Selasa, 13 Juni 2017

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING



BAB I
PENDAHULUAN
Kita ketahui bahwa matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan dasar dan memberikan andil yang sangat besar dalam kemajuan bangsa. Dan mengingat peranan matematika yang sangat penting, maka siswa dituntut untuk menguasai pelajaran matematika secara tuntas di setiap jenjang pendidikan.

Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai peranan yang sangat penting, karena hasil belajar siswa bukan hanya dipengaruhi oleh penguasaan guru terhadap materi pelajaran, tetapi juga model dan metode mengajar yang digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Guru mempunyai peranan sangat penting dalam mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Berdasarkan hasil dari beberapa observasi diberbagai sekolah bahwa rata-rata kemampuan dalam penguasaan matematika masih dalam kategori yang rendah. Hasil belajar matematika yang rendah merupakan salah satu masalah bagi mutu pendidikan matematika dewasa ini. Rendahnya hasil belajar matematika yang diperoleh siswa tersebut disebabkan oleh berbagai faktor yang bersumber dari guru, siswa, model dan metode mengajar, maupun sarana dan prasarana pendidikan.
Sejalan dengan pandangan di atas, Sutiarso (Upu, 2003: 7) menegaskan bahwa siswa pada umumnya cenderung hanya menerima transfer pengetahuan dari guru dan guru pada umumnya hanya sekedar menyampaikan informasi pengetahuan tanpa melibatkan siswa dalam proses yang aktif.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diterapkan pendekatan dalam pembelajaran matematika yang dapat melibatkan siswa secara aktif, kreatif, dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Pendekatan pembelajaran yang dimaksud yaitu pendekatan problem posing.
Pendekatan problem posing
ini adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika dimana siswa diminta untuk merumuskan, membentuk dan mengajukan pertanyaan atau soal dari situasi yang disediakan. Dengan demikian, sikap kritis, rasa ingin tahu dan kreatifitas siswa akan tereksplorasi. Sikap kritis dan rasa ingin tahu merupakan sifat alamiah yang dimiliki oleh manusia. Sifat ini menjadi motivator bagi seseorang untuk terus menambah pengetahuan.
Agar siswa termotivasi untuk belajar mandiri sepanjang hayat, maka rasa ingin tahu siswa perlu dibangkitkan dan dikembangkan. Pendekatan problem posing dalam pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Dengan menggunakan pendekatan ini diharapkan memberi kesempatan yang luas kepada siswa untuk aktif belajar dan mengupayakan agar pembelajaran yang berpusat pada guru dan berubah menjadi berpusat pada siswa. Dan dengan model pembelajaran ini siswa akan kreatif (Setiawan, 2004 dalam Alif), karena  siswa diharapkan akan lebih mendalami pengetahuan dan menyadari pengalaman belajar. Selain itu dalam (Rusefendi: 2004) mengatakan bahwa upaya membantu siswa memahami soal dapat dilakukan dengan menulis kembali soal tersebut dengan kata-kata sendiri, menuliskan soal dalam bentuk lain atau dalam bentuk operasional.
Kegiatan inilah yang dikenal dengan istilah problem posing. Oleh karena itu, melalui pembelajaran problem posing ini siswa diharapkan dapat membuat soal sendiri yang tidak jauh beda dengan soal yang diberikan oleh guru dan dari situasi-situasi yang ada sehingga siswa terbiasa dalam menyelesaikan soal termasuk soal cerita dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.







