Rabu, 01 Juli 2015

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)



BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG MASALAH
Guru sebagai salah satu komponen pendidikan dan merupakan suatu bidang profesi, mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar untuk membawa anak didiknya kepada kedewasaan dalam arti yang luas.

Dalam proses pembelajaran terjadi saling keterkaitan antara komponen yang satu dengan komponen yang lain. Komponen-kompon tersebut meliputi: tujuan, materi, metode dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Dalam kegiatan belajar ini dilakukan oleh dua pelaku yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Miskonsepsi atau kekeliruan konsepsi merupakan fenomena yang sering terjadi terhadap siswa. Miskonsepsi diduga kuat terbentuk pada masa anak dalam interaksi otak dengan alam di sekitarnya. Adanya miskonsepsi ini jelas akan sangat menghambat pada proses penerimaan dan asimilasi pengetahuan-pengetahuan baru dalam diri siswa, sehingga akan menghalangi keberhasilan siswa dalam proses belajar lebih lanjut. Persoalan yang kerap muncul ketika akan dilakukan upaya pengobatan adalah adanya kesulitan dalam membedakan apakah seorang siswa mengalami miskonsepsi atau justru tidak tahu konsep. Karena cara mengobati siswa yang mengalami miskonsepsi akan sangat berbeda dengan cara mengobati siswa yang tidak tahu konsep. CRI dikembangkan untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi sekaligus dapat membedakannya dengan tidak tahu konsep.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana konsep/teori model pembelajaran Certainty of Response Index?
2.      Bagaimana prinsip Certainty of Response Index?
3.      Apa saja kelebihan dan kelemahan Certainty of Response Index?
4.      Bagaimanakah langkah-langkah Certainty of Response index?
5.      Bagaimana aplikasi Certainty of Response index pada pembelajaran Matematika?
                                                                                                                
C.     TUJUAN
1.      Mengetahui konsep/teori tentang model pembelajaran Certainty of Response Index.
2.      Mengetahui prinsip Certainty of Response Index.
3.      Mengetahui kelebihan dan kelemahan Certainty of Response Index.
4.      Mengetahui langkah-langkah Certainty of Response index.
5.      Mengetahui aplikasi Certainty of Response index pada pembelajaran Matematika.

