Jumat, 02 Desember 2016

MODEL PEMBELAJARAN Inside Outside Circle (IOC)




BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan adalah salah satu aspek dasar untuk membangun suatu bangsa dan negar. Di dalam suatu penyelanggaraan pendidikan di sekolah terdapat guru sebagai pendidik dan siswa sebagai perserta didik dan diwujudkan dengan adanya interaksi antara guru dengan murid melalui kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini guru dituntut untuk menyelnggarakan suatu kegiatan pembelajaran yang sistematis, inovatif dan sesuai dengan kurikulum. Suatu pembelajaran agar tujuannya tercapai dengan baik maka dibutuhkan suatu strategi pembelajan, teknik, metode, dan pendekatan pembelajaran.

Agar suatu pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik, maka seorang pendidik harus mampu menguasai kelas. Pada saat ini banyak tenaga pendidik yang cenderung pada pencapaian target kurikulum, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi monoton dan membosankan karena mementingkan pada hafalan konsep bukan pemahaman. Oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas guru menciptakan sausana yang menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran. Suatu kelas perlu dirancang dan dibangun sedemikian rupa sehingga dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi antara guru dengan murid sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang optimal.
Model pembelajaran sangat dibutuhkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah Inside Outside Circle (IOC). Jadi dalam hal ini guru bertindak sebagai motvator dan fasilitator agar suasana di dalam kelas dapat hidup. Dan siswa berperan aktif mencari informasi dari berbagai sumber, diskusi, bertanya, dan mengungkapkan pendapat. Maka diperlukannya kerjasama antara guru dan murid supaya proses pembelajaran tercapai dengan baik dan tercapainya tujuan pembelajaran.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Metode Pembelajaran Inside Outside Circle (IOC)
Model pembelajaran Inside-Outside-Circle yang telah diterapkan dalam pengabdian ini, dalam bahasa Jerman dikenal dengan istilah Kugellager. Model ini pertama kali  dikembangkan di Inggris  oleh Kagan. Kelebihannya adalah dalam waktu yang bersamaan siswa dapat berbicara berdasarkan tugas yang telah diberikan sebelumnya oleh pengajar secara berpasangan. Hal ini dapat mempengaruhi motivasi, dan  keaktifan setiap individu dan mereka mempunyai rasa percaya diri dan dapat menilai kemampuan diri mereka sendiri. Atmosfer di dalam kelas pun menjadi kondusif dan menyenangkan.
Pembelajaran PAIKEM adalah pembelajaran bermakna yang dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah dimiliki dan dikuasai peserta didik. Peserta didik dibelajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep dan bagaimana konsep tersebut dapat dipergunakan di luar kelas. Peserta didik diperkenankan secara kooperatif.
Metode Inside Outside Circle (IOC) yang merupakan salah struktur dari  model pembelajaran kooperatif. (Agus Suprijono, 2010:97) Teknik mengajar lingkaran kecil dan lingkaran besar (Inside-Outside Circle ) yang merupakan dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan pada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.
Model Pembelajaran Inside- Outside- Circle (Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar) merupakan model pembelajaran dimana “Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur”. Pembelajaran ini lebih leluasa dilaksanakan di luar kelas, atau tempat terbuka. Karena mobilitas siswa akan cukup tinggi, sehingga diperlukan perhatian ekstra. Namun demikian jika jumlah siswa tidak terlalu banyak bisa juga dilaksanakan di dalam kelas. Adapun informasi yang saling berbagi merupakan isi materi pembelajaran yang mengarah pada tujuan pembelajaran. Misalnya pada mapel Bahasa Indonesia tentang unsur-unsur cerita. Sebagian siswa mempelajari tokoh-tokoh cerita, sebagian siswa yang lain mempelajari sifat/watak tokoh, latar cerita atau amanat/pesan cerita.
Pada saat nanti berbagi informasi, maka semua siswa akan saling memberi dan menerima informasi pembelajaran. Tujuan model pembelajaran ini adalah melatih siswa belajar mandiri dan belajar berbicara menyampaikan informasi kepada orang lain. Selain itu juga melatih kedisiplinan dan ketertiban.

