Selasa, 01 November 2016

MODEL PEMBELAJARAN DEBAT (DEBATE)




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Keterampilan berbahasa ada empat yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan sehingga menjadi catur tunggal. Berbicara merupakan proses berpikir dan bernalar agar pembicaraan seseorang dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh orang lain atau penyimak. Keterampilan berbicara mempunyai kaitan erat keterampilan mrenyimak. Keduanya merupakan satu kesatuan yang padu. Seseorang dapat berbicara dalam arti menanggapi tuturan dari orang lain tentu melalui menyimak dan sebalikanya seseorang dapat melakukan kegiatan menyimak apabila ada orang yang berbicara.

Keterampilan berbicara sangat berperan dalam kehidupan manusia di lingkungan sekolah, kerja, pergaulan, dan bermasyarakat. Peran penting penguasaan keterampilan berbicara sangat tampak di semua lingkungan . hampir dapat dipastikan setiap orang yang sukses pasti memiliki kemampuan berbicara yang baik. Hal itu terjadi karena memang berbicara merupakan hal yang sangat penting dalam pencapaian cita-cita. Seorang presiden pastilah orang yang pandai dalam berbicara, seorang pemuka agama pastilah juga mempunyai kemampuan berbicara yang baik, seorang guru pun dituntut untuk dapat berbicara dengan baik agar siswa dapat menerima pelajaran dengan baik.
Kesulitan yang dialami siswa dalam berbicara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor pada diri siswa yaitu pemahaman siswa masih kurang terhadap keterampilan berbicara, dan sikap siswa yang meremehkan kegiatan berbicara. Selain itu, faktor guru juga sangat berpengaruh khususnya dalam proses pembelajaran. Melihat pentingnya kemampuan berbicara dalam kehidupan sehari-hari tentulah dalam membelajarkan kemampuan berbahasa aspek berbicara diperlukan metode dan atau model pembelajaran yang bervariasi. Kevariasian ini dilakukan untuk menemukan model yang paling cocok doterapkan pada siswa tertentu dan dalam kondisi tertentu pula. Salah satu model pembelajaran yang mungkin dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak adalah model pembelajaran debat.
B.    Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian model pembelajaran debat?
2.    Bagaimana prinsip model pembelajaran debat?
3.    Apa kelemahan dan kelebihan dari madel pembelajaran debat?
4.    Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran debat?
5.    Bagaimana aplikasi model pembelajaran debat pada pembelajaran matematika di Sekolah?
C.    Tujuan
1.    Memahami mengenai model pembelajaran debat.
2.    Mengetahui prinsip model pembelajaran debat.
3.    Mengetahui kelemahan dan kelebihan model pembelajaran debat.
4.    Mengetahui langkah-langkah model pembelajaran debat.
5.    Dapat menerapkan aplikasi dari model pembelajaran debat.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Penjelasan Teori Model Pembelajaran Debat
1.    Pengertian Debat
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan.  Selain itu debat juga sering disebut sebagai suatu pertukaran pikiran yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai pandangan yang berlawanan.
Pembelajaran dengan model debate diawali dengan pembentukan dua kelompok yang, satu kelompok yang pro (setuju) dan satu kelompok lagi kontra (tidak setuju). Kedua kelompok ini duduk berhadapan dan saling beradu argumentasi dalam rangka mengemukakan pendapatnya untuk meyakinkan siswa lawan bicaranya atau kelompok lain bahwa yang dikemukakannya adalah benar. Maka adu argumentasi dalam model pembelajaran debate merupakan keharusan yang harus dilakukan setiap siswa dari masing-masing kelompok. Jadi kemampuan untuk menyampaikan pendapat sangat diperlukan dalam model pembelajaran debate ini.