 
BAB II
PEMBAHASAN

A.       PENGERTIAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX
Certainty of Response Index (CRI) merupakan teknik untuk mengukur miskonsepsi seseorang dengan cara mengukur tingkat keyakinan atau kepastian seseorang dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan (http://id.scribd.com/doc/73084789/artikel-winny-miskonsepsi-). Hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam penggunaan CRI adalah kejujuran siswa dalam mengisi CRI untuk jawaban suatu soal, karena nantinya akan menentukan pada keakuratan hasil identifikasi yang dilakukan.
Secara sederhana (Certainty of Response Index) CRI dapat diartikan sebagai ukuran tingkat keyakinan/kepastian responden (dalam hal ini adalah peserta didik) dalam menjawab setiap pertanyaan (soal) yang diberikan.
CRI sering digunakan dalam survei-survei terutama yang meminta rensponden untuk memberikan derajat kepastian yang dia miliki dari kemampuannya untuk memilih dan membangun pengetahuan, konsep-konsep, atau hukum-hukum yang terbentuk dengan baik dalam dirinya untuk menentukan jawaban dari suatu pertanyaan. Dengan kata lain CRI juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi sekaligus dapat membedakannya dengan tidak tahu konsep. Oleh karena itu, akan dibahas mengenai apa itu konsep, konsepsi dan miskonsepsi.
1)        Konsep
Menurut Piaget, “manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda” (Trianto, 2009:114). Pengalaman yang sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak-kotak yang berbeda.
Sedangkan menurut Dahar (2001:80), “Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama”. Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan benda-benda, symbol-simbol atau peristiwa tertentu kedalam contoh dan bukan cotoh dari ide abstrak tersebut itu. Dahar berpendapat bahwa konsep merupakan penyajian internal dari sekelompok stimulus. Konsep- konsep tidak dapat diamati, konsep-konsep harus disimpulkan dari perilaku.
Dengan demikian konsep merupakan buah pemikiran seseorang atua sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori.
 2)        Konsepsi
Tafsiran seseorang terhadap konsep disebut konsepsi. Konsepsi seseorang terhadap suatu objek dianggap benar jika konsep tersebut memiliki atribut-atribut dan struktur objek yang relevan dengan konsep yang disepakati bersama. Pemahaman konsep diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Seorang siswa dikatakan mampu memahami konsep jika dapat melakukan: a) translasi (menterjemahkan), yaitu kemampuan untuk menggunakan suatu komunikasi kedalam bahasa lain, seperti kemampuan berkomunikasi dengan grafik; b) interpretasi, yaitu kemampuan untuk menyimpulkan dari suatu ide atau materi, kemudian diungkapkan berdasarkan data-data yang ada menurut pandangan individu tersebut kedalam bentuk yang lain; c) ekstrapolasi, yaitu kemampuan untuk meramalkan akibat dan implikasi-implikasi serta sebagainya (Usman dan Setiawati, 2001:112).
Sedangkan Hartati (2001:22) menjelaskan bahwa makna pemahaman sebagai kemampuan untuk menerangkan dan menginterpretsikan sesuatu. Suparno (2001:97) mengemukakan bahwa pemahaman konsep dibedakan atas pemahaman instrumental dan pemahaman relasional. Pemahaman instrumental adalah pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya dapat menghpal rumus dalam perhitungan sederhana, sedangkan dalam pemahaman relasional termuat suatu skema atau struktur yang dapat digunakan dalam  menyelesaikan makalah yang lebih luas.

3)        Miskonsepsi
Sebagian besar pembelajaran secara tradisional telah terpisah menjadi beberapa bagian dan kemudian terfokus pada masing-masing bagian. Tetapi beberapa siswa tidak mampu membentuk konsep dan kemamapuan dari bagian-bagian yang terpisah tadi (Yatim Riyanto, 2009:148).
Van Den Berg mendefinisikan ‘miskonsepsi sebagai pertentangan atau ketidakcocokan konsep yang dipahami seseorang dengan konsep yang dipakai oleh para pakar ilmu yang bersangkutan‘. Sedangkan menurut Brown ‘miskonsepsi didefinisikan sebagai suatu pandangan yang naif, suatu gagasan yang tidak cocok dengan pengertian ilmiah yang sekarang diterima’. Pendapat lain tentang miskonsepsi dikemukanan Fowler Paul Supar, bahwa ‘miskonsepsi memiliki arti sebagai sesuatu yang tidak akurat akankonsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda.
(http://id.pdfsb.com/readonline/6256424566517430586e78354433706855513d3d-208597).
Miskonsepsi atau kekeliruan konsepsi merupakan fenomena yang sering terjadi terhadap siswa, karena keberadaan miskonsepsi dipercaya dapat menghambat pada proses asimilasi pengetahuan-pengetahuan baru pada benak para siswa. Miskonsepsi diduga kuat terbentuk pada masa anak dalam interaksi otak dengan alam di sekitarnya. Persoalan yang kerap muncul ketika akan dilakukan upaya pengobatan adalah adanya kesulitan dalam membedakan apakah seorang siswa mengalami miskonsepsi atau justru tidak tahu konsep. Karena cara mengobati siswa yang mengalami miskonsepsi akan sangat berbeda dengan cara mengobati siswa yang tidak tahu konsep. CRI dikembangkan untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi sekaligus dapat membedakannya dengan tidak tahu konsep.
CRI biasanya didasarkan pada suatu skala dan diberikan bersamaan dengan setiap jawaban suatu soal. Tingkat kepastian jawaban tercermin dalam skala CRI yang diberikan, CRI yang rendah menandakan ketidakyakinan konsep pada diri responden dalam menjawab suatu pertanyaan, dalam hal ini jawaban biasanya ditentukan atas dasar tebakan semata. Sebaliknya CRI yang tinggi mencerminkan keyakinan dan kepastian konsep yang tinggi pada diri responden dalam menjawab pertanyaan, dalam hal ini unsur tebakan sangat kecil. Seorang responden mengalami miskonsepsi atau tidak tahu konsep dapat dibedakan secara sederhana dengan cara membandingkan benar tidaknya jawaban suatu soal.
Dalam Saleem Hasan (1999:295) skala yang digunakan adalah skala enam (0-5)
0
Totally Guessed Answer
1
Almost Guess
2
Not Sure
3
Sure
4
Almost Sure
5
Certain