Lingkaran kecil lingkaran besar
Dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan pada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Pendekatan ini bisa digunakan dalam berberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial, agama, matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antarsiswa.
Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Bisa digunakan untuk semua tingkatan usia anak didik dan sangat disukai, terutama oleh anak-anak.
Caranya :
Lingkaran Individu
a.    Separuh kelas (atau seperempat Jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri membentuk lingkaran kecil. Mereka berdiri melingkar dan menghadap keluar.
b.    Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran yang pertama. Artinya, mereka berdiri menghadap ke dalam dan berpasangan dengan siswa yang berada di lingkaran dalam.
c.    Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Siswa berada dilingkaran kecil yang memulai. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
d.    Kemudian, siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah perputaran jarum jam. Dengan cara ini, masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi.
e.    Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagikan informasi. Demikian seterusnya.
Lingkaran Kelompok
a.    Satu kelompok berdiri di lingkaran kecil menghadap keluar. Kelompok lain berdiri di lingkaran besar.
b.    Kelompok berputar seperti prosedur lingkaran individu yang dijelaskan di atas dan saling berbagi.

Pembelajaran metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. pengertian metode ceramah Sudirman,dkk (1992:113) adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan oleh guru dengan penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa. Oleh karena itu, guru hanya memiliki peran yang sangat penting. Surakhmad (1994:98) juga mengungkapkan bahwa metode ceramah ialah bentuk interaksi seseorang terhadap sekelompok pendengar. Dalam hal ini, yang dilakukan guru dalam pembelajaran metode ceramah. Tugas utama guru yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya dapat berkembang dengan maksimal.
Pembelajaran ceramah merupakan pembelajaran yang paling lama digunakan dalam sejarah pendidikan dan masih digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena metode ini merupakan sebuah metode yang sangat mudah dilakukan oleh guru. Pada hakekatnya ceramah adalah suatu metode pembelajaran dimana guru berada di depan kelas, memimpin, menentukan dan jalannya pelajaran serta mentransfer segala rencana yang akan diberikan pada siswa. Aktivitas kegiatan belajar mengajar selama ini merupakan pseudo pembelajaran. Terdapat jarak cukup jauh antara materi yang dipelajari dengan peserta didik sebagai insani yang mempelajarinya. Materi yang dipelajari terpisah dari peserta didik yang mempelajarinya. Pembelajaran lebih menekankan memorisasi terhadap materi yang dipelajari dari pada struktur yang terdapat di dalam materi itu. (Agus Suprijono,2010:1)
Pembelajaran seperti ini melelahkan dan membosankan. Belajar bukan manifestasi kesadaran dan partisipasi, melainkan keterpaksaan mobilisasi. Dampak psikis ini tentu kontraproduktif dengan hakikat pendidikan itu sendiri yaitu memanusiakan manusia atas seluruh potensi kemanusiaan yang dimiliki secara kodrati. Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang tidak dilandasi oleh paham konstruktivisme, titik tolak pembelajaran tidak dimulai dari pengetahuan awal yang dimiliki siswa (prior knowledge). Pembelajaran dimulai dari penyajian informasi, pemberian ilustrasi dan contoh soal, latihan soal-soal sampai pada akhirnya guru merasakan apa yang diajarkan telah dimengerti oleh peserta didik . (Lie, Anita. 2000:45)
Perbandingan antara pembelajaran kooperatif dan metode pembelajaran ceramah adalah sebagai berikut :
1.    Kelompok belajar kooperatif
a.    Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin para anggota kelompok.
b.    Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi hubungan interpersonal.
c.    Kelompok belajar heterogen, baik dari kemampuan akademik, jenis, kelamin, ras, etnik, dan lain sebagainya.
2.    Kelompok belajar ceramah
a.    Pimpinan kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinya masing-masing.
b.    Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
c.    Kelompok belajar biasanya homogen, persamaan kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan lain sebagainya.
Dalam metode pembelajaran ini adalah metode pembelajaran struktural. Pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur yang dikembangkan oleh Spencer Kagan ini sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, di mana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberikan jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur yang dikembangkan Spencer Kagan ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif, daripada penghargaan individual.
Dalam metode pembelajaran Inside outside circle. Pembelajaran ini merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen, membentuk lingkaran luar berdiri menghadap ke dalam  dan lingkaran dalam berdiri melingkar menghadap keluar, beri persoalan materi bahan ajar pada tiap-tiap pasangan yang berhadapan disebut kelompok pasangan asal. Kemudian beri waktu untuk berdiskusi, setelah mereka berdiskusi, guru meminta kepada anggota kelompok lingkaran dalam bergerak berlawanan arah dengan anggota kelompok lingkaran luar. Setiap pergerakan akan membentuk pasangan baru. Pasangan ini wajib memberi informasi berdasarkan hasil diskusi dengan pasangan asal, sehingga hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar tersebut kemudian dipaparkan sehingga terjadi diskusi antar kelompok besar.  Inside outside circle merupakan suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (Agus Suprijono, 2010:97)  untuk melibatkan lebih banyak siswa yang menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
B.    Prinsip Model Pembelajaran IOC
Istilah IOC digunakan di lapangan dengan tidak dipermasalahkan, yang penting pelayanannya bisa dilakukan efektif kepada anak dengan tujuan agar upaya latihan kekompakan dapat meningkatkan kekayaan dan kemampuan anak .
Kaitannya dengan pelaksanaan latihan/pembelajaran diartikan sebagai upaya agar anak pandai bekerjasama dengan teman sebayanya. Anak dilatih dengan harapan akan mampu menjadi seseorang yang mandiri.
Sarana dan prasarana pembelajaran IOC. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran IOC. Diantaranya yaitu:
1.    Faktor anak dengan segala karakteristiknya, seperti perkembangan,  kognisi,     mental, emosi, social serta kepribadiannya.
2.    Faktor instrumental input, yaitu kualifikasi serta kelengkapan sarana yang diperlukan dalam pembelajaran, meliputi guru, metode, teknik, dan media, bahan sumber belajar, program dan tugas-tugas.
3.    Faktor instrumental, yaitu situasi dan keadaan fisik, seperti letak sekolah, iklim, hubungan antar siswa-guru, siswa dengan orangtua, dan siswa dengan orang lain.