BAB II
PEMBAHASAN

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM  POSING
A.      Penjelasan Teori Model Pembelajaran Problem Posing
1.      Pengertian Problem Posing
Problem Posing adalah Istilah dalam bahasa Inggris yaitu dari kata “Problem” artinya Masalah, Soal atau persoalan, dan kata “Pose” yang artinya Mengajukan. Problem Posing dapat diartikan sebagai pengajuan soal atau pengajuan masalah. Jadi Model Pembelajaran Problem Posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para peserta didik untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal atau berlatih soal secara mandiri.
Model pembelajaran problem posing ini mulai dikembangkan di tahun 1997 oleh Lyn D. English, dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran matematika. Selanjutnya, model ini dikembangkan pula pada mata pelajaran yang lain. Pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.
Menurut Silver (dalam Irwan, 2011: 4) mengatakan problem posing merupakan aktivitas yang meliputi merumuskan soal-soal dari hal-hal yang diketahui dan menciptakan soal-soal baru dengan cara memodifikasi kondisi-kondisi dari masalah-masalah yang diketahui tersebut serta menentukan penyelesaiannya. Dari pendapat Silver tersebut dapat disimpulkan bahwa problem posing adalah kegiatan merumuskan soal baru dari memodifikasi kondisi soal lama sehingga mampu menentukan penyelesaiannya sendiri.
Menurut Lin (dalam Ali Mahmudi, 2008: 4) problem posing dapat diartikan sebagai pembentukan soal berdasarkan konteks, cerita, informasi, atau gambar yang diketahui. Dari pendapat Lin dapat disimpulkan bahwa problem posing adalah pembentukan soal baru dari cerita, info dan gambar yang telah ada.
"problem posing adalah proses berfikir kreatif dari pengetahuan dasar matematika dengan penafsiran diri sendiri yang dihubungkan dengan lingkungan sekitarnya sendiri untuk diformulasikan menjadi persoalan matematika yang bermakna". (Elena Stoyanova dan Nerida F. Ellerton (1996: 1)
Dari pendapat Elena Stoyanova dan Nerida F. Ellerton diatas dapat dipahami bahwa problem posing adalah proses merekonstruksi sendiri soal baru dari soal lama dengan setting lingkungan. Dari analisis ketiga pendapat ahli diatas dapat dipahami ketigaanya mempunyai kesamaan unsur yang menjadi pokok pikiran pendapatnya bahwa problem posing adalah kegiatan membuat soal baru dari sesuatu yang diketahui baik sumber yang berupa soal lama maupun dari gambar, cerita.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa problem posing adalah aktivitas memodifikasi soal yang baru dari gabungan antara pengetahuan basis yang diketahui/soal lama dan keadaan nyata yang dialami siswa/cerita, gambar.

2.      Model Pembelajaran Problem Posing
Silver dan Cai (dalam Ali Mahmudi, 2008: 4) mengklasifikasikan tiga aktivitas koginitif dalam problem posing yang dalam penerapannya ketiga model tersebut mempunyai langkah-langkah pembelajaran yang sama. Pemilihan tipe-tipe itu dapat didasarkan pada hasil belajar siswa, atau tingkat berpikir siswa. Dibawah ini akan diuraikan masing-masing tipe tersebut.
  1. Problem Posing tipe Post Solution Posing
    Strategi ini juga disebut sebagai strategi “find a more challenging problem”. Siswa memodifikasi atau merevisi tujuan atau kondisi soal yang telah diselesaikan untuk menghasilkan soal-soal baru yang lebih menantang.
  2. Problem Posing tipe Within Solution Posing Dalam tipe ini siswa membuat formulasi soal yang sedang diselesaikan untuk menyederhanakan dari soal yang sedang diselesaikan, Jadi siswa memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub-sub pertanyaan yang relevan dengan pertanyaan guru.
  3. Problem Posing tipe Pre-Solution Posing
    Siswa membuat pertanyaan dan jawaban berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh guru. Jadi, yang diketahui pada soal itu dibuat guru, sedangkan siswa membuat pertanyaan dan jawabannya sendiri.
B.       Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Problem Posing
             Guru matematika dalam rangka mengembangkan model pembelajaran problem posing (pengajuan soal) yang berkualitas dan berstruktur dalam pembelajaran matematika dapat menerapkan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:
1.    Pengajuan soal harus berhubungan dengan apa yang dimunculkan dari aktifitas siswa dalam kelas.
2.    Pengajuan soal harus berhubungan dengan proses pemecahan masalah siswa.
3.    Pengajuan soal dapat dihasilkan dari permasalahan yang ada dalam buku teks dengan modifikasi dan membentuk ulang karakteristik bahasa dan tegas.