Keterangan:
1)      Skala CRI (0-2) menandakan derajat kepastian rendah. Hal ini menggambarkan faktor penebakan dalam menjawab sangat tinggi tanpa memandang jawaban tersebut benar atau salah. Hal ini menandakan bahwa siswa tidak tahu sama sekali tentang konsep-konsep yang ditanyakan.
2)      Nilai CRI yang sedang yaitu memiliki skala (3-4). Hal ini menggambarkan faktor dalam menjawab cukup tinggi, namun masih belum memiliki tingkat ketepatan sangat tinggi dalam menjawab pertanyaan sehingga mengalami kesalahan dalam memahami suatu konsep.
3)      Nilai CRI yang sangat tinggi yaitu memiliki skala (5). Angka 5 menunjukkan tingkat kepercayaan siswa dalam menjawab pertanyaan sangat tinggi. Mereka menjawab pertanyaan dengan pengetahuan dan konsep-konsep.
Nilai- nilai tersebut merupukan nilai yang diberikan oleh siswa sendiri mengenai keyakinannya ketika menjawab setiap pertanyaan. Dengan kata lain ketika siswa memberikan nilai CRI sebenarnya siswa telah memberikan penilaiannya terhadap dirinya sendiri.
Dari ketentuan tersebut maka CRI dapat digunakan untuk membedakan antara siswa yang mengalami kesalahan dalam memahami konsep-konsep, siswa yang memahami konsep dan siswa yang tidak mengetahui konsep.

B.       PRINSIP CERTAINTY OF RESPONSE INDEX
1.    Mengukur tingkat kepastian atau kepercayaan pada setiap jawaban siswa.
2.    Membedakan antara siswa yang mengalami kesalahan konsep dalam memahami suatu konsep dengan siswa yang tidak mengetahui konsep.
3.    Didasarkan pada suatu skala dan dibedakan bersamaan dengan jawaban suatu soal yang telah di isi oleh responden (dalam hal ini berarti siswa).
4.    Siswa memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri akan keyakinan yang dimilikinya dalam menjawab soal.

C.       KELEBIHAN DAN KELEMAHAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX
Sebagai suatu teknik yang digunakan untuk mengukur tingkat keyakinan siswa dalam menjawab pertanyaan. Certainty of Response Index dalam penggunaannya memiliki beberapa kelebihan yaitu sebagai berikut:
1.      Dapat membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi dan tidak tahu konsep. Dengan dapat teridentifikasinya seorang siswa mengalami miskonsepsi atau tidak tahu konsep maka dapat ditentukan dengan mudah langkah untuk mengatasinya.
2.      Tidak terlalu sulit dalam proses persiapan dan pelaksanaannya.
3.      Mudah dan cepat dalam penganalisisan.

Selain itu CRI juga memiliki kelemahan yaitu:
1.    Ketidakjujuran siswa dalam menjawab pertanyaan yang berpengaruh terhadap penganalisisan.
2.    Terjadinya kesalahan dalam pengisian CRI.
3.    Penganalisisan hasil CRI akan mengalami kesulitan jika belum mengetahui cara perhitungan CRI.

