Selasa, 13 Juni 2017

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM TERBUKA



BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Belajar merupakan hal yang vital dalam kehidupan manusia, karena sebagian besar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Begitipula bahwasanya belajar merupakan hal yang vital dalam pendidikan bisa disimpulkan bahwa tiada pendidikan tanpa belajar.  Menurut Surya sebagaimana  yang dikutip oleh Dr. Eti Nurhayati, M.Si (2010 : 17 ) mendefinisikan belajar merupakan proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu dalam beinteraksi dengan lingkungannya, perubahan yang dimaksud hanyalah perubahan yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.    Perubahan yang disadari dan disengaja
b.    Perubahan yang berkesinambungan
c.    Perubahan yang fungsional
d.   Perubahan yang bersifat positif
e.    Perubahan yang bersifat aktif
f.     Perubahan yang bersifat perrmanen
g.    Perubahan yang bertujuan dan terarah
h.    Perubahan perilaku secara keseluruhan

Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua pelaku yaitu guru dan siswa. Guru berperan sebagai pengajar dan siswa bertugas untuk belajar. Kegiatan pembelajaran berkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran bisa berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap dan keterampilan. Hubungan antara ketiganya yaitu hubungan antara guru, siswa dan bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks.
Dewasa ini, jika ditilik dalam dunia pendidikan dan kemudian dikaitkan dengan tujuan pendidikan seperti yang tertulis dalam UU no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 4 dikemukakan : “Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Ngalim Purwanto (2006 : 38).
Bahwasanya tujuan pendidikan belum tercapai secara maksimal, khususnya dalam pembelajaran matematika. Nah, untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dalam upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa salah satu terpentingnya yaitu sang guru harus cermat dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajran. Alasan mengapa kegiatan pembelajaran saat ini dikatakan belum bermakna  karena guru terlalu banyak memberikan bimbingan sehingga peserta didik belum terbiasa untuk belajar secara mandiri, dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa cenderung bersikap pasif. Mereka menerima apa yang disampaikan guru dan melakukan apa yang diminta oleh guru,  kemampuan penalaran siswa belum berkembang karena dalam kegiatan pembelajaran lebih banyak dibahas masalah (soal-soal) yang sifatnya rutin atau masalah-masalah tertutup (close problems) yang hanya mempunyai satu jawaban yang benar atau soal-soal yang sudah jelas langkah penyelesaiannya.
Disini, guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat mengacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya. Salah satu alternatif model pembelajaran yang memumngkinkan dikembangkannya keterampilan berpikir siswa dalam memecahkan masalah adalah pembelajaran berbasis masalah.


B.            Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian model pembelajaran problem open – ended?
2.    Apa prinsip yang terkandung dalam model pembelajaran problem open – ended?
3.    Bagaimana langkah yang dibutuhkan dalam proses penggunaan model pembelajaran problem open – ended?
4.    Apa kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran problem open – ended?
5.    Apa materi matematika yang digunakan dalam  model pembelajaran problem open – ended?
6.    Bagaimana pengaplikasian model pembelajaran problem open – ended dalam materi matematika?
C.           Tujuan Masalah
1.    Dapat memahami pengertian model pembelajaran problem open – ended.
2.    Dapat mengetahui prinsip yang terkandung dalam model pembelajaran problem open – ended.
3.    Dapat memahami langkah-langkah dalam model pembelajaran problem open – ended.
4.    Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran problem open – ended.
5.    Dapat memahami materi matematika yang digunakan dalam  model pembelajaran problem open – ended.
6.    Dapat mengaplikasikan model pembelajaran problem open – ended dalam materi matematika.




BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Tan dalam buku Rusman ( 2011 : 229) pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam pembelajaran berbasis masalah kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan. Untuk pendekatan open-ended prinsipnya sama dengan pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Bedanya Problem yang disajikan memiliki jawaban benar lebih dari satu
A.           Pengertian Model Pembelajarn Problem Terbuka (open-ended)
Secara konseptual problem terbuka atau open-ended problem dapat dirumuskan sebagai masalah atau soal-soal matematika yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga memiliki beberapa atau bahkan banyak solusi yang benar dan dapat menggunakan berbagai cara dalam mencapai solusi tersebut.
Menurut Eko Prasetyo dalam Anisatul Fitri (2012 :14) pembelajaran berbasis masalah open-ended adalah pembelajaran yang menekankan penyajian masalah-masalah yang bersifat terbuka yaitu masalah yang diformulasikan memiliki satu jawaban benar dan beberapa cara penyelesaian masalah. Sedangkan menurut Suherman (2003 : 113) pembelajaran dengan pendekatan open-ended biasanya dimulai dengan memberikan problem terbuka kepada siswa dan kegiatan pembelajaran harus membawa siswa dalam menjawab permasalahan dengan banyak cara dan mungkin juga banyak jawaban (yang benar) sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Pembelajaran ini memberikan kebebasan individu untuk mengembangkan berbagai cara dan strategi pemecahan masalah sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik serta memberikan ruang yang cukup bagi peserta didik untuk mengeksplorasi permasalahan sesuai kemampuan, bakat, dan minatnya, sehingga peserta didik yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan matematika, dan peserta didik dengan kemampuan lebih rendah masih dapat menikmati kegiatan matematika sesuai dengan kemampuannya.
Open-ended tidaklah hanya berorientasi pada hasil tapi open-ended justru berorientasi pada proses mendapatkan cara menyelesaikan masalah pada soal yang diberikan. Tujuan pembelajaran open- ended menurut Nohda dalam Suherman (2003 : 114) adalah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa melalui problem solving secara simultan. Jadi, bisa disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis problem open-ended adalah pembelajaran yang memberikan ruang yang cukup bagi siswa untuk dapat mengeksplorasi permasalahn sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing siwa dengan tujuan siswa dapat mengembangkan kekreatifitasannya dalam meyelesaikan masalah. Misalnya, pada saat siswa mengerjakan soal-soal matematika, siswa menggunakan keteramilan berfikir dan memecahkan masalah, kemampuan pemecahan masalah akan muncul dalam menyelesaikan masalah dengan dengan variasi jawaban yang berbeda dari setiap siswa. sehingga dengan penerapan model pembelajaran problem open-ended kemampuan siswa dalam memecahkan masalah akan meningkat. 
B.            Prinsip Dasar Model Pembelajarn Problem Terbuka (open-ended)
Menurut Haryani dalam Euis Istiqomah (2012: 30) Open – ended memiliki prinsip keterbukaan dan keterbukaan tersebut terbagi menjadi tiga prinsip, yaitu:
1)   Kegiatan siswa harus terbuka, maksudnya adalah kegiatan pembelajaran harus mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas sesuai dengan kehendak mereka.
2)   Kegiatan matematika merupakan ragam berpikir. Kegiatan matematika adalah kegiatan yang didalamnya terdapat proses pengabstraksian dari pengalaman nyata kedalam dunia matematika dan atau sebaliknya.
3)   Kegiatan siswa dan kegiatan matematika merupakan satu kesatuan. Dalam pembelajaran matematika guru diharapkan dapat mengangkat pengalaman berfikir dalam matematika sesuai dengan kemampuan individu. Guru bisa mengajarkan siswa melalui kegiatan matematika tingkat tinggi atau kegiatan matematika yang mendasar. pendekatan unilateral semacam ini dapat dikatakan teruka terhadap kebutuhan siswa ataupun terbuka terhadap ide0ide matematika.
Kegiatan siswa dan kegiatan matematik dikatakan terbuka secara simultan dalam pembelajaran, jika kebutuhan dan berfikir matematik siswa diperhatikan guru melalui kegiatan-kegiatan metematik yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan lainnya. dengan kata lain ketika siswa melakukan kegiatan matematik pada tingkatan berfikir yang lebih tinggi dengan demikian, guru tidak perlu mengarahkan agar siswa memecahkan permasalahan dengan cara atau pola yang sudah ditentukan, sebab akan menghambat kebebasan berfikir siswa untuk menemukan cara baru dalam menyelesaikan masalah.
C.           Mengkonstruksi Problem
Berdasarkan penelitian di Jepang yang dilakukan oleh TIM MKPBM UPI dalam Ika Yuliyanti (2012:25) mengemukakan beberapa hal yang dapat dijadikan acuan dalam mengkreasi problem tersebut, diantaranya adalah:
1)   Sajikan permasalahan melalui situasi fisik yang nyata dimana konsep-konsep matematika dapat diamati dan dikaji siswa.
2)   Soal-soal pembuktian dapat dirubah sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan hubungan dan sifat-sifat dai variabel dalam persoalan itu.
3)   Berikan beberapa latihan serupa sehingga siswa dapat menggeneralisasikan dari pekerjaannya.
v  Mengembangkan Rencana Pembelajaran
Menurut TIM MKPBM dalam Ika Yulianyanti (2012 : 25) ada hal - hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran problem itu ditampilkan dikelas adalah:
a.    Problem harus mendorong siswa untuk berfikir dari berbagai sudut pandang juga harus kaya dengan konsep-konsep matematika yang sesuai untuk siswa berkemampuan tinggi maupun rendah dengan menggunakan berbagai strategi sesuai dengan kemampuannya.
b.    Pada saat siswa menyelesaikan problem open ended, mereka harus menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka punyai. Jika guru memprediksi bahwa persoalan itu diluar jangkauan siswa, maka problem itu harus dirubah atau diganti dengan problem yang ada dalam wilayah pemikiran siswa.
Saran yang dapat diajukan terkait dengan pelaksanaan model pembelajaran problem open ended dalam pembelajaran Matematika, sebagai berikut.
1)   Model pembelajaran problem open ended hendaknya dilaksanakan dalam setting belajar koperatif agar siswa bisa saling berdiskusi dan masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya.
2)   Penyajian masalah, hendaknya lebih banyak mengarah pada open-ended problem agar kreativitas berpikir siswa bisa berkembang. Hal ini agar dirancang lebih awal dan dipersiapkan dengan baik (bila perlu dirancang dalam LKS).
3)   Penyajian open-ended problem hendaknya dimulai dari masalah yang sederhana, sampai siswa merasa tertantang dan tumbuh motivasi belajarnya, baru disajikan masalah yang lebih kompleks.
4)   LKS hendaknya diberikan pada masing-masing siswa, agar mereka dapat berdiskusi lebih baik dan tidak terjadi saling tarik menarik LKS.
5)   Guru dalam kegiatan pembelajaran hendaknya mengontrol kegiatan diskusi masing-masing kelompok dan memberi bantuan pada saat-saat yang diperlukan saja.
6)     Waktu untuk mendiskusikan LKS hendaknya dibatasi, sesuaikan dengan waktu yang tersedia dan banyaknya materi yang dibahas.

D.           Langkah-Langkah Pembelajaran Model Pembelajarn Problem Terbuka (open-ended)
Menurut Eko Prasetyo langkah-langkah pembelajaran matematika berbasis problem open-ended adalah sebagai berikut:
1.    Guru memberikan masalah terbuka kepada siswa. Masalah yang diberikan tentunya dirasa mampu diselesaikan oleh siswa dengan banyak cara bahkan mungkin juga banyak jawaban sehingga mengacu kemampuan dan pengalaman siswa dalam proses menemukan pengetahuan baru.
Pembelajaran matematika dengan open-ended dimulai dengan membagi kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang, masing-masing anggotanya heterogen, pembentukan kelompok secara heterogen mampu menciptakan suasana belajar yang lebih kondusif. Hampir semua siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan diskusi. Terkait dengan belajar berkelompok, dilakukan juga pengumpulan pekerjaan masing-masing anggota kelompok untuk memperoleh skor kelompok. Jika ada salah satu anggota kelompok yang hasil pekerjaannya salah, akan mempengaruhi nilai kelompoknya. Dengan menerapkan cara seperti itu, bisa memotivasi siswa untuk mau saling bantu, yang kemampuannya ‘lebih’ mau membantu yang ‘kurang’ begitu juga yang kemampuannya ‘kurang’ tidak segan-segan bertanya kepada temannya yang ‘lebih mampu’. dengan mengelompokkan siswa kedalam beberapa kelompok, kemudian guru memberikan materi pengantar atau konsep dalam aritmatika sosial.
Selanjtnya guru memberikan kepada siswa suatu permasalahn sesuai dengan konsep yang telah diberikan berupa LKS.
Peristiwa 1.
  Bu Tuti seorang pedagang buah-buahan membeli buah anggur dari petani seharga Rp5.000,00 per kg. Bu Tuti menjual anggur tersebut dengan harga Rp6.000,00 per kg. Apabila dihitung dalam persen, berapakah keuntungan yang diperoleh Bu Tuti per kg anggur?
2.    Siswa melakukan kegiatan untuk menjawab masalah yang diberikan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban atas permasalahan yang diberikan secara individu. guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban atas permasalahan yang diberikan secara individu
3.    Memberikan waktu yang cukup kepada siswa agar mereka bisa mengeksplorasi masalah. Disini, guru harus memperkirakan waktu yang dibutuhkan siswa dalam memecahkan masalah yang diberikan. Bobot waktu yang diberikan guru sesuai dengan permasalahn yang diberikan.
4.    Siswa melakukan kegiatan untuk menjawab masalah yang diberikan. Karena masalah yang disajikan diatas masih dirasa mudah sehingga kemungkinan hampir semua siswa bisa memecahkannya dan tentu tidak menghabiskan waktu yang terlalu lama.
Dengan Keberhasilan siswa mengerjakan soal di atas sehingga mampu memotivasi semangat belajar mereka. Pada saat demikian, maka permasalahan dikembangkan menjadi lebih kompleks sebagai berikut.
Peristiwa 2.
Simak kembali peristiwa 1.
  Bu Tuti membeli buah anggur dari petani seharga Rp5.000,00 per kg. Bu Tuti ingin mendapat keuntungan dari penjualan anggur tersebut. Berapakah harga jual buah anggur yang harus dilakukan oleh Bu Tuti? Kemudian tentukanlah persentase keuntungan yang diperoleh Bu Tuti?
Peristiwa 2 ini mungkin bisa dijawab oleh sebagian besar siswa, namun guru harus benar-benar cermat dalam mengoreksi jawaban para siswa karena dikhawatirkan siswa akan memberikan alasan yang tidak realistik. Sebagai contoh, harga jual buah anggur yang harus dilakukan oleh Bu Tuti adalah Rp50.000,00 sehingga Bu Tuti mendapat keuntungan Rp45.000,00. Hal ini sangat kecil kemungkinan terjadi dalam kehidupan nyata. Sehingga dalam belajar matematika seperti ini siswa harus dilatih untuk berfikir secara realistis.
Pada tahap akhir permasalahan yang disajikan pada siswa dibuat semakin kompleks, selain siswa dapat memecahkan masalah yang diberikan guru juga siswa mampu melatih daya nalarnya. Permasalahan yang disajikan pada tahap akhir, seperti contoh berikut.
Peristiwa 3.
Simak kembali peristiwa 1 dan 2.
Diketahui: Toko Bu Tuti bisa menampung paling banyak 100 kg anggur dan modal yang dimiliki oleh Bu Tuti adalah Rp450.000,00. Selain itu, Bu Tuti juga ingin mendapat keuntungan paling sedikit Rp50.000,00. Apa yang harus dilakukan oleh Bu Tuti? Kemudian tentukan persentase keuntungan yang diperoleh Bu Tuti!
Pada saat mengerjakan soal ini, siswa sudah mengerti bahwa jawaban yang diinginkan tidak tunggal. Dalam mengerjakan masalah ini, mereka tidak bisa lagi mengerjakan dengan sebebas yang mereka lakukan ketika mengerjakan masalah pada peristiwa 2. Dalam hal ini mereka bebas melakukan pilihan, tetapi dalam batas-batas yang telah ditentukan.
Penyajian masalah seperti tersebut di atas mampu mengembangkan kreativitas berpikir siswa. Mereka mengerjakan sesuatu dengan langkah-langkah yang dapat dipertanggungjawabkan. Ada berbagai variasi jawaban yang muncul dengan alasannya masing-masing. Kegiatan ini membiasakan siswa untuk bekerja dengan penuh tanggung jawab.
        Penyajian masalah yang dilakukan secara bertahap dari bentuk sederhana menuju yang kompleks, mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. Kreativitas berpikir siswa bisa berkembang dan mereka lebih berani untuk mengkomunikasikan ide-idenya. Penyajian masalah yang bisa dikaitkan langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa, menyadarkan mereka bahwa Matematika tidak sekadar latihan hitung menghitung. Semua kemampuan yang mereka peroleh ini akan sangat berguna bagi kehidupan mereka ketika terjun di masyarakat.
5.    Siswa membuat rangkuman atas hasil penemuan yang mereka dapatkan.
6.    Diskusi kelas mengenai strategi dan pemecahan masalah dari masalah yang diberikan guru kemudian menyimpulkan dengan melalui bimbingan guru.




E.            Penggunaan Model Pembelajaran Problem Open-Ended dalam Materi Aritmatika Sosial
1.    Dalam Perdagangan









Bevel: Untung = Harga jual – harga saat membeli barang(harga beli)
Rugi  = Harga beli – harga jual


Bevel: Harga jual = Harga beli + untung
Harga beli = Harga jual - untung


Bevel: %  Untung = (Untung ∕ harga pembelian) x 100%
%  Rugi = (Rugi ∕ harga pembelian) x 100%
 

















2.    Perhitungan Barang – Barang dalam Kemasan


Bevel: Bruto  = Netto + Tara
 



Keterangan      :
Bruto   = Berat barang termasuk berat kemasan yang dipakai untuk membungkus.
Netto   = Berat bersih barang (hanya isi)
Tara     = Berat kemasan yang dipakai
3.    Perhitungan tabungan
Setor (uang pokok)
 
(Tahun ke 1)













Uang pokok
+
Bunga setahun
 

Uang tahun kedua
+
Bunga setahun
 


Bunga
 




 





Tahun ke 2





Contoh soal:
1.    Seorang pedagang buku membeli sebuah lemari buku dengan harga Rp150.000,00. Supaya untung 18% berapakah lemari itu harus dijualnya?
Jawab.
Untuk menjawab permasalahan tersebut maka harus dihitung dulu besarnya keuntungan dalam rupiah sebagai berikut.
Ingat, untung 18% artinya  18% dari harga pembelian.
Jadi:
Untung          = 18% x Rp150.000,00
=  (18:100 ) x Rp150.000,00
=  Rp27.000,00
Dengan demikian lemari buku itu harus dijual dengan harga berapa ?

2.    Seorang penjual komputer menyatakan bahwa biaya pembuatan atau perakitan sebuah komputer yang dijualnya adalah Rp2.250.000,00. Setelah dijual ternyata ia mengalami kerugian sebesar 15%. Dengan harga berapa rupiah komputer tersebut laku terjual?
Jawab.
Untuk menjawab permasalahan tersebut maka harus dihitung dulu besarnya kerugian (dalam rupiah) sebagai berikut.
Ingat,  rugi 15% artinya  15 % dari harga pembelian.
Jadi:
Rugi             = 15% x Rp2.250.000,00
= (15:100)   x Rp2.250.000.00
= Rp33.750,00
Jadi harga jual komputer tersebut adalah
= Rp2.250.000,00 + Rp337.500,00
= Rp2.587.500,00

3.    Seorang pedagang beras berhasil menjual 20 kg beras dengan harga Rp560.000,00. Dalam penjualan itu pedagang tersebut mendapat untung sebesar 12%. Dengan berapa rupiah pedagang itu membeli beras per kg?
Jawab.
Diketahui untung = 12%
Misalkan pembelian = 100%,
maka penjualan = 100% + 12% = 112%.  Karena yang diketahui harga penjualannya, maka kita hitung besarnya untung (dalam rupiah) sebagai berikut.    1
Untung(rupiah)         = {untung(%) : harga jual(%)} x penjualan rupiah
                                  = {(12% : 112%) x Rp560.000,00
                                  = Rp 60.000,00
Jadi harga pembelian 20 kg beras = Rp60.000,00
harga pembelian 1 kg beras adalah Rp3.000,00
4.    Pada akhir tahun lalu Ida pergi ke toko pakaian untuk membeli 1 (satu) stel pakaian dengan harga Rp135.000,00.  Berapa rupiah Ida harus membayar jika toko pakaian itu memberikan diskon sebesar 25% kepada Ida?
 (Catatan:  diskon sebesar 25% berarti  25% dari harga normal)
a. Berapa rupiah diskon  yang diberikan kepada ida?
b. Berapa rupiah Ida harus membayar untuk membeli
pakaian tersebut?
5.    Pada supermarket “BETA” hampir  semua  label harga barang yang dijual belum termasuk PPN sebesar 10%. Jika Pak Mega membeli sebuah TV  dengan label harga sebesar Rp1.500.000,00 berapa rupiah Pak Mega harus membayar?
Jawab.
PPN 10% = 10% ´ Rp1.500.000,00 = Rp150.000,00

Jadi Pak Mega harus membayar TV sebesar
= Rp1.500.000,00 + Rp150.000,00
= Rp1.650.000,00
6.    Seorang pedagang buah membeli 3 kotak buah apel dengan harga Rp840.000,00. Pada setiap kotak tertulis:
                                                Brutto   40 kg
Netto    35 kg
Pedagang  itu  kemudian  menjual  kembali  buah  apel  tersebut dengan  harga  Rp8.500,00 per kg.   Pedagang itu merasa untung atau rugi? Berapa persen besar keuntungan/kerugiannya?
Jawab.
Harga pembelian = Rp840.000,00
Jumlah berat buah apel = 3 x 35 kg = 105 kg
Harga penjualan 1 kg apel = Rp8.500,00
Harga penjualan seluruhnya = 105 x Rp8.500,00 = Rp892.000,00
Karena harga penjualan lebih besar daripada harga pembelian,
berarti pedagang itu memperoleh untung.
Untung          = Rp892.00,00 - Rp840.000,00
                 = Rp52.500,00
Persentase keuntungan =  {(52.500 : 840.000) x 100% = 6,25%






F.            Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Model Pembelajarn Problem Terbuka (open-ended)
Kelebihan dari model pembelajaran problem open-ended ini antara lain, adalah :
1.    Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
2.     Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematik secara komprehensif.
3.    Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
4.    Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
5.    Siswa memiliki pengalaman lebih banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.
Disamping kelebihan yang dapat diperoleh dari model pembelajaran problem open-ended  terdapat beberapa kelemahan diantaranya:
1.        Membuat dan menyiapkan permasalahan matematik yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan yang mudah.
2.        Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.
3.        Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
4.         Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.
5.        Tidak semua mata pelajaran dapat menggunakan model pembelajaran ini. Hamdani (2011 : 88)



BAB III
PENUTUP
A.                     KESIMPULAN
Model pembelajaran problem open-ended merupakan jenis model pembelajaran yang menekankan kepada siswa atau student center, dimana model ini sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran di kelas. Pada dasarnya problem itu mendorong siswa untuk berfikir dari berbagai sudut pandang sehingga model ini melatih daya pikir dan tentunya daya nalar siswa dalam menentukan alasan yang realistik.  Model pembelajaran ini membuat siswa lebih berpartisipasi lebih aktif dalam proses pembelajaran dan mengeksplorasi ide-ide siswa, dibalik kelebihan yang ada, model ini memiliki beberapa kekurangan  yaitu ketika siswa tidak berhasil menemukan pemecahan dari problem yang diberikan oleg gurunya dan siswa merasa kesulitan dan berakibat proses pembelaaran tidak berjalan baik.
B.                      SARAN
Pengajar yang akan menggunakan model pembelajaran problem terbuka hendaknya bisa memilih materi yang akan digunakan, karena tidak semua materi matematika bisa diaplikasikan dengan model ini, masalah yang diberikan oleh guru hendaknya dimulai dari masalah yang sederhana, hal ini bertujuan agar siswa bisa mengikuti jalannya pembelajaran secara baik karena mereka tidak langsung terbebani dengan masalah yang sulit untuk dipecahkan.






DAFTAR PUSTAKA
  • Fitri, Anisatul. 2012. Pengaruh Pembelajaran Matematika Berbasis Problem open Ended terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah. Skripsi. IAIN Syekh Nurjati Cirebon (tidak dipublikasikan).
  • Istiqomah, Euis. 2012. Analisis Prestasi Siswa dalam pembelajaran Matematikan Model Open-Ended dan disposisi terhadap karakternya. Skripsi. IAIN Syekh Nurjati Cirebon (tidak dipublikasikan).
  • Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
  • Lestari, Sri. 2005. Kumpulan Rumus Matematika. Tangerang: Kawan Pustaka
·         Nurhayati, Eti. 2010. Bimbingan Keterampilan dan Kemandirian Belajar Bandung : Batic Press.
  • Purwanto, Ngalim. 2006. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis .Bandung : Remaja Rosda Karya.
  • Rusman, . 2011. Model – Model Pembelajaran (Mengembangkan profesionalisme Guru)  Jakarta:  Raja Grafindo Persada.
  • Suherman, Eman. 2003. Evaluasi pembelajarn Matematika. Bandung: Universitas Islam Indonesia.
  • Yuliyanti, Ika. 2012. Perbandingan antara pendekatan realisthic mathematic education (RME) dengan open ended terhadap hasil belajar siswa di SMPN Suranenggala . Skripsi. IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Tidak dipublikasikan.

0 komentar:

Posting Komentar