Sabtu, 11 Juni 2016

MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF



BAB I
PENDAHULUAN

Matematika sebagai ilmu dasar bagi pengembangan disiplin ilmu yang lain memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Oleh karena itu, mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang potensial untuk diajarkan di seluruh jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar, untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, kritis dan sistematis serta kemampuan bekerja sama sehingga tercipta kualitas sumber daya manusia sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Namun, pentingnya matematika bagi kehidupan tidak sejalan dengan hasil pendidikan matematika (kompetensi/kemampuan matematika siswa) di Indonesia, termasuk yang terjadi pada siswa SMP. Dalam sebuah penelitian (Priatna, 2003) disebutkan bahwa kualitas kemampuan penalaran dan pemahaman matematis siswa SLTPN di kota Bandung masih belum memuaskan yaitu masing-masing hanya 42% dan 50% dari skor ideal.
Salah satu faktor penyebab rendahnya kemampuan matematika siswa adalah proses belajar matematika siswa yang kurang bermakna. Pembelajaran cenderung abstrak dan diberikan secara klasikal melalui metode ceramah tanpa banyak melihat kemungkinan penerapan metode lain yang sesuai dengan jenis materi, bahan dan alat yang tersedia. Sebagaimana dijelaskan oleh Mullis (Setiaji, 2009: 3) bahwa “Sebagian besar pembelajaran matematika belum berfokus pada pengembangan penalaran matematis siswa, secara umum pembelajaran matematika masih secara konvensional”.
Kemampuan penalaran siswa tentang pelajaran yang diajarkan dapat terlihat dari sikap aktif, kreatif dan inovatif dalam menghadapi pelajaran tersebut (Raharjo, 2009). Keaktifan siswa akan muncul jika guru memberikan kesempatan kepada siswa agar mau mengembangkan pola pikirnya dan mau mengemukakan ide-idenya.

Oleh sebab itu, perlu diterapkan suatu aktivitas tertentu dalam pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa secara keseluruhan (fisik dan mental), memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan potensinya secara maksimal, sekaligus mengembangkan aspek kepribadian seperti kerja sama, bertanggung jawab dan disiplin agar dapat lebih meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa.
Aktivitas yang diterapkan dalam pembelajaran tersebut adalah aktivitas yang membutuhkan keterlibatan aktif dari para siswa. Dengan kata lain, perlu diciptakan suasana pembelajaran yang berpusat pada siswa dan siswa sendiri yang aktif membangun pengetahuannya agar memberi makna terhadap pengetahuan tersebut. Sesuai dengan prinsip pembelajaran, bahwa “Pengetahuan bukan lagi seperangkat fakta, konsep, dan aturan yang siap diterima siswa, melainkan harus dikonstruksi (dibangun) sendiri oleh siswa dengan fasilitas guru” (Suherman, 2008: 4).
Pembelajaran dengan dasar pandangan konstruktivisme dapat dilaksanakan dengan menggunakan berbagai macam model pembelajaran, salah satunya yang dimunculkan oleh Osborne dan Wittrock (1985) yaitu model pembelajaran generatif. Model pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran berbasis konstruktivisme, yang lebih menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menkaji model pembelajaran generatif tersebut, bagaimana karakteristik, prinsip, kekurangan maupun kelebihan model pembelajaran generative khususnya dalam pembelajaran matematika.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Model Pembelajaran Generatif