D.       LANGKAH-LANGKAH CERTAINTY OF RESPONSE INDEX
Menurut Saleem Hasan langkah-langkah dalam mengidentifikasi pemahaman konsep siswa dengan menggunakan CRI pada soal pilihan ganda adalah sebagai berikut:
1.      Siswa memilih salah satu jawaban yang dianggap benar dari alternatif pilihan yang ada.
2.      Siswa memberikan nilai pada setiap soal antara 0-5 sesuai dengan tingkat keyakinan siswa dalam menjawab pertanyaan yang telah disediakan.
3.      Nilai jawaban yang benar dan nilai CRI dimasukan dalam matrik kriteria CRI.

Ketentuan  untuk perorangan siswa dan untuk setiap pertanyaan yang diberikan didasarkan pada kombinasi dari jawaban benar atau salah dan tinggi rendahnya CRI. Untuk suatu pertanyaan yang diberikan, total CRI untuk jawaban salah diperoleh dengan cara menjumlahkan CRI dari semua siswa yang jawabannya salah untuk pertanyaan tersebut. Rata-rata CRI untuk jawaban salah untuk suatu pertanyaan yang diberikan diperoleh dengan cara membagi jumlah CRI untuk jawaban salah tiap siswa dengan jumlah siswa yang jawabannya salah untuk pertanyaan tersebut.
Dengan cara yang sama total CRI untuk jawaban benar diperoleh dengan menjumlahkan CRI dari semua siswa yang jawabannya benar untuk pertanyaan tersebut. Sedangkan rata-rata CRI untuk jawaban benar suatu pertanyaan yang diberikan diperoleh dengan cara membagi jumlah CRI untuk jawaban benar tiap siswa dengan jumlah siswa yang jawabannya benar utuk pertanyaan tersebut.
Pengidentifikasian miskonsepsi untuk kelompok responden dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti untuk kasus tiap responden secara individu, kecuali harga CRI diambil merupakan hasil perata-rataan CRI tiap responden. Dalam kasus kolompok, pada umumnya sebagian jawaban dari pertanyaan yang diberikan benar dan sebagian lagi salah , tidak seperti pada kasus responden secara individu.

Tabel
Ketentuan Untuk Membedakan Antara Tahu Konsep, Miskonsepsi Dan Tidak Tahu Konsep

Kriteria Jawaban Siswa
Cri Rendah (<2,5)
Cri Tinggi (>2,5)
Jawaban Benar
Tidak Tahu Konsep
(Lucky Guess/Menebak)
Menguasai Konsep Dengan Baik
Jawaban Salah
Tidak Tahu Konsep
(Lucky Guess/Menebak)
Miskonsepsi

Tabel diatas menjelaskan bahwa jika siswa menjawab benar dengan CRI rendah maka menandakan bahwa siswa tidak tahu konsep, jika siswa menjawab benar dengan CRI tinggi maka menunjukkan bahwa siswa memahami konsep dengan baik dan jika siswa menjawab salah dengan CRI rendah maka menandakan siswa tidak tahu konsep. Sementara jika siswa menjawab salah dengan CRI tinggi maka menandakan siswa mengalami miskonsepsi.
Yuyu R. Tayubi (Rohendi, 2007:37) memberikan pengoperasionalan kriteria CRI tersebut yang dinyatakan dengan presentase unsur tebakan dalam menjawab suatu pertanyaan.