C.      Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Problem Posing
             Setiap metode pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekuranganya. Begitupula dengan model pembelajaran problem posing.
a.    Kelebihan Model Pembelajaran Problem Posing
Menurut Ilfi Norman dan Md. Nor Bakar (2011:1) kelebihan dari model ini adalah :
  1. Kemampuan memecahkan masalah / mampu mencari berbagai jalan dari suatu kesulitan yang dihadapi,
  2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa/ terampil menyelesaikan soal tentang materi yang diajarkan
  3. Mengetahui proses bagaimana cara siswa memecahkan masalah
  4. Meningkatkan kemampuan mengajukan soal
  5. Sikap yang positif terhadap matematika
Sedangkan menurut Rahayuningsih (dalam Sutisna, 2002: 18), kelebihan Problem Posing diantaranya adalah: 
  1. Kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi dituntut keaktifan siswa.
  2. Minat siswa dalam pembelajaran matematika lebih besar dan siswa lebih mudah memahami soal karena dibuat sendiri.
  3. Semua siswa terpacu untuk terlibat secara aktif dalam membuat soal.
  4. Dengan membuat soal dapat menimbulkan dampak terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah.
  5. Dapat membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada dan yang baru diterima sehingga diharapkan mendapatkan pemahaman yang mendalam dan lebih baik.
Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model pembelajaran problem posing yaitu :
  1. Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran
  2. Minat yang positif terhadap matematika
  3. Membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada sehingga meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah
  4. Memunculkan ide yang kreatif dari dalam mengajukan soal.
  5. Mengetahui proses bagaimana cara siswa memecahkan masalah


b.    Kelemahan Model Pembelajaran Problem Posing

1.      Dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
2.      Proses belajar mengajar melalui hadap masalah dapat membiasakan para siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupannya, keluarganya, masyarakat, dan dalam pekerjaannya kelak. Suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.
3.      Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak menggunakan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.

D.      Langkah-langkah Model Pembelajaran problem Posing
Dalam Model ini guru terlebih dahulu memberi contoh tentang cara membuat soal dan memberikan beberapa situasi (informasi) yang berkenaan dengan materi pembelajaran yang sudah disajikan. Selanjutnya berdasarkan situasi tersebut siswa diminta untuk menyelesaikan soal mereka sendiri.
Adapun langkah-langkah pembelajaran menggunakan problem posing adalah sebagai berikut:
1.      Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2.      Guru membentuk kelompok yang beranggota 4-5 yang heterogen, baik kemampuan maupun jenis kelamin.
3.      Guru membagi materi yang berbeda untuk dirangkum, namun masih dalam konsep yang sama.
4.      Guru meminta masing-masing peserta didik membuat dua soal dari materi yng telah dibagikan tersebut pada lembar problem posing 1.
5.      Peserta didik berdiskusi kelompok untuk mencari penyelesaian dari soal yang telah dibuat pada lembar problem posing 1 tersebut.
6.      Masing-masing kelompok menuliskan satu atau dua soal yang tidak bisa diselesaikan oleh kelompok ke dalam lembar problem posing 2 dan ditukarkan pada kelompok lain secara berurutan atau zig-zag, aturannya  terserah pada guru.
7.      Masing-masing kelompok berdiskusi mencari hasil atau penyelesaian  dari lembar problem posing 2.
8.      Guru menunjuk satu kelompok untuk mempresentasikan hasil rangkuman yang telah dikerjakan dan membacakan soal yang tidak bisa dipecahkan di kelompoknya.
9.      Kelompok lain sebagai audiens yang punya hak untuk menyangkal, bertanya dan memberikan masukan, sehingga pembelajaran berlangsung hangat dan guru hanya berperan sebagai moderator.
10.  Berdiskusi kelas membahas soal dari lembar problem posing 1. Guru dan peserta didik membuat kesimpulan.
11.  Guru memberikan tugas rumah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam model pembelajaran problem posing:
1.      Sebelum pengajuan solusi, yaitu satu pengembangan masalah awal dari situasi stimulus yang diberikan.
2.      Dalam pengajuan solusi, yaitu merumuskan kembali masalah agar menjadi lebih nudah untuk diselesaikan.
3.      Setelah pengajuan solusi, yaitu memodifikasi tujuan atau kondisi dari masalah yang sudah diselesaikan untuk merumuskan masalah baru.
Petunjuk pembelajaran yang berkaitan dengan guru:
1.      Guru hendaknya membiasakan merumuskan soal baru atau memperluas soal dari soal-soal yang ada di buku pegangan.
2.      Guru hendaknya menyediakan beberapa situasi yang berupa informasi tertulis, benda manipulatif, gambar atau lainnya. Kemudian guru melatih siswa merumuskan soal dengan situasi yang ada.
3.      Guru dapat menggunakan soal terbuka dalam tes.
4.      Guru memberikan contoh perumusan soal dengan beberapa taraf kesukaran baik isi maupun bahasanya.
5.      Guru menyelenggarakan reciprocal teaching, yaitu pembelajaran yang berbentuk dialog antara guru dan siswa mengenai isi buku teks, dengan cara menggilir siswa berperan sebagai guru. (Sutiaro :2000).
Petunjuk pembelajaran yang berkaitan dengan siawa:
1.      Siswa dimotivasi untuk mengungkapkan pertanyaan sebanyak-banyaknya terhadap situasi yang diberikan.
2.      Siswa dibiasakan mengubah soal-soal yang ada menjadi soal yang baru sebelum mereka menyelesaikannya.
3.      Siswa dibiasakan membuat soal-soal serupa setelah menyelesaikan soal tersebut.
4.      Siswa harus diberi kesempatan untuk menyelesaikan soal-soal yang dirumuskan oleh temannya sendiri.
5.      Siswa dimotivasi untuk menyelesaikan soal-soal non rutin. (Sutiarso: 2000)

