bimbingan guru.
5.      Analisis dan sintesis data : bahan yang dikumpulkan harus ditinjau dan dianalisa secara kritis dan melihat hubungannya dengan pemecahan maslahanya. Ada kemungkinan bahan itu tidak memberi cukup bukti atas kebenaran hipotesis atau perlu dilengkapi dengan bahan tambahan.
6.      Mengambil kesimpulan : berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dianalisa secara  kritis dapat diuji kebenaran sebuah hipotesis. Bila tidak dapat dibuktikan, hipotesis itu salah. Ada pula kemungkinan untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis secara langsung melalui data yang diperoleh.
7.      Mencoba dan menerapkan kesimpulan : kebenaran kesimpulan bukan hanya berupa hasil pemikiran, melainkan harus pula dibuktikan kebenarannya di dalam perbuatan. Dengan demikian, anak-anak memperoleh pengetahuan, pengertian, dan keterampilan baru yang dapan diterapkan dalam kehidupannya.
8.      Mengevaluasi seluruh proses pemecahan masalah : akhirnya peninjauan kembali keseluruhan proses berfikir dari awal sampai akhir. Setiap langkah dinilai secara kritis untuk mengetahui apabila ada kesalahan. Kebiasaan mengecek kembali setiap hasil pekerjaan perlu dibiasakan pada anak.




F.     Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran creative Problem Solving
Dalam (http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2116421-kelebihan-dan-kekurangan-metode-problem/#ixzz2EbdOmkQG) dijelaskan kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran creative problem solving, sebagai berikut :
1.      Kelebihan model pembelajaran creative problem solving
Ø  dapat membuat peserta didik menjadi lebih menghayati kehidupan sehari-hari
Ø  dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil
Ø  dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif,
Ø  peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya,
Ø  dapat diterapkan secara langsung yaitu untuk memecahkan masalah.

2.      Kelemahan model pembelajaran creative problem solving
Ø  memerlukan cukup banyak waktu,
Ø  melibatkan lebih banyak orang
Ø  dapat mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru.
 

BAB III
KESIMPULAN
           
Dalam sebuah pembelajaran selalu diperlukan suatu metode atau model pembelajaran agar pesera didik mengerti dan paham akan materi yang disampaikan oleh pendidik. Untuk itu bagi seorang pendidik harus pandai-pandai memilih model pembelajaran yang dapat menimbulkan siswa menjadi aktif dan kreatif, serta terarah oleh pendidiknya.
Untuk model pembelajaran, akan selalu mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Adapun untuk model pembelajaran creative problem solving kelebihannya adalah dapat membuat peserta didik menjadi lebih menghayati kehidupan sehari-hari, dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif, peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya, dan dapat diterapkan secara langsung yaitu untuk memecahkan masalah. Dan untuk kekurangannya adalah membutuhkan waktu yang lama, kemudian siswa cenderung ribut karena terlalu sedikitnya peran seorang guru, melibatkan lebih banyak orang, dapat mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru.

  
DAFTAR PUSTAKA

Munjin Nasih, Ahmad, dkk. Metode dan teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 2009. Bandung : Refika Aditama
Ahmadi, Abu, dkk. Strategi Belajar Mengajar. 1997. Bandung : Pustaka Setia
Wirodikromo, sartono. Matematika untuk SMA Kelas X. 2006. Jakarta : Erlangga
Siswanto. Matematika Inovatif Konsep dan Aplikasinya. 2004. Solo : Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

0 komentar:

Posting Komentar