Tabel
Pengoperasionalan Kriteria CRI
CRI
Kriteria
0
Jika menjawab soal 100% ditebak
1
Jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan antara 75,99%
2
Jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan antara 50,74%
3
Jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan antara 25,49%
4
Jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan antara 1,24%
5
Jika dalam menjawab soal tidak ada unsur tebakan sama sekali (0%)


E.        APLIKASI CERTAINTY OF RESPONSE INDEX PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Logika Matematika dapat diartikan sebagai tata cara berpikir atau pola berpikir matematika (ST. Negoro dan B. Harahap, 2010:183). Maksud mempelajari matematika anatara lain agar kita lebih cermat, lebih teliti dalam membahas dan memcahkan soal-soal matematika, dan diharapkan agar lebih disiplin dalam pemakaian bahasa matematika. Dalm logika matematika kemampuan menalarkan sangat berpengaruh terhadap pemahaman konsep itu sendiri. Kemampuan menalarkan sesuatu merupakan salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kemampuannya itu peradaban manusia berkembang pesat hingga sekarang. Penalaran merupakan proses mendapatkan kebenaran yang bersandarkan pada kebenaran-kebenaran yang telah ada. Kebenaran yang baru ini nantinya dapat digunakan pula untuk menurunkan kebenaran baru yang lainnya (Sukino, 2006:1). Untuk menggunakan kebenaran yang telah ada dalam menurunkan kebenaran baru lainnya maka siswa tidak boleh mengalami miskonsepsi karena akan bertentangan dengan kebenaran yang  telah ada.
Untuk dapat mengetahui apakah siswa mengalami miskonsepsi, tidak tahu konsep atau mengatahui konsep dalam pembelajaran matematika pada materi Logika Matematika, maka dapat dilakukan dengan metode CRI.
Aplikasi CRI dalam pembelajaran matematika (dalam hal ini yaitu pada materi Logika Matematika) dapat dilihat seperti dibawah ini.

a.      Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Standar Kompetensi
           Menggunakan logika matematika dalam pemecahan masalah yang bekaitan dengan pernyataan majemuk dan pernyataan berkuantor.
Kompetensi dasar
           Merumuskan pernyataan yang setara dengan pernyataan majemuk atau pernyataan berkuantor yang telah diberikan.
Indikator
1)      Siswa dapat memeriksa kesetaraan antara dua pernyataan majemuk dengan cepat.
2)      Siswa dapat membuktikan kesetaraan antara dua pernyataan majemuk dengan cepat.
3)      Siswa dapat menentukan hubungan antara konvers, invers dan kontraposisi dari sebuah implikasi.
4)      Siswa dapat menyebutkan contoh pernyataan majemuk dengan menghubngkannya pada masalah sehari-hari.
5)      Siswa dapat menentukan nilai kebenaran dari pernyataan majemuk yang bersifat tautologi, kontradiksi atau bukan keduanya.

b.      Menentukan Isi Pembelajaran
1)      Kesetaraan dalam pernyataan majemuk
2)      Konvers, invers dan kontraposisi
Andaikan pernyataan “Jika hari hujan, saya memakai jas hujan” bernilai benar, maka itu tidak berarti bahwa pernyataan “Saya memakai jas hujan berarti hari hujan” juga bernilai benar; sebab mungkin saja saya memakai jas hujan walaupun hari tidak hujan.
Demikian pula pernyataan “Jika hari tidak hujan, saya tidak memakai jas hujan” belum tentu bernilai benar.  Sedangkan pernyataan “Jika saya tidak memakai jas hujan, hari tidak hujan” akan bernilai benar. Definisi :
a. Konvers dari implikasi p q adalah q p
b. Invers dari implikasi p q adalah ~ p ~ q
c. Kontraposisi dari implikasi p
q adalah ~ q ~ p
Untuk melihat hubungan nilai kebenaran antara implikasi, konvers, invers dan kontraposisi perhatikanlah tabel kebenaran berikut :
P
q