Dalam model pembelajaran debate ini ada suatu peraturan atau suatu keharusan bagi masing-masing kelompok untuk menyampaikan alasannya mengapa kelompoknya setuju atau tidak setuju dengan suatu permasalahan. Dengan kata lain tidak dibenarkan suatu kelompok untuk mengatakan sejutu, tetapi tidak memiliki argumentasi atau alasan mengapa mereka setuju, begitu juga sebaliknya.
Model pembelajaran debat merupakan model pembelajaran berbicara yang tidak hanya monoton satu arah. Model pembelajaran debat mengarahkan siswa untuk berbicara dengan beradu argumen dari dua kelompok yang telah diatur untuk selalu beda pendapat, kelompok pertama diminta untuk selalu setuju ( kelompok pro ) terhadap masalah yang diberikan sedangkan kelompok yang kedua diminta untuk selalu tidak setuju ( kelompok kontra ) terhadap masalah yang diberikan. Dalam pelaksanaanya dua kelompok tersebut akan mempertahankan pendapatnya sesuai apa yang telah di setting.
Debat merupakan suatu praktik persengketaan atau kontraversi argumen untuk menetukan baik tidaknya suatu usulan tertentu yang didukung oleh satu pihak (pendukung) dan ditolak oleh pihak lain (penyangkal). Perdebatan merupakan suatu bentuk atau wujud pembicaraan, dari pihak yang pro (pendukung) dan kontra (penyanggah).
Debat adalah model pembelajaran dengan sintaks siswa dibagi menjadi dua kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu seterusnya secara bergantian., guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkkannya bila perlu.
 Lebih jelasnya pembelajaran model debat dilakukan dengan pemberian materi berupa masalah yang sedang hangat dibicarakan saat itu. Pertama-tama masalah yang akan diperdebatkan dibacakan dengan pemberian beberapa ilustrasi yang sudah terjadi, kemudian siswa yang telah dibagi menjadi dua kelompok diminta untuk memberi tanggapan, pertama kelompok kontra diberi kesempatan untuk menolak atau tidak setuju dengan ilustrasi yang diberikan dengan memberikan alasan-alasan yang logis dari berbagai sudut pandang. Setelah itu kelompok pro diminta untuk menyanggah apa yang telah disampaikan oleh kelompok kontra juga dengan pemberian alasan-alasan yang logis. Proses debat tersebut dilakukan secara terus menerus sehingga siswa benar-benar berfikir semaksimal mungkin kemudian mengungkapkanya di depan forum. Untuk menghindari kebosanan kedua kelompok diadakan pertukaran posisi dan permasalahan yang berbeda-beda, yaitu kelompok pro berubah menjadi kelompok kontra dan begitu juga sebaliknya.
Dalam pelaksanaan model pembelajaran debat ini sangat diperlukan seorang pembimbing untuk mengendalikan keadaan kelas, karena apabila sudah terjadi perdebatan setiap kelompok tidak ada yang mau mengalah dan semakin lama perdebatan akan semakin memanas sehingga kehadiran seorang pembimbing sangat diperlukan. Siswa dilatih mengutarakan pendapat / pemikirannya dan bagaimana mempertahankan pendapatnya dengan alasan-alasan  yang logis dan dapat dipertanggungjawabkan. Bukan berarti siswa diajak saling bermusuhan, melainkan siswa belajar bagaimana menghargai adanya perbedaan.Yang diharuskan bagi para peserta debat adalah tidak diperkenankan menggunakan kata-kata yang kasar atau tidak baik agar siswa terlatih untuk berbicara dengan baik dan teratur.
 Menurut Silberman (1996 : 141), Sebuah debat bisa menjadi metoda berharga untuk meningkatkan pemikiran dan perenungan, terutama jika siswa diharapkan mengemukakan pendapat yang bertentangan dengan diri mereka sendiri. Ini merupakan strategi debat yang secara aktif melibatkan setiap siswa di dalam kelas, tidak hanya mereka yang di dalam kelas.
2.    Macam-macam Debat
a.    Debat Silang
Debat silang adalah pembahasan suatu masalah, topic, ataupun isyu, oleh dua pihak yang berlainan pendapatnya., bahkan bertentangan. Akhir perdebatan adalah sebuah pendapat. Selanjutnya apakah hadirin akan diberi kesempatan bertanya atau mengemukakan pendapat atau tidak, terserah kapada pemimpin debat tersebut. (Garlan, 1951:352).
b.    Debat Parlementer
Metode ini disebut pula debat Oxford atau debat Inggris. Pelaksanaannya  tidak banyak berbeda dengan Debat silanh diatas. Suatu masalah dianalisa dan dikemukakan pemecahannya oleh dua team(pihak) yang berlainan bahkan bertentangan dengan pendapatnya. Masing-masing team bisa terdiri dari 2-3 orang. Lebih dari itu akan memakan waktu yang terlalu lama. Perdebatan kemudian dilanjutkan dengan melibatkan para hadirin untuk mengajukan pertanyaan, pendapat, komentar, saran, atau kritik kepada para penyanggah. Terakhir dilanjutkan dengan pemungutan suara (voting) jika memang diperlukan. Jika tidak mungkin konsesus tercapai. (Garlan : 1951 : 352).
c.    Debat Langsung
Prosedur metode ini pada umumnya hampir sama dengan prosedur kedua debat diatas. Bedanya hanya pada aspek-aspek atau butir-butir yang tidak disetujui oleh team penyanggah, langsung diperdebatkan. Jadi team penyanggah menyampaikan prasarannya, lalu ditanggapi oleh team penyanggah. Tampak  dalam aspek atau butir apa saja penyanggah tidak bersesuaian pendapat dengan pemrasaran. Lalu debat dilakukan dan dipusatkan pada aspek-aspek itu. Demikianlah debat bergerak dari satu aspek ke aspek berikutnya.
Ketua atau moderator dapat menginterupsi  untuk :
1.    Menyatakan bahwa pemrasaran dan penyanggah telah sampai pada kesesuaian pendapat walaupun berbeda pengungkapannya;
2.    Mengembalikan debat pada aspek yang dibahas;
3.    Merangkum pendapat kedua pihak, menujukan persamaan dan perbedaan;
4.     Masalah aspek telah terpecahkan.
d.    Debat Memecahkan Masalah
Tujuan ini ialah menemukan cara yang tepat untuk memecahkan suatu masalah. Untuk itu kedua team harus berfikir jernih dan jelas, pengkajian  masalah secara tuntas dengan mempergunakan pendekatan Ilmiah dalam pengumpulan fakta dan data, kondisi serta alternative-alternatif pemecahan. Hal ini memerlukan kerja sama yang baik, pengerahan pikiran, sikap toleran dan evaluasi tanpa bias. Dengan kata lain perlu kerjasama yang saling memberi dan menerima, bersahabat, kritis dan bersemangat. Pemimpin atau moderator seperti biasa memimpin debat seperti yang dikumukakan pada metode-metode diatas.
e.    Debat ala MICHIGAN
Pola debat itu sama, hanya bevariasi dalam membawakannya. Polanya adalah ada team mapemrasaran dan ada team pembahas atau penyanggah. Variasi pada debat ala Michigan ialah:
1.    Pemrasaran pertama menyampaikan pendapatnya selama lima menit. Lima menit berikutnya ia jawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan penyanggah pertama.
2.    Penyanggah pertama yang barusan menanyai itu sekarang berdiri menyampaikan pandangannya selama lima menit. Setelah itu selama lima menit pula ia harus menjawab pertanyaan-pertanyaan pemrasaran kedua.
3.    Selanjutnya pemrasaran kedua menyampaikan pandangannya selama lima menit dan lima menit itu pula ia harus menjawab pertanyaan-pertanyaan penyanggah kedua.
4.    Penyanggah kedua menyampaikan pandangannya selama lima menit. Lima menit berikutnya ia harus menjawab pertanyaan-pertanyaan pemrasaran pertama. (jika tidak ada lagi pemrasaran berikutnya. Jika masih ada prosedur berulang itu berlangsung sampai selesai).
Ketua atau moderator biasanya membuka kesempatan kepada para peserta debat untuk bertanya, mengeritik, mengomentari pendapat dari kedua team itu. Ketua atau moderator seperti biasa mengatur debat, kalau perlu ia boleh menolak pertanyaan yang kurang relevan. Debat ala Michigan ini biasanya berlangsung selama satu jam. Jika ketua tidak menunjuk team perumus, maka ia sendir yang menyampaikan rumusan yang kemudian ditanggapi hadirin. Disamping itu, seperti biasa, evaluasi dan tindak lanjut ditentukan bersama. (Garlan : 1951 : 354).
Menurut team yayasan Haster (Yayasan Pendidikan Haster:1994) debat terbagi menjadi dua yakni :
•    Debat resmi adalah metode  resmi berinteraksi mewakili sebuah diskusi. Debat merupakan bentuk luas dari diskusi yang lebih mengutamakan logika. Debat menekankan kepada reaksi emosi pendengar, dan peraturan yang memungkinkan kedua peserta/pedebat berdiskusi dan memutuskan tentang perbedaan.
•    Debat tidak resmi adalah kejadian normal, tetapi kualitas dan kedalaman debat meningkat dengan pebngetahuan dan keterampilan pesertanya sebagai pedebat.
3.    Forum Debat
Menurut Surjadi (Surjadi : 1989: 50), forum debat yaitu para pembicara yang berlainan pendapat mengenai suatu masalah kontroversial diberi waktu yang sama untuk mengemukakan pendapat dengan alasan-alasannya. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang bebas dan terbuka mengenai masalah/isyu tersebut oleh seluruh hadirin dalam kelompok itu. Tujuan forum debat ialah memperoleh pandangan atau pendapat yang berlainan mengenai suatu isyu kontroversial ikut bereaksi terhadap pandangan tersebut.
4.    Strategi Debat
Dalam pelaksanaan pembelajaran debat, strategi yang sering digunakan adalah strategi debat pendapat. Strategi debat pendapat adalah suatu cara dalam proses pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif berargumen (mengajukan ide-ide, gagasan) dari persoalan yang muncul atau sengaja di munculkan dalam pembelajaran sesuai dengan aturan-aturan yang ada. Strategi ini merupakan sebuah teknik hebat untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu yang kompleks (Hamruni, 2009:41).  Format tersebut mirip sebuah perdebatan, namun tidak terlalu formal dan berjalan dengan lebih cepat. Strategi ini sangat baik dipakai untuk melibatkan siswa / mahasiswa dalam mendiskusikan isu-isu kompleks secara mendalam. Rangkum debat yang baru saja dilaksanakan dengan menggaris bawahi atau mungkin mencari titik temu dari argument-argumen yang muncul (Silberman, 2009:103).
Strategi ini juga dapat diterapkan jika guru hendak menyajikan topic atau permasalahan yang menimbulkan berbagai pandangan yang berbeda. (Zaini, 2010:36).
Tujuan strategi debat pendapat adalah untuk melatih peserta didik untuk mencari argumentasi yang kuat dalam memecahkan suatu masalah yang actual di masyarakat sesuai dengan posisi yang diperankan.
Langkah-langkah strategi pembelajaran debat pendapat :
a.    Pilihlah satu isu-isu atau suatu permasalahan yang mempunyai banyak perspektif.
b.    Bagi siswa / mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok sesuai dengan yang telah ditentukan.
c.    Minta masing-masing kelompok untuk menyiapkan argument-argument sesuai dengan pandangan kelompok yang diwakili. Dalam aktivitas ini pisahlah tempat duduk masing-masin kelompok.
d.    Kumpulkan kembali semua siswa / mahasiswa dengan catatan.
e.    Mulai debat dengan mempersilahkan kelompok mana saja yang akan memulai.
f.    Setelah salah seorang menyampaikan pendapat, mintalah tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok yang lain perihal isu yang sama.
g.    Lanjut proses ini sampai waktu memungkinkan.
h.    Rangkum debat yang baru saja dilaksanakan  dengan menggaris bawahi atau mungkin mencari titik temu dari argument-argument yang muncul.
Keuggulan strategi debat pendapat :
a.    Mempertajam hasil pembicaraan.
b.    Siswa dapat untuk menganalisa masalah di dalam kelompok.
c.    Membangkitkan daya tarik untuk turut berbicara; turut berpartisipasi mengeluarkan pendapat.
d.    Teknik ini dapat digunakan dalam kelompok besar.
e.    Siswa dapat menyampaikan fakta dari kedua sisi masalah, kemudian diteliti fakta mana yang benar / valid dan bisa dipertanggung jawabkan.
Kelemahan Strategi debat pendapat :
a.    Keinginan untuk menang terlalu besar, sehingga tidak memperhatikan pendapat orang lain.
b.    Kemungkinan lain di antara anggota mendapat kesan yang salah tentang orang yang berdebat.
c.    Bisa terjadi terlalu banyak emosi yang terlibat karena sengitnya perdebatan, sehingga debat itu semakin gencar dan ramai.
d.    Membatasi partisipasi kelompok, kecuali jika diikuti dengan diskusi.
e.    Agar bisa melaksanakan dengan baik maka perlu persiapan yang teliti sebelumnya.
  