Pembelajaran Generatif merupakan terjemahan dari Generative Learning (GL). Menurut Osbomo dan Wittrock dalam Katu (1995.b:1), pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki mahasiswa sebelumnya.
Pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil menjawab permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam memori jangka panjang.
Model Pembelajaran generatif merupakan kontruksivisme dengan sintak dan orientasi motivasi, pengungkapan ide-konsep awal tantangan dan restruturisasi sajian konsep, aplikasi, rangkuman, evaluasi dan refleksi. (Dr.Suyatno M.Pd : 2009.hal 80)
Jadi, Generatif menekankan pengintegrasian aktif materi baru dengan skemata yang ada di benak siswa, mengucapkan dengan kata-kata sendiri apa yang telah mereka dengar.
B.    Prinsip Model Pembelajaran Generatif
Pembelajaran generatif memiliki prinsip yang berakar pada teori-teori belajar konstruktivis mengenai belajar dan pembelajaran. Butir-butir penting dari pandangan belajar menurut teori konstruktivis ini menurut Nur (2000:2-15) dan Katu (1995.a: 1-2), diantaranya adalah :
a.     Menekankan bahwa perubahan kognitif hanya bisa terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami inforamasi-informasi baru.
b.    Seseorang belajar jika dia bekerja dalam zona perkembangan terdekat, yaitu daerah perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangannya saat ini. Seseorang belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona tersebut. Seseorang bekerja pada zona perkembangan terdekatnya jika mereka terlibat dalam tugas yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri, tetapi dapat menyelesaikannya jika dibantu sedikit dari teman sebaya atau orang dewasa.
c.    Penekanan pada prinsip Scaffolding, yaitu pemberian dukungan tahap demi tahap untuk belajar dan pemecahan masalah. Dukungan itu sifatnya lebih terstruktur pada tahap awal, dan kemudian secara bertahap mengalihkan tanggung jawab belajar tersebut kepada mahasiswa untuk bekerja atas arahan dari mereka sendiri. Jadi, mahasiswa sebaiknya lansung saja diberikan tugas kompleks, sulit, dan realistik kemudian dibantu menyelesaikan tugas kompleks tersebut dengan menerapkan scaffolding.
d.    Lebih menekankan pada pengajaran top-down daripada bottom-up. Top-down berarti mahasiswa langsung mulai dari masalah-masalah kompleks, utuh, dan autentik untuk dipecahkan. Dalam proses pemecahan masalah tersebut, mahasiswa mempelajari keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan untuk memecahkan masalah kompleks tadi dengan bantuan guru/dosen atau teman sebaya yang lebih mampu.
e.    Menganut asumsi sentral bahwa belajar itu ditemukan. Meskipun jika kita menyampaikan informasi kepada mahasiswa, tetapi mereka harus melakukan operasi mental atau kerja otak atas informasi tersebut untuk membuat informasi itu masuk ke dalam pemahaman mereka.
f.    Menganut visi mahasiswa ideal, yaitu seorang mahasiswa yang dapat memiliki kemampuan pengaturan diri sendiri dalam belajar.
g.    Menganggap bahwa jika seseorang memiliki strategi belajar yang efektif dan motivasi, serta tekun menerapkan strategi itu sampai suatu tugas terselesaikan demi kepuasan mereka sendiri, maka kemungkinan sekali mereka adalah pelajar yang efektif dan memiliki motivasi abadi dalam belajar.
h.    Sejumlah penelitian (Slavin, 1997: )yang menunjukkan pengaruh positif pendekatan-pendekatan konstruktivis yang melandasi pembelajaran generatif terhadap variabel-variabel hasil belajar tradisional, diantaranya adalah :
dalam bidang matematika (Carpenter dan Fennema, 1992), bidang sains (Neale, Smith, dan Johnson, 1992), membaca (Duffi dan Rochler, 1986), menulis (Bereiter dan Scardamalia, 1987). Penelitian Knapp (1995) menemukan suatu hubungan positif pendekatan-pendekatan konstruktivis dengan hasil belajar.

C.    Karakteristik
•    Dilandasi oleh teori konstruktivisme yang memandang bahwa pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
•    Merupakan pembelajaran yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan pengetahuan baru yang dimiliki siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling beradu argumentasi dalam memperoleh pemahaman konsep
•    Setiap tahapan pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pembelajaran melalui sistem perubahan konseptual
•    Pengetahuan baru siswa akan disimpan dalam waktu yang lama karena perolehan pengetahuan dilakukan dengan pengkonstruksian pengetahuan
•    Proses pembelajaran siswa menjadi lebih bermakna
•    Membuat siswa berani mengajukan pendapat dan menghargai pendapat orang lain
D.    Kelebihan dan Kelemahan  Model Pembelejaran Generatif
•    Menurut penelitian Fahinu ( dalam Lusiana : 2009 : 15) setiap Model pembelajaran tentu mempunyai kelebihan dan kelemahan. Adapun Kelebihan dan kelemahannya yaitu sebagai berikut :


Kelebihan    Kelemahan
a.    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pikiran / pendapat / pemahamannya terhadap konsep matematika.
b.    Melatih siswa untuk mengkomunikasikan konsep matematika.
c.     Melatih siswa untuk menghargai gagasan orang lain.
d.    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk perduli terhadap konsepsi awalnya (terutama siswa yang miskonsepsi), siswa diharapkan menyadari miskonsepsi yang terjadi dalam pikirannya dan bersedia memperbaiki miskonsepsi tersebut.
e.    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
f.    Dapat menciptakan suasana kelas yang aktif karena siswa dapat membandingkan gagasannya dengan gagasan siswa lainnya serta intervensi guru.
g.    Guru mengajar menjadi kreatif dalam mengarahkan siswanya untuk mengkonstruksi konsep yang akan dipelajari.
h.    Guru menjadi terampil dalam memahami pandangan siswa, dan mengorganisasi pembelajaran.      -    Siswa yang pasif merasa diteror untuk
        mengkonstruksi       konsep.
- Membutuhkan waktu yang lama.
c.    - Bagi guru yang tidak berpengalamanakan merasa kesulitan untuk mengorganisasi pembelajaran.