Implikasi
p q


Konvers
q p


Invers
~p ~q

Kontraposisi
~q ~p
B
B
B
B
B
B
B
S
S
B
B
S
S
B
B
S
S
B
S
S
B
B
B
B

Dari tabel di atas ternyata: Implikasi ekuivalen dengan kontraposisinya atau ditulis p q ~q ~p  dengan kata lain jika implikasi bernilai benar maka kontraposi-sinya juga bernilai benar atau jika implikasi bernilai salah maka kontraposisinya juga bernilai salah.
Konvers suatu implikasi ekuivalen dengan inversnya atau ditulis
q p ~p ~q
Contoh:
Tentukanlah konvers, invers dan kontraposisi dari pernyataan:
 Jika harga bahan bakar minyak naik maka harga beras naik.
Penyelesaian:
Konvers : Jika harga beras naik maka harga bahan bakar minyak naik.
Invers : Jika harga bahan bakar minyak tidak naik maka harga beras tidak naik.
Kontraposisi: Jika harga beras tidak naik maka harga bahan bakar minyak tidak naik.
Jelas konvers (p q)~ r r (p q),~
invers (p
q)~ r ~(p q)~   r~ p~( q)   r,~
kontraposisi (p
q)~ r   r~ ~(p q)~   r~ (~p q).

3)      Tautologi dan kontradiksi
Dalam logika matematika, tautologi adalah suatu pernyataan majemuk yang bernilai benar untuk setiap kemungkinan. Hal ini dapat dibuktikan menggunakan tabel kebenaran ataupun sifat-sifat logika.

Contoh tautologi adalah:
P
q
~p
~q
pq
(pq) ~q
[(pq) ~q] → ~p
B
B
S
S
B
S
B
B
S
S
B
S
S
B
S
B
B
S
B
S
B
S
S
B
B
B
B
B

Dari tabel di atas, bisa dilihat bahwa apapun nilai kebenaran premis p dan q, pernyataan di atas tetap bernilai benar semua, sehingga digolongkan sebagai tautologi.
Kontradiksi adalah hubungan dua pernyataan yang selalu berlawanan. Misalnya jika a berkontradiksi dengan b maka a salah jika dan hanya jika b benar. Dan a benar jika dan hanya jika b salah.Tentu, contoh sederhana dari kontradiksi adalah suatu pernyataan dengan negasinya sendiri. Pernyataan p pasti berkontradiksi dengan ~p (negasi p).
Meski konsep kontradiksi tampak sederhana tetapi aplikasinya sangat luas dan berguna. Sering kita sulit membuktikan apakah pernyataan p itu benar atau salah. Dengan konsep kontradiksi, kita dapat mengasumsikan bahwa negasi p bernilai benar. Lalu dengan beberapa proses kita berhasil menunjukkan bahwa ~p ternyata bernilai salah (seringnya karena terjadi kontradiksi).
Karena ~p bernilai salah maka kita dapat menyimpulkan bahwa p bernilai benar (terbukti, dengan prinsip kontradiksi).
Contoh: Buktikan bahwa setiap bilangan komposit (bukan bilangan prima) selalu dapat dinyatakan sebagai hasil kali dari beberapa bilangan prima.
Misal,
6 = 2.3
8 = 2.2.2
40 = 2.2.2.5
70 = 2.5.7
1000 = 2.2.2.5.5.5

c.       Penilaian Kemampuan Awal Siswa
1)      Guru memberikan pretest
Pretest dilakukan untuk mengetahui apa yang sudah dan belum diketahui siswa tentang Kesetaraan dari Pernyataan Majemuk, Konvers, Invers dan Kontraposisi serta Tautologi dan Kontradiksi.
2)      Data tentang pengetahuan awal dan kesiapan
Apakah anda telah memahami materi yang telah anda kerjakan? Jika ya, jawablah pertanyaan berikut:
Jelaskan dengan singkat materi yang telah anda pahami tersbut!
Adakah manfaat yang anda dapatkan dari materi tersebut untuk kegiatan sehari-hari anda?

d.      Metode Pembelajaran
CRI, ekspositori, demonstrasi, latihan praktik.

e.       Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan awal
-       Apresepsi/ Motivasi