E.       Aplikasi Model Pembelajaran Problem Posing Pada Pembelajaran Matematika
            Problem Posing dalam Matematika ini adalah Suatu model pembelajaran Matematika yang menekankan pada perumusan soal, yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir Matematis. Problem Posing sejalan dengan kurukulum Matematika karena terdapat inti dari aktifitas matematis yaitu siswa membangun sendiri masalahnya. Oleh karena itu, Problem Posing dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengembangkan berfikir Matematis atau pola pikir Matematis.
            Brown dan walter (1993:15) menyatakan pembuatan soal dalam pembelajaran Matematika melalui 2 tahap kognitif, yaitu ; accepting dan Challenging. Menerima terjadi ketika siswa membaca situasi atau informasi yang diberikan guru dan menantang terjadi ketika siswa berusaha untuk mengajukan soal berdasarkan situasi atau informasi yang diberikan.
            Dengan demikian pembelajaran Matematika dengan Problem Posing akan menambah kemampun dan pengamatan  konsep dan prinsip matematis sismwa.
            Dari uraian di atas, tampak bahwa keterlibatan siswa untuk turut belajar dengan cara menerapkan model pembelajaran problem posing merupakan salah satu indikator keefektifan belajar. Siswa tidak hanya menerima saja materi dariguru, melainkan siswa juga berusaha menggali dan mengembangkan sendiri. Hasil belajar tidak hanya menghasilkan peningkatan pengetahuan tetapi juga meningkatkan keterampilan berpikir. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal-soal sejenis uraian perlu dilatih, agar penerapan model pembelajaran problem posing dapat optimal. Kemampuan tersebut akan tampak dengan jelas bila siswa mampu mengajukan soal-soal secara mandiri maupun berkelompok. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal tersebut dapat dideteksi lewat kemampuannya untuk menjelaskan penyelesaian soal yang diajukannya di depan kelas. Dengan penerapan model pembelajaran problem posing dapat melatih siswa belajar kreatif, disiplin, dan meningkatkan keterampilan berpikir siswa.













RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah             :……………………..
Satuan Pendidikan      : SMA / MA
Mata pelajaran             : Matematika
Kelas / semester          : X IPA / 2
Alokasi Waktu            : 12 x 45 menit (4 kali pertemuan)

A. Standar Kompetensi
    3. Menggunakan sifat dan aturan geometri dalam menentukan kedudukan       titik,garis,dan bidang;jarak;sudut dan volume

B. Kompetensi Dasar
3.1 Memahami komponen,menggambar,dan menghitung volume dari benda ruang

C. Indikator
§  Menentukan kedudukan titik,garis, dan bidang dalam ruang
§  Menentukan volume benda-benda ruang
§  Menghitung perbandingan volume dua benda dalam suatu bangun ruang
§  Menjelaskan bidang frontal,sudut surut dan perbandingan proyeksi dalam menggambarkan bangun ruang

D. Tujuan Pembelajaran
§  Siswa dapat menentukan kedudukan titik,garis, dan bidang dalam ruang
§  Siswa dapat menentukan volume benda-benda ruang
§  Siswa dapat menghitung perbandingan volume dua benda dalam satu bangun ruang
§  Siswa dapat menjelaskan bidang frontal,sudut surut dan perbandingan proyeksi dalam menggambarkan bangun ruang

E.     Materi Ajar / Materi Pembelajaran
§  Kedudukan titik,garis,dan bidang dalam ruang
§  Volume benda-benda ruang
§  Perbandingan volume dua benda dalam satu bangun ruang
§  Bidang frontal,sudut surut dan perbandingan proyeksi dalam menggambar bangun ruang

F.     Metode Pembelajaran
Pendekatan Problem Posing                    Tanya Jawab
Diskusi                                               Kerja kelompok
G.    Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
& Pertemuan pertama
Materi : Kedudukan titik,garis,dan bidang dalam ruang
v  Pendahuluan :
1)      Menyampaikan tujuan pembelajaran
2)      Mengingatkan kembali tentang ruang dimensi tiga
3)      Menanyakan sejauh mana pengetahuan siswa terhadap ruang dimensi tiga khususnya tentang kedudukan titik,garis dan bidang dalam ruang
4)      Memotivasi siswa untuk mempelajari materi kedudukan titik,garis dan bidang dalam ruang
v  Kegiatan Inti
1)      Guru membentuk kelompok yang terdiri 4-5 orang siswa yang heterogen.
2)      Guru membagi materi rangkuman tentang pengertian , rumus yang digunakan untuk menghitung atau menentukan kedudukan titik,garis dan bidang dalam ruang, contoh-contoh penggunaan rumus tersebut, serta permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan kedudukan titik,garis dan bidang dalam ruang.
3)      Guru meminta siswa mempelajari rangkuman materi yang telah dibagikan.
4)      Guru meminta masing-masing siswa untuk membuat dua soal dari materi yang dibagikan (dengan demikian setiap kelompok membuat 8-10 soal).
5)      Siswa berdiskusi untuk mencari penyelesaian dan menulisnya di lembar problem posing 1.
6)      Masing-masing kelompok menuliskan soal yang tidak bisa diselesaikan oleh kelompoknya di lembar problem posing 2 dan ditukarkan dengan kelompok lain.
7)      Masing-masing kelompok berdiskusi untuk mencari penyelesaian dari lembar posing 2 dari kelompok lain.
8)      Guru menunjuk satu kelompok untuk mempresentasikan materi yang telah dipelajari dan membacakan soal yang tidak bisa dipecahkan di kelompoknya.
9)      Kelompok lain punya hak untuk menyangkal, bertanya dan memberikan masukan, guru berperan sebagai moderator.
10)  Guru dan siswa membuat kesimpulan.
11)  Guru memberikan tugas rumah.

& Pertemuan kedua
Materi : Volume benda-benda ruang
v  Pendahuluan :
1)      Menanyakan kembali materi pada pertemuan sebelumnya.
2)      Mengingatkan kembali tentang materi pada pertemuan sebelumnya.
3)      Memotivasi siswa untuk mempelajari volume benda-benda ruang
v  Kegiatan Inti

1)      Guru membentuk kelompok yang terdiri 4-5 orang siswa yang heterogen.
2)      Guru membagi materi rangkuman tentang pengertian volume benda-benda ruang, rumus yang digunakan untuk menghitung atau menentukan volume benda-benda ruang, contoh-contoh penggunaan rumus tersebut, serta permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan volume benda-benda ruang
3)      Guru meminta siswa mempelajari rangkuman materi yang telah dibagikan.
4)      Guru meminta masing-masing siswa untuk membuat dua soal dari materi yang dibagikan (dengan demikian setiap kelompok membuat 8-10 soal).
5)      Siswa berdiskusi untuk mencari penyelesaian dan menulisnya di lembar problem posing 1.
6)      Masing-masing kelompok menuliskan soal yang tidak bisa diselesaikan oleh kelompoknya di lembar problem posing 2 dan ditukarkan dengan kelompok lain.
7)      Masing-masing kelompok berdiskusi untuk mencari penyelesaian dari lembar posing 2 dari kelompok lain.
8)      Guru menunjuk satu kelompok untuk mempresentasikan materi yang telah dipelajari dan membacakan soal yang tidak bisa dipecahkan di kelompoknya.
9)      Kelompok lain punya hak untuk menyangkal, bertanya dan memberikan masukan, guru berperan sebagai moderator.
10)  Guru dan siswa membuat kesimpulan.
11)  Guru memberikan tugas rumah.

& Pertemuan ketiga
Materi :Perbandingan volume dua benda dalam satu ruang
v  Pendahuluan :
1)      Menanyakan kembali materi pada pertemuan sebelumnya.
2)      Mengingatkan kembali tentang materi pada pertemuan sebelumnya.
3)      Memotivasi siswa untuk mempelajari perbandingan volume dua benda dalam satu ruang.
v  Kegiatan Inti
1)      Guru membentuk kelompok yang terdiri 4-5 orang siswa yang heterogen.
2)      Guru membagi materi rangkuman tentang pengertian perbandingan volume dua benda dalam satu ruang, rumus yang digunakan untuk menghitung atau menentukan perbandingan volume dua benda dalam satu ruang, contoh-contoh penggunaan rumus tersebut, serta permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan perbandingan volume dua benda dalam satu ruang.
3)      Guru meminta siswa mempelajari rangkuman materi yang telah dibagikan.
4)      Guru meminta masing-masing siswa untuk membuat dua soal dari materi yang dibagikan (dengan demikian setiap kelompok membuat 8-10 soal).
5)      Siswa berdiskusi untuk mencari penyelesaian dan menulisnya di lembar problem posing 1.
6)      Masing-masing kelompok menuliskan soal yang tidak bisa diselesaikan oleh kelompoknya di lembar problem posing 2 dan ditukarkan dengan kelompok lain.
7)      Masing-masing kelompok berdiskusi untuk mencari penyelesaian dari lembar posing 2 dari kelompok lain.
8)      Guru menunjuk satu kelompok untuk mempresentasikan materi yang telah dipelajari dan membacakan soal yang tidak bisa dipecahkan di kelompoknya.
9)      Kelompok lain punya hak untuk menyangkal, bertanya dan memberikan masukan, guru berperan sebagai moderator.
10)  Guru dan siswa membuat kesimpulan.
11)  Guru memberikan tugas rumah.

& Pertemuan keempat
Materi :Bidang frontal,sudut surut dan perbandingan proyeksi dalam menggambarkan bangun ruang
v  Pendahuluan :
1)      Menanyakan kembali materi pada pertemuan sebelumnya.
2)      Mengingatkan kembali tentang materi pada pertemuan sebelumnya.
3)      Memotivasi siswa untuk mempelajari Bidang frontal,sudut surut dan perbandingan proyeksi dalam menggambarkan bangun ruang.
v  Kegiatan Inti
1)      Guru membentuk kelompok yang terdiri 4-5 orang siswa yang heterogen.
2)      Guru membagi materi rangkuman tentang pengertian Bidang frontal,sudut surut dan perbandingan proyeksi dalam menggambarkan bangun ruang, rumus yang digunakan untuk menjelaskan dan menggambarkan Bidang frontal,sudut surut dan perbandingan proyeksi dalam menggambarkan bangun ruang contoh-contoh penggunaan rumus tersebut, serta permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan . Bidang frontal,sudut surut dan perbandingan proyeksi dalam menggambarkan bangun ruang.
3)      Guru meminta siswa mempelajari rangkuman materi yang telah dibagikan.
4)      Guru meminta masing-masing siswa untuk membuat dua soal dari materi yang dibagikan (dengan demikian setiap kelompok membuat 8-10 soal).
5)      Siswa berdiskusi untuk mencari penyelesaian dan menulisnya di lembar problem posing 1.
6)      Masing-masing kelompok menuliskan soal yang tidak bisa diselesaikan oleh kelompoknya di lembar problem posing 2 dan ditukarkan dengan kelompok lain.
7)      Masing-masing kelompok berdiskusi untuk mencari penyelesaian dari lembar posing 2 dari kelompok lain.
8)      Guru menunjuk satu kelompok untuk mempresentasikan materi yang telah dipelajari dan membacakan soal yang tidak bisa dipecahkan di kelompoknya.
9)      Kelompok lain punya hak untuk menyangkal, bertanya dan memberikan masukan, guru berperan sebagai moderator.
10)  Guru dan siswa membuat kesimpulan.
11)  Guru memberikan tugas rumah.
v  Penutup
1)      Guru dan siswa membuat rangkuman semua materi yang telah dibahas.
2)      Guru memberi tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang belum dibahas di kelas.

H.    Sumber Belajar
1)      Buku matematika kelas X semester genap
2)      Buku LKS

I.       Penilaian
Teknik                         : tes tulis
Bentuk Instrumen       : Uraian




Mengetahui                                         …………….,……………………..
Kepala Sekolah                                                  Guru Mata Pelajaran


……………………                                           ………………………
NIP. ……………..                                            NIP. ………………





BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.        Model pembelajaran problem posing merupakan pendekatan pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan siswa, dan dalam proses pembelajarannya difokuskan pada membangun struktur kognitif siswa serta dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Proses berpikir demikian dilakukan siswa dengan cara mengingatkan skemata yang dimilikinya dengan mempergunakannya dalam merumuskan pertanyaan. Dengan pendekatan problem posing siswa dapat pengalaman langsung dalam membentuk pertanyaan sendiri.
2.        Model pembelajaran problem posing tidak hanya dapat digunakan dalam pembelajaran aritmetika social tetapi juga dapat digunakan dalam pembelajaran materi pelajaran lainnya.

B.       Saran
Berbagai kajian analitis maupun hasil studi yang menunjukkan keterkaitan antara kemampuan pembuatan soal (problem posing) dan kemampuan pemecahan masalah dapat dijadikan dasar bagi guru untuk menerapkan problem posing dalam pembelajaran dalam rangka mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Pembelajaran demikian perlu dilakukan secara terus-menerus untuk memperoleh hasil optimal. Guru dapat memvariasikan berbagai metode problem posing sebagaimana diuraikan di atas guna lebih memperkaya pembelajaran tersebut.




DAFTAR PUSTAKA

Brown dan Walter.1993.Problem Posing : Reflections and Aplications.New Jersey:Lawrence Erlbaum Associates Publishers.

Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.Bandung: Tarsito
Norman, Ilfi., Md. Nor Bakar. (2011). Secondary School Students’ Problem Posing Strategies: Implications To Secondary School Students’ Problem Posing Performances. Journal of Edupres, Volume 1 September 2011, 1-8
Ali Mahmudi (Desember 2008). Pembelajaran Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Matematika diselenggarakan oleh Jurusan Matematika FMIPA UNPAD bekerjasama dengan Departemen Matematika UI, di Universitas Padjajaran
Irwan. (2011). Pengaruh Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Create And Share (SSCS) Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa Matematika (Suatu Kajian Eksperimen Pada Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Padang (UNP). Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 12 No. 1 April 2011, 1-13
Sutisna. (2010). Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Posing. [Online]. Tersedia : http://sutisna.com/artikel/artikel-kependidikan/kelebihan-dan-kelemahan-pembelajaran-dengan-pendekatan-problem-posing/ (Diakses 12 Oktober 2011)

0 komentar:

Posting Komentar