E.    Tahap-tahap
Menurut Osborne dan Wittrock (Sumarna, 2009:19) model pembelajaran generatif ini dirumuskan ke dalam lima tahapan, yaitu:

1. Orientasi
Merupakan tahap memotivasi siswa untuk mempelajari materi yang akan diajarkan, sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk membangun kesan mengenai konsep yang sedang dipelajari, dengan menghubungkan materi/manfaat materi tersebut di dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pengungkapan Ide
Pada tahap ini guru dapat mengetahui ide atau konsep awal yang dimiliki siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan ide mereka mengenai konsep yang akan dipelajari. Pengungkapan ide tidak hanya disampaikan dari siswa ke guru, tetapi juga antarsiswa. Pengkomunikasian gagasan ini dapat terjadi baik antara siswa dalam suatu kelompok maupun antar kelompok.

3. Tantangan dan Restrukturisasi
Pada tahap ini guru memunculkan kognitif konflik sehingga siswa dapat membandingkan pendapatnya dengan pendapat temannya, serta bisa mengupayakan pengungkapan kebenaran/keunggulan pendapatnya. Pada tahap ini siswa menerima tantangan berupa permasalahan yang diberikan oleh guru ataupun yang diajukan oleh salah satu siswa, kemudian melalui diskusi kelompok para siswa berusaha menyelesaikan permasalahan tersebut. Selanjutnya siswa menyajikan pekerjaannya untuk dibandingkan dengan pekerjaan dari kelompok lain. Setelah proses tersebut diharapkan siswa bisa memperoleh koneksi baru yang lebih dalam mengenai konsep yang bersangkutan.

4. Penerapan
Pada tahap ini siswa menerapkan konsep awal yang mereka miliki ditambah dengan konsep baru yang telah mereka peroleh. Siswa diberi kesempatan untuk menguji ide alternatif yang mereka bangun untuk menyelesaikan persoalan yang bervariasi.

5. Melihat Kembali
Siswa diberi kesempatan untuk mengevaluasi kelemahan dari konsep yang dimilikinya, kemudian memilih cara/konsep yang paling efektif dalam menyelesaikan persoalan. Siswa juga diharapkan dapat mengingat kembali konsep yang sudah dipelajari secara keseluruhan.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
?    Model Pembelajaran Generatif menekankan pengintegrasian aktif materi baru dengan skemata yang ada di benak siswa, mengucapkan dengan kata-kata sendiri apa yang telah mereka dengar.
?    Prinsip Model Pembelajaran Generatif :
-    perubahan kognitif             - asumsi sentral
-    zona perkembangan terdekat        - ideal
-    Scaffolding                - pelajar yang efektif
-    top-down                 - pendekatan konstruktivis

?    Karakteristik Model Pembelajaran Generatif : pembelajarannya bersifat mengkontruksikan materi dengan pengetahuan siswa, pembelajaran melalui sistem perubahan konseptual dan bersifat menghubungkan pengetahuan awal siswa
?    Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Generatif
-    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pikiran / pendapat / pemahamannya terhadap konsep matematika
-    Dapat menciptakan suasana kelas yang aktif karena siswa dapat membandingkan gagasannya dengan gagasan siswa lainnya serta intervensi guru.
?    Kekurangan Model Pembelajaran Generatif
-    Siswa yang pasif merasa dipaksa untuk mengkonstruksi konsep    , membutuhkan waktu yang lama dan bagi guru yang tidak berpengalamanakan merasa kesulitan untuk mengorganisasi pembelajaran.
?    Tahap-tahap Model Pembelajaran Generatif
1. Orientasi
2. Pengungkapan Ide
3. Tantangan dan Restrukturisasi
4. Penerapan
5. Melihat kembali

DAFTAR PUSTAKA

Hulukati, E. (2005). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP melalui Model Pembelajaran Generatif. Disertasi. Program Pasca Sarjana UPI. Tidak diterbitkan.
Kholil, A. (2008). Pembelajaran Generatif (MPG). [Online]. Tersedia: http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/pembelajaran-generatif-mpg.htm
Sumarna, H. (2009). Pengaruh Model Pembelajaran Generatif terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Madrasah Aliyah. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.
Suyatno, (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif .Masmedia Buana Pustaka : Surabaya.
Yulviana, R. (2008). Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Kompetensi Strategis Siswa SMA. Skripsi. Jurusan Pendidian Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2254151-karakteristik-model-pembelajaran-generatif/#ixzz2DxszlYKZ
http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/pembelajaran-generatif-mpg.html







0 komentar:

Posting Komentar