Kegiatan Inti
Tahap I Ekspositori, tentang Kesetaraan dari Pernyataan Majemuk, Konvers, Invers dan Kontraposisi serta Tautologi dan Kontradiksi.
Tahap II Demonstrasi, tentang Kesetaraan dari Pernyataan Majemuk, Konvers, Invers dan Kontraposisi serta Tautologi dan Kontradiksi.
Tahap III Latihan Praktik, penggunaan Kesetaraan dari Pernyataan Majemuk, Konvers, Invers dan Kontraposisi serta Tautologi dan Kontradiksi.
Tahap IV CRI, tentang Kesetaraan dari Pernyataan Majemuk, Konvers, Invers dan Kontraposisi serta Tautologi dan Kontradiksi.                                                

Kegiatan Penutup
Guru mengulang kembali kegiatan yang telah dilakukan memberikan kesimpulan kemudian memberikan  pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.


f.       Alat/Bahan dan Sumber Belajar
Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 6 .
LKS Matematika SD untuk Kelas VI  6B


Soal
Petunjuk:
1)      Pilihlah satu jawaban yang tepat
2)      Berikan nilai pada setiap soal antara 0-5 sesuai dengan tingkat keyakinan dalam menjawab soal
0 jika menjawab soal dengan semata-mata menebak
1 jika menjawab soal dengan hampir menebak
2 jika menjawab soal dengan tidak yakin benar
3 jika menjawab soal dengan yakin benar
4 jika menjawab soal dengan hampir pasti benar
5 jika menjawab soal dengan pasti benar

1.      Jika invers pernyataan p → ~q  bernilai salh maka konvers pernyataan berikut yang bernilai salah adalah….
a.       p q                    d. ~q → ~p
b.      q q                    e. ~p → ~q
c.       q → ~q 
Tingkat keyakinan:
2.      ingkaran dari pernyataan (p ∧ q) r adalah….
a.  ~p   ~q ∨ r                d. ~p  ~q ∧ r
b.  (~p  ~q) ∨ r            e. . ~p ~q ∧ r
c.  p  q ~r
Tingkat keyakinan:

3.      Kontraposisi dari pernyataan  (p ∧ q) → ~r adalah…
a.       r → (~p ~q)       d. (~p ~q) r
b.      r → (p ~q)         e. (~p q) r
c.       r → (~p q)
Tingkat keyakinan…
4.      Invers dari p → (qr) ekuivalen dengan…
a.  q ∨ (p ~r) d. p (q ∨ ~r)
b.  p ∨ (q ~r) e. q (r ∨ ~p)
c.  q (p ∨ ~r)
Tingkat keyakinan…

5.      Konvers p → (q r) ekuivalen dengan…
a.       (p q) p            d. ~p → ~(p ∨ q)
b.      (p ∨ q) p e. ~(p ∨ q) → ~p
c.  (p ∨ q) → ~p
Tingkat keyakinan…

6.      Perhatikan kalimat “jika ia berusaha maka ia berhasil”. Kontraposisi dari kalimat ini adalah…
a.       “jika ia tidak berusaha maka ia tidak berhasil”
b.      “jika ia berhasil maka ia berusaha”
c.       Jika ia tidak berhasil maka ia tidak berusaha”
d.      “ia tidak berusaha tetapi ia berhasil”
e.       “ia tidak berusaha tetapi ia tidak berhasil”
Tingkat keyakinan…

7.      Diketahui dua buah hipotesis
Hipotesis 1: jika Badu seorang pegawai negeri maka ia mendapat gaji bulanan
Hipotesis 2: Badu seorang pegawai negeri
Kesimpulan yang dapat diambil dari kedua hipotesis tersebut adalah…
a.       Badu seorabg pegawai negeri
b.      Badu seorang pegawai swasta
c.       Badu mendapat gaji bulanan
d.      Badu tidak mendapat gaji bulanan
e.       Badu mendapat gaji bulanan ataupun tidak
Tingkat keyakinan…