B.    Prinsip Model Pembelajaran Debat
Prinsip-prinsip model pembelajaran debat, yaitu :
•    Mengacu pada argument-argumen yang dikemukakan secara logis.
•    Identic dengan pro dan kontra.
•    Model pembelajaran dengan sintaks, maksudnya adalah siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, kemudian sajian presentasi hasil bacaan oleh salah satu perwakilan kelompok dan ditanggapi salah satu kelompok lainnya.
•    Mengutamakan logika. 
C.    Kekurangan dan kelebihan dari Model Pembelajaran Debat
Kelebihan dari model pembelajaran debat yaitu :
1.    Siswa akan terlatih dan terbisa mengutarakan pendapat/pemikirannya dan mempertahankan pendapatnya dengan alasan-alasan  yang logis dan dapat dipertanggungjawabkan.
2.    Dapat meningkatkan daya kritis siswa dalam berpikir.
3.    Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menyampaikan pendapat di depan orang banyak.
4.    Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengetahui pola pikir orang lain yang tidak sesuai dengannya.
5.    Dapat menggali ide-ide atau gagasan-gagasan cemerlang dari siswa.
6.     Dapat melatih siswa untuk hidup harmonis dengan orang yang berseberangan dengannya.
7.    Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan.
8.    Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
Kebaikan Pembelajaran Model Debate
Pembelajaran model debate baik digunakan apabila bertujuan untuk :
a.     Melatih siswa untuk berpikir kritis.
b.     Melatih siswa untuk menyampaikan pendapat secara baik dan benar.
c.     Mencari kebenaran tentang topik yang sedang hangat atau sedang heboh-hebohnya dibicarakan di masyarakat.
d.     Melatih siswa untuk memahasmi alur pikir orang lain yanga berseberangan dengannya.
e.     Melatih untuk menumbuhkan ide atau gagasan baru dari hasil kajian siswa.

Kekurangan dari model pembelajaran debat yaitu :
Pada satu sisi berdebat ada manfaatnya dalam rangka menambah wawasan atau menguji ketajaman berpikir dari siswa. Akan tetapi, ada juga kekurangannya, dimana kekurangannya itu meliputi: 
a.    Bahan dari topik yang dibicarakan kurang lengkap.
b.    Masalah yang diperdebatkan kurang esensial atau bisa lari dari topik yang dibahas.
c.    Perselisihan pendapat sering tidak berkesudahan.
d.    Dalam berbicara didominasi oleh beberapa orang saja.
e.    Tumbuhnya sikap egoisme dari siswa.
f.    Sulit untuk mengambil kesimpulan dari hasil pembelajaran.

D.    Langkah-langkah model pembelajaran Debat
Langkah-langkah penerapan model pembalajaran ini yaitu :
1.    Guru membagi siswa menjadi dua kelompok debat yang satu pro dan yang lainnya kontra. Siswa duduk saling berhadapan antara yang pro dan kontra (susun meja dan kursi seperti untuk rapat).
2.     Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan di debatkan.
3.    Setelah selesai membaca, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara menyampaikan pendapatnya, kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan anggota kelompok yang lainya, sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya. 
4.      Diwaktu peserta didik menyampaikan gagasannya atau pendapatnya, maka peserta didik menulis inti/ide-ide dari setiap pendapat sampai mendapat sejumlah ide yang diharapkan.
5.    Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap.
6.     Dari ide-ide yang telah disampaikan tersebut, guru mengajak peserta didik membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang diinginkan.
Langkah-langkah pembelajaran yang dapat ditempuh dalam model pembelajaran ini misalnya sebagai berikut :
1. Pembacaan informasi/masalah yang akan diperdebatkan.
2. Menyuruh kelompok kontra untuk menanggapi informasi tersebut, tentunya dalam bentuk sanggahan.
3. Menyuruh kelompok pro untuk menanggapi pernyataan dari kelompok kontra.
4. Kelompok kontra kembali menyanggah untuk mempertahankan pendapat mereka, dan        kelompok pro pun mempertahankan pendapat mereka dengan berbagai argumen yang dimiliki.
5. Setelah dirasa cukup, kelompok diadakan pergantian yaitu kelompok pro diubah menjadi kelompok kontra, dan sebaliknya.
6. Pembacaan masalah lain yang harus ditanggapi oleh tiap kelompok dan seterusnya.
7. Setelah kegiatan debat selesai siswa diminta menanggapi dan mengevaluasi cara penyampaian pendapat yang diberikan oleh siswa dalam kegiatan debat tersebut.
8. Guru yang bertindak sebagai pembimbing di sini juga memberikan evaluasi terhadap kegiatan dan cara mengemukan pendapat siswa dalam kegiatan debat.
Dalam pembelajaran berbicara dengan model debat akan lebih menarik apabila pembimbing dapat menguasai emosi peserta. Dengan pembimbing mengguasai emosi peserta dia akan mudah membuat debat tersebut menjadi sangat menarik, menyenangkan, dan ramai. Selain itu dia juga dapat dengan mudah merangsang siswa untuk berpikir kritis dan spontan yang kemudian ditindaklanjuti dengan pengungkapan secara lisan yang secara langsung merangsang kemampuan berbicara anak. Dengan sering diadakanya kegiatan ini siswa akan menjadi terbiasa untuk berbicara secara terstuktur dan terkonsep dengan baik.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Debat merupakan suatu argumen untuk menentukan baik tidaknya suatu usul tertentu yang didukung oleh satu pihak yang disebut pendukung / afirmatif, dan ditolak, disangkal, oleh pihak lain yang disebut penyangkal atau negative.
Pembelajaran dengan model debate sangat baik digunakan dalam rangka meningkatkan daya kritis dan analisis siswa terhadap suatu masalah. Oleh sebab itu sebaiknya materi yang dijadikan bahan dalam perdebatan adalah peristiwa aktual yang sedang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Jadi, pebelajaran dengan model debate adalah penyampaian materi ajar dengan meninjau dari dua sisi yaitu pro dan kontra untuk mendapatkan kesimpulan atau kebenaran dari suatu peristiwa yang ada.
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal dalam berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
B.    Saran
?    Sebaiknya dalam debat kita menggunakan bahasa yang baik dan benar.
?     Jangan menggunakan emosi ketika berpendapat maupun menyanggah.
?    Menerima kritikan dan saran.



C.    Motivasi
“  Segala kesulitan dan perjuangan pada hari ini adalah harga yang harus kita bayar untuk prestasi dan kemenangan di hari esok “. .
(William J.H. Boetcker)





DAFTAR PUSTAKA

Hamruni. 2009. Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga.
Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, Sekar Ayu Aryani, 2007. Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: CTSD.
Silberman,L, Melvin. 1996. Aktive Learning. Bandung: Nuansa.
Silberman,L,Melvin.2009.Active Learning.Bandung:Nusamedia.
Suraji, A. 1989. Membuat Siswa Aktif Belajar. Bandung : Mandar Maju.
Team Yayasan Haster.1994. Himpunan materi-materi penting Bahasa Indonesia. Bandung:CV PIONIR JAYA.
http://semuauntukberbagi-blogspot.blogspot.com/2012/05/metode-pembelajaran-debat.html?m=1


0 komentar:

Posting Komentar