Setelah kita menentukan pilihan media yang akan kita gunakan, maka pada akhimya kita dituntut untuk dapat memanfaatkannya dalam proses pembelajaran. Media yang baik, belum tentu menjamin keberhasilan belajar siswa jika kita tidak dapat menggunakannya dengan baik. Untuk itu, media yang telah kita pilih dengan tepat harus dapat kita manfaatkan dengan sebaik mungkin sesuai prinsip-¬prinsip pemanfaatan media. Ada beberapa prinsip umum yang perlu kita perhatikan dalam pemanfaatan media pembelajaran, yaitu:



1. Setiap jenis media, memiliki kelebihan dan kelemahan
Tidak ada satu jenis media yang cocok untuk semua proses pembelajaran dan dapat mencapai semua tujuan belajar. lbaratnya, tak ada satu jenis obat yang manjur untuk semua jenis penyakit.
2.  Penggunaan beberapa macam media secara bervariasi memang diperlukan
Namun harap diingat, bahwa penggunaan me¬dia yang terlalu banyak sekaligus dalam suatu kegiatan pembelajaran, justru akan membingungkan siswa dan tidak akan memperjelas pelajaran. Oleh karena itu gunakan media seperlunya, jangan berlebihan.
4.    Penggunaan media harus dapat memperlakukan siswa secara aktif
Lebih baik menggunakan media yang sederhana yang dapat mengaktifkan seluruh siswa daripada media canggih namun justru membuat siswa kita terheran heran pasif.
Sebelum media digunakan harus direncanakan secara matang dalam penyusunan rencana pembelajaran. Tentukan bagian materi mana saja yang akan kita sajikan dengan bantuan media. Rencanakan bagaimana strategi dan teknik penggunaannya. Hindari penggunaan media yang hanya dimaksudkan sebagai selingan atau sekedar pengisi waktu kosong saja. Jika siswa sadar bahwa media yang digunakan hanya untuk mengisi waktu kosong, maka kesan ini akan selalu muncul setiap kali guru menggunakan media. Penggunaaan media yang sembarangan, asal asalan, atau "daripada tidak dipakai", akan membawa akibat negatif yang lebih buruk. Harus senantiasa dilakukan persiapan yang cukup sebelum penggunaaan media. Kurangnya persiapan bukan saja membuat proses pembelajaran tidak efektif dan efisien, tetapi justru mengganggu kelancaran proses pembelajaran. Hal ini terutama perlu diperhatikan ketika kita akan menggunakan media elektronik.


C.    Kelebihan dan Kelamahan Model Pembelajaran IOC

1.    Kelebihan
a.    Semua siswa terlibat (mendapat peran)
b.    Melatih kesiapan siswa
c.    Melatih daya serap pemahaman dari orang lain
d.    Cocok untuk tugas sederhana
e.    Interaksi lebih mudah
f.    Lebih mudah dan cepat membentuknya
g.    Meningkatkan partisipasi anak
h.    Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat bersamaan.

2.    Kelemahan
a.    Untuk mata pelajaran tertentu
b.    Waktu yang dibutuhkan banyak
c.    Materi yang didapat sedikit
d.    Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
e.    Lebih sedikit ide yang muncul
f.    Jika ada perselisihan tidak ada penengah
g.    Membutuhkan ruang kelas yang besar
h.    Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau
i.    Rumit untuk dilakukan.


D.    Langkah-Langkah Model Pembelajaran IOC

1.    Pembentukan Kelompok lingkaran luar dan lingkaran dalam
Guru membagi siswa dalam kelompok beranggotakan 8 orang dan kepada setiap anggota berdiri membentuk lingkaran dalam melingkar menghadap keluar dan lingkaran luar berdiri melingkar menghadap ke dalam. Dengan demikian antara anggota lingkaran dalam dan lingkaran luar saling berpasangan disebut kelompok asal.
2.    Memberikan Tugas
Guru memberi tugas tiap-tiap pasangan asal itu sesuai dengan indikator pembelajaran yang dirumuskan.
3.    Berdiskusi
Memberikan waktu secukupnya untuk berdiskusi kepada tiap-tiap pasangan.
4.    Bergerak berputar lingkaran dalam dan lingkaran luar membentuk pasangan baru
Setelah mereka berdiskusi, guru meminta kepada anggota kelompok lingkaran dalam bergerak berlawanan arah dengan anggota kelompok lingkaran luar. Setiap pasangan terbentuk pasangan baru. Pasangan ini wajib memberi informasi berdasarkan hasil diskusi dengan kelompok asal, demikian seterusnya. Pergerakan akan berhenti jika anggota kelompok lingkaran dalam dan lingkaran luar bertemu dengan pasangan asal.
Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar tersebut dipaparkan sehingga terjadilah diskusi antar kelompok.
5.    Penilaian dan mengevaluasi
Guru memberikan ulasan dan mengevaluasi hal-hal yang telah didiskusikan.

Berikut ini dikemukakan tindakan penting dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif model Inside-Outside-Circle, yang pada pelaksanaan pengabdian dilakukan melalui simulasi antar sesama guru.
1.    Guru menyiapkan sejumlah pokok bahasan  sesuai  kebutuhan.
2.    Separuh kelas (para guru peserta kegiatan pengabdian) berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.
3.    Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam.
4.    Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
5.    Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
6.    Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya.
7.    Guru membekali siswa dengan keterampilan berkomunikasi  dengan cara mengajarkan dan melatihkan ungkapan-ungkapan penting yang diperlukan siswa untuk berinteraksi dengan siswa yang lain.
8.    Siswa menceritakan ulang hal yang telah dibicarakan sebelumnya mengenai gagasan ataupun pendapat temannya di dalam lingkaran tersebut di depan kelas.
9.    Guru menyiapkan latihan tambahan yang kompleks dan kreatif menurut tingkatan kemampuan dan ketertarikan siswa.
10.    Guru mengembangkan instrumen penilaian kompetensi siswa.
11.    Guru menetapkan indikator pencapaian  sebagai alat ukur keberhasilan tindakan.
12.    Guru mengembangkan format observasi untuk merekam pelaksanaan tindakan.

E.    Aplikasi  Dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah
Seperti telah dikemukakan, bahwa objek pembelajaran matematika adalah abstrak. Meskipun menurut teori Pieget bahwa siswa usia SMP danSMA sudah berada dalam tahap operasi formal,tidak ada kalau masih diiperlukan, untuk memperjelas konsep yang diajarkan, guru menggunakan alat peraga, karena sebaran umur untuk setiap tahap perkembangan mental dari Pieget itu hanyalah perkiran saja. Hal ini dikartenakan penilitian yang dilakukan Pieget itu di Barat (di Swiss), sehingga memungkinkan adanya perbedaan pencapaian setiap tahap bagi masyarakat non-barat seperti di Indonesia.
Mengingat hal tersebut diatas, penbelajaran matematika di Sekolah tidak terlepas dari sifat-sifat matematika yang abstrak dan perkembangan intelektual siswa yang kita ajar. Oleh karena itulah kita memperhatikan beberapa sifat atu karakteristik pembelajaran di  sekolah.
1.    Pembelajaran matematika adalah berjenjang (bertahap)
Bahan kajian matematika diajarkan secara berjenjang atau bertahap, yaitu dimulai dari hal yang konkrit dilanjutkan ke halyang abstrak, dari hal yang sederhana ke hal yang komplek atau bisa dikatakan dari konsep yang mudah menuju konsep menuju keonsep yang lebih sulit.
2.    Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral
Dalam setiap memperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu memeperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari, dan sekaligus mengingatkannya kembali. Pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan cara memperluas dan memperdalam adalah perlu dalam pembelajaran matematika. Metoda  spiral bukanlah mengajarkan konsep hanya dengan pengulangan atau perluasan saja tetapi ada peningkatan. Spiralnya harus spiral naik bukan spiral datar.

3.    Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif
Matematika adalah ilmu deduktif, matematika tersusun secara deduktif aksiomatik. Namun demikian kita harus memilih pendekatan yang cocok dengan kondisi anak didik yang kita ajar. Misalnya sesuai dengan perkembangan intelektual siswa di SMP, maka dalam pembelajaran matematika belum seluruhnya menggunakan pendekatan deduktif tapi masih campur dengan induktif.
Sebagai contoh dalam pengenalan fungsi, tidak diawali oleh definisi fungsi, tetapi diawali dengan memberikan contoh-contoh relasi yang diantaranyaada yang merupakan fungsi. Sehingga dari pengamatan dari contoh-contoh tersebut kelihatan bedanya antara relasi biasa dengan relasi yang khusus yang disebut fungsi.
Pemahaman konsep-konsep matematika melalui contoh-contoh tentang sifat-sifat yang sama yang dimiliki dan yang tidak dimiliki oleh konsep-konsep tersebut merupakan tuntutan pembelajaran matematika. Hal ini sejalan dengan teori belajar yang diutarakan oleh Jerome S. Bruner dengan dalil pengkontrasan dan keanekaragamannya.

4.    Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi
Kebenaran dalam matematika sesuai dengan struktur deduktif aksiomatiknya. Kebenaran-kebeenaran dalam matematika pada dasarnya merupakan kebenaran konsistensi, tidak ada pertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar bila didasarkan atas pernyataan-pernyataan terdahulu yang tekah diterima kebenarannya. Dalam pembelajaran matematika di Sekolah, meskipun ditempuh pola induktif, tetapi tetap bahwa generalisai suatu konsep haruslah bersifat deduktif. Kebenaran konsistensi tersebut mempunyai nilai didik yang sangat tinggi dan amat penting untuk pembinaan sumber daya manusia dalam kehidupan sehari-hari( Erman, Suherman,dkk.2003:67).



BAB III
KESIMPULAN

Model pembelajaran Inside-Outside-Circle yang telah diterapkan dalam pengabdian ini, dalam bahasa Jerman dikenal dengan istilah Kugellager. Model ini pertama kali  dikembangkan di Inggris  oleh Kagan. Kelebihannya adalah dalam waktu yang bersamaan siswa dapat berbicara berdasarkan tugas yang telah diberikan sebelumnya oleh pengajar secara berpasangan. Hal ini dapat mempengaruhi motivasi, dan  keaktifan setiap individu dan mereka mempunyai rasa percaya diri dan dapat menilai kemampuan diri mereka sendiri. Atmosfer di dalam kelas pun menjadi kondusif dan menyenangkan.
Pembelajaran PAIKEM adalah pembelajaran bermakna yang dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah dimiliki dan dikuasai peserta didik. Peserta didik dibelajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep dan bagaimana konsep tersebut dapat dipergunakan di luar kelas. Peserta didik diperkenankan secara kooperatif.




DAFTAR PUSTAKA

Suprijono, Agus. 2010, Cooperative learning:Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Surakhmad, W. (1994). Pengantar Interaksi Mengajar Belajar. Jakarta : Bina Aksara
Lie, Anita. 2000. Cooperativ Learning: Mempraktikkan Cooperativ Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo
http://media-grafika.com/pengertian-media-pembelajaran
Sardiman, dkk.1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Erman,Suherman,dkk.2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: UPI PERS


0 komentar:

Posting Komentar