dst
.
Penilaian CRI
Ketentuan  untuk perorangan siswa dan untuk setiap pertanyaan yang diberikan didasarkan pada kombinasi dari jawaban benar atau salah dan tinggi rendahnya CRI. Untuk suatu pertanyaan yang diberikan, total CRI untuk jawaban salah diperoleh dengan cara menjumlahkan CRI dari semua siswa yang jawabannya salah untuk pertanyaan tersebut. Rata-rata CRI untuk jawaban salah untuk suatu pertanyaan yang diberikan diperoleh dengan cara membagi jumlah CRI untuk jawaban salah tiap siswa dengan jumlah siswa yang jawabannya salah untuk pertanyaan tersebut.
Dengan cara yang sama total CRI untuk jawaban benar diperoleh dengan menjumlahkan CRI dari semua siswa yang jawabannya benar untuk pertanyaan tersebut. Sedangkan rata-rata CRI untuk jawaban benar suatu pertanyaan yang diberikan diperoleh dengan cara membagi jumlah CRI untuk jawaban benar tiap siswa dengan jumlah siswa yang jawabannya benar utuk pertanyaan tersebut.
Ketentuan Untuk Membedakan Antara Tahu Konsep, Miskonsepsi Dan Tidak Tahu Konsep

Kriteria Jawaban Siswa
Cri Rendah (<2,5)
Cri Tinggi (>2,5)
Jawaban Benar
Tidak Tahu Konsep
(Lucky Guess/Menebak)
Menguasai Konsep Dengan Baik
Jawaban Salah
Tidak Tahu Konsep
(Lucky Guess/Menebak)
Miskonsepsi

Tabel diatas menjelaskan bahwa jika siswa menjawab benar dengan CRI rendah maka menandakan bahwa siswa tidak tahu konsep, jika siswa menjawab benar dengan CRI tinggi maka menunjukkan bahwa siswa memahami konsep dengan baik dan jika siswa menjawab salah dengan CRI rendah maka menandakan siswa tidak tahu konsep. Sementara jika siswa mwnjawab salah dengan CRI tinggi maka menandakan siswa mengalami miskonsepsi.

 BAB III
PENUTUP

Berdasarkan paparan diatas dapat diketahui bahwa Certainty of Response Index (CRI) merupakan teknik untuk mengukur miskonsepsi seseorang dengan cara mengukur tingkat keyakinan atau kepastian seseorang dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan. CRI biasanya didasarkan pada suatu skala dan diberikan bersamaan dengan setiap jawaban suatu soal. Tingkat kepastian jawaban tercermin dalam skala CRI yang diberikan, CRI yang rendah menandakan ketidakyakinan konsep pada diri responden dalam menjawab suatu pertanyaan, dalam hal ini jawaban biasanya ditentukan atas dasar tebakan semata. Sebaliknya CRI yang tinggi mencerminkan keyakinan dan kepastian konsep yang tinggi pada diri responden dalam menjawab pertanyaan, dalam hal ini unsur tebakan sangat kecil. Seorang responden mengalami miskonsepsi atau tidak tahu konsep dapat dibedakan secara sederhana dengan cara membandingkan benar tidaknya jawaban suatu soal.
Sebagai suatu metode CRI juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya diantaranya yaitu:
1.      Dapat membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi dan tidak tahu konsep. Dengan dapat teridentifikasinya seorang siswa mengalami miskonsepsi atau tidak tahu konsep maka dapat ditentukan dengan mudah langkah untuk mengatasinya.
2.      Tidak terlalu sulit dalam proses persiapan dan pelaksanaannya.
3.      Mudah dan cepat dalam penganalisisan.
Selain itu CRI juga memiliki kelemahan yaitu:
1.    Ketidakjujuran siswa dalam menjawab pertanyaan yang berpengaruh terhadap penganalisisan.
2.    Terjadinya kesalahan dalam pengisian CRI.
3.    Penganalisisan hasil CRI akan mengalami kesulitan jika belum mengetahui cara perhitungan CRI.

1 komentar: