Jumat, 15 Mei 2015

Model Pembelajaran Probing Promting



BAB I
PENDAHULUAN


Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting yang diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta mempunyai kemampuan bekerja sama. Matematika merupakan salah satu diantara pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah dengan frekuensi jam pelajaran yang lebih banyak dibanding dengan mata pelajaran lainnya. Tetapi banyak siswa yang merasa kurang mampu dalam mempelajari matematika karena dianggap sulit sehingga minat untuk mempelajari kembali matematika di luar sekolah kurang. Hal ini menyebabakan hasil belajar matematika masih tergolong rendah.
Dalam kenyataannya, banyak siswa di setiap jenjang pendidikan menganggap matematika  merupakan  pelajaran yang sulit sehingga matematika menjadi momok bagi para siswa dan pelajaran yang paling tidak disukai oleh sebagian siswa. Hal ini dibuktikan dengan nilai mata pelajaran matematika selalu di bawah rata-rata dibanding dengan mata pelajaran lainnya. Berdasarkan kabar harian Joglosemar, Dinas Pendidikan ( Disdik ) Sukoharjo mencatat penurunan satu persen tingkat kelulusan hasil UN, hal itu didasarkan atas perbandingan angkat tingkat kelulusan tahun 2011 yang mencapai 96,69 %, sedangkan pada tahun 2010 mencapai 97,76 % ( Joglosemar, 2011 ).
Hasil belajar matematika yang dicapai siwa pada jenjang menengah pertama dan menengah atas masih tergolong rendah, padahal sudah banyak usaha yang dilakukan guru dan sekolah supaya hasil belajar matematika dapat meningkat. Rendahnya hasil belajar matematika tidak mutlak disebabkan oleh kurangnya kemampuan siswa dalam matematika, tetapi ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Hasil belajar di pengaruhi beberapa faktor antara lain: faktor internal ( dalam dri siswa ) faktor eksternal ( luar diri siswa ). Adapun faktor internal antara lain: minat, motivasi, kemampuan dasar, dan kemampuan kognitif. Faktor eksternal meliputi tenaga pendidik, metode pembelajaran atau model pembelajaran yang dipakai oleh guru dalam mengajar, kurikulum, sarana prasarana dan lingkungan. Hasil belajar dapat menggambarkan pembelajaran tersebut berhasil atau tidak.         
Penyebab yang berasal dari guru, kinerja guru yang rendah akan  menyebabkan pembelajaran di dalam kelas menjadi kurang efektif. Ketidakprofesionalisme guru dalam mengajar turut menjadi penyebab rendahnya hasil belajar matematika.  Guru yang bersifat otoriter dan kurang bersahabat dengan siswa sehingga siswa merasa bosan dan kurang berminat untuk memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru. Kemampuan guru menyampaikan materi yang kurang memadai dapat menyebabkan siswa kurang menarik dan pembelajaran  cenderung membosankan.
Faktor dari dalam diri siswa salah satunya adalah kurangnya perhatian siswa saat guru menerangkan materi. Siswa kurang termotivasi untuk belajar matematika. Disamping itu kurangnya kemampuan siswa dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru juga menjadi menyebabkan rendahnya minat belajar matematika berdampak pada hasil belajar matematika yang masih tergolong rendah.    
Metode pembelajaran yang kurang efektif dan efisien menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik, misalnya pembelajaran yang monoton dari waktu kewaktu sehingga siswa merasa bosan dan kurang berminat. Metode pembelajaran matematika yang umumnya digunakan oleh guru matematika  adalah metode konvensional yang mengandalkan ceramah dan alat bantu utama papan tulis, sehingga siswa cenderung pasif dan kurang dilibatkan dalam pembelajaran di kelas. Ketidaktepatan penggunaan metode pembelajaran matematika dapat menghambat  pencapaian hasil belajar matematika. Faktor lain penyebab rendahnya minat belajar matematika adalah lingkungan, lingkungan yang tidak kondusif dapat menghambat proses pembelajaran matematika. Guru kurang mampu mengkondisikan kelas, sehingga siswa membicarakan hal lain di luar topik pelajaran yang disampaikan oleh guru, lingkungan yang gaduh membuat pembelajaran kurang efektif dan efisien. Hal tersebut berdampak terhadap hasil belajar matematika yang tidak optimal. Dalam rangka meningkatkan minat siswa terhadap materi pelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran agar hasil belajar memuaskan diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang ditawarkan adalah Probing Prompting.                                                                                                    Model pembelajaran Probing Prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berfikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamanya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksikan konsep, prinsip, aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan(Lutfizulfi , 2008).                
Penggunaan teknik probing oleh guru dalam pembelajaran matematika sangat memungkinkan, bahkan dalam pembelajaran mata pelajaran yang lain. Hal ini mengingat bahwa semua guru tentunya telah menguasai jenis-jenis pertanyaan, ketrampilan bertanya yang meliputi penggunaaan pertanyaan/ teknik bertanya, tujuan bertanya maupun menanggapi jawaban siswa. Disinilah ruang gerak guru dalam mengembangkan kreativitasnya, untuk memvariasikan metode pembelajaran. Dengan memvariasikan metode pembelajaran diharapkan minat belajar siswa dapat meningkat. Peningkatan minat belajar matematika  memunculkan peningkatan hasil belajar yang dapat memberikan motivasi untuk berprestasi baik pada guru maupun siswa.







BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Teori Model Pembelajaran Probing Promting

Probing secara bahasa kata “probing” memiliki arti menggali atau melacak, sedangkan menurut istilah probing berarti berusaha memperoleh keterangan yang lebih jelas atau lebih mendalam. Pengertian probing dalam pembelajaran di kelas didefinisikan sebagai suatu teknik membimbing siswa menggunakan pengetahuan yang telah ada pada dirinya guna memahami gejala atau keadaan yang sedang diamati sehingga terbentuk pengetahuan baru (Wijaya, 197).
Prompting secara bahasa “prompting” berarti “mengarahkan, menuntut”, sedangkan menurut istilah promting adalah pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada murid dalam proses berfikirnya. Bentuk pertanyaan prompting dibedakan menjadi 3, yaitu:
1.   Mengubah susunan pertanyaan dengan kata-kata yang lebih sederhana yang membawa mereka kembali pada pertanyaan semula.
2.   Menanyakan pertanyaan-pertanyaan dengan kata-kata berbeda ataulebih sederhana yang disesuaikan dengan pengetahuan muridmuridnyasaja.
3.   Memberikan suatu review informasi yang diberikan dan pertanyaanyang membantu murid untuk mengingat atau melihat jawabannya (E. C.Wragdan George Brown, 1997: 43).
Dengan kata lain prompting adalah cara lain dalam merespon (menanggapi) jawaban siswa apabila siswa gagal menjawab pertanyaan, atau jawaban kurang sempurna. Dengan demikian salah satu bentuk prompting adalah menanyakan pertanyaan lain yang lebih sederhana yang jawabannya dapat dipakai menuntun siswa untuk menemukan jawaban yang tepat (Suwandi dan Tjetjep S, 1996: 18).
Sedangkan menurut sumber buku yang lain pengertian model pembelajaran probling promting adalah.
Menurut bahasa probing adalah penyelidikan, pemeriksaan dan prompting adalah mendorong atau menuntun. Penyelidikan atau pemeriksaan disini bertujuan untuk memperoleh sejumlah informasi yang telah ada pada diri siswa agar dapat digunakan untuk memahami pengetahuan atau konsep baru.
Model pembelajaran probing prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari (Suherman, 2008:6). Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip dan aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.

B.      Prinsip Model Pembelajaran Probing Promting

Pembelajaran probing prompting sangat erat kaitannya dengan pertanyaan. Prinsip dasar dari semua pengajaran efektif adalah mengajukan pertanyaan dalam ruang kelas, guru mengajukan pertanyaan karena berbagai alasan. Alasan-alasan meliputi berikut ini :
a) Memeriksa pemahaman siswa tentang pengajaran.
b) Mengevaluasi efektivitas pelajaran.
c) Meningkatkan pola pikir tingkat tinggi.
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan merupakan salah satu strategi pengajaran dasar yang dapat diterapkan pada hampir semua bidang materi pelajaran, tingkatan kelas, atau kepribadian guru. Jika dilakukan dengan efektif, hal ini dapat mendorong keterlibatan, meningkatkan pembelajaran, memotivasi siswa, dan menyediakan umpan-balik tentang kemajuan pembelajaran, baik kepada guru maupun siswa (Jacobsen, dkk., 2009).
 Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pada saat pembelajaran ini disebut probing question. Probing question adalah pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban lebih lanjut dari siswa yang bermaksud untuk mengembangkan kualitas jawaban, sehingga jawaban berikutnya lebih jelas, akurat serta beralasan (Suherman dkk, 2001:160). Probing question ini dapat memotivasi siswa untuk memahami lebih mendalam suatu masalah hingga mencapai suatu jawaban yang dituju. Proses pencarian dan penemuan jawaban atas masalah tersebut peserta didik berusaha menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya dengan pertanyaan yang akan dijawabnya.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya memberi serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, dan nada yang lembut. Ada canda, senyum dan tertawa sehingga menjadi nyaman, menyenangkan dan ceria. Perlu diingat bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah ciri siswa sedang belajar dan telah berpartisipasi. (Pristiadiutomo, 2010).
Teknik probing-prompting memerlukan kekuatan dalam mengembangkan pertanyaan. Guru perlu menguasai keterampilan bertanya karena:
1. Guru cenderung mendominasi kelas dengan ceramah,
2. Murid belum terbiasa mengajukan pertanyaan,
3. Murid harus dilibatkan secara mental-intelektual secara maksimal, dan
4. Adanya anggapan bahwa pertanyaan hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.

Pertanyaan-pertanyaan yang tersusun dengan baik dan disampaikan dengan baik pula oleh guru dapat mencapai beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa
2. Memusatkan perhatian siswa
3. Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar
4. Mengembangkan cara belajar siswa aktif (CBSA)
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi
6. Mendorong siswa mengemukakan pandangannya dalam memecahkan suatu masalah
7. Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar
8. Menguji dan mengukur hasil belajar siswa (Unit program pengalaman lapangan, 2011)

Keterampilan bertanya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjut. Keterampilan bertanya dasar terdiri dari komponen-komponen:
1. Pertanyaan jelas dan singkat (clarity and brevity)
2. Pemberian acuan (structuring)
3. Kecepatan dan selang waktu (pause)
4. Pemindahan giliran (redirecting)
5. Penyebaran (distribution)
6. Pemberian tuntunan (prompting)

Keterampilan bertanya lanjut terdiri dari komponen:
1. Pengubahan tuntutan kognitif dalam menjawab pertanyaan
2. Pengaturan urutan pertanyaan
3. Penggunaan pertanyaan pelacak
4. Peningkatan terjadinya interaksi
Dua hal yang perlu diperhatikan pada saat guru menggunakan keterampilan bertanya dalam proses belajar mengajar baik keterampilan bertanya dasar maupun lanjut, sebagaimana di jelaskan berikut ini :
1.     Kehangatan dan keantusiasan guru dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa harus menunjukkan sikap dan gaya yang sungguh-sungguh, tidak dibuat-buat atau karena keterpaksaan.
2.    Menghindari kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik sewaktu mengajukan pertanyaan, seperti berikut :
a.      Mengulang-ulang pertanyaan sendiri bila siswa tidak mau dan tidak mampu mendengar atau menjawabnya.
b.     Mengulang-ulang jawaban siswa sehingga siswa lain tidak memperhatikan jawaban temannya.
c.      Menjawab pertanyaan sendiri sebelum siswa menjawabnya, sehingga siswa menjadi frustasi dan acuh terhadap pelajaran.
d.     Mengajukan pertanyaan yang memancing jawaban serentak.
e.      Menentukan siswa tertentu untuk menjawab sebelum pertanyaan diajukan guru.

 Hal ini membuat siswa lain tidak memikirkan jawaban atas pertanyaan guru (Unit program pengalaman lapangan, 2011). Adapun saat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada siswa yang membutuhkan proses pemikiran yang “mendalam”, kita tentu saja ingin mereka berpikir. Salah satu cara untuk melakukan hal ini adalah melalui proses “waktu tunggu”. Manfaat waktu menunggu adalah meningkatkan partisipasi dalam diskusi, meningkatkan penyampaian alasan-alasan untuk mempertahankan jawaban dan meningkatkan jawaban-jawaban yang berdasarkan pemikiran. (Jacobsen, dkk., 2009).
Untuk dapat menggunakan teknik probing-prompting dalam pembelajaran, seorang guru matematika hendaknya sudah berbekal keterampilan bertanya yang merupakan salah satu dari keterampilan proses sains. Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran khususnya dalam pembelajaran mata pelajaran matematika, sejak merancang pembelajaran mulai dari pengembangan silabus maupun pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran tentunya sudah merencanakan pengalaman belajar apa yang akan diperoleh siswa dalam mencapai kompetensi dasar. Sejumlah pertanyaan diperlukan untuk membimbing siswa dengan teknik probing-prompting meliputi pertanyaan tingkat rendah sampai tinggkat tinggi, berkaitan dengan kegiatan fisik maupun kegiatan mental berfikir untuk membangun pengetahuannya.
 Untuk dapat memilih pertanyaan yang diperlukan, guru perlu mengetahui jenis-jenis pertanyaan karena setiap jenis pertanyaan mempunyai kaitan dengan proses berfikir yang terjadi pada siswa. Sebagai gambaran mengenai jenis-jenis pertanyaan, berikut ini adalah jenis pertanyaan berdasarkan taksonomi kognitif dari Bloom :
1.   Pertanyaan pengetahuan (knowing question), yakni pertanyaan yang menuntut siswa menyebutkan kembali informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
2.   Pertanyaan pemahaman (comprehensive question), yakni pertanyaan yang menuntut siswa menjawab dengan jalan mengorganisasikan informasi yang pernah diterima dengan menggunakan kata-kata sendiri membuat perbandingan, menterjemahkan bahan informasi dan komunikasi verbal kedalam bentuk lain (misalnya dalam bentuk grafik, skema, dll).
3.   Pertanyaan penerapan (aplication question), yakni pertanyaan yang menuntut siswa menerapkan informasi, berupa aturan, pengetahuan, kriteria atau prinsip-prinsip tertentu yang pernah dipelajari dalam situasi konkrit.
4.   Pertanyaan analisis (analitical question), yakni pertanyaan yang menuntut murid untuk berpikir lebih kritis dan mendalam.
5.   Pertanyaan sintesis (synthesize question), yakni pertanyaan yang menuntut siswa menyusun suatu pemikiran mandiri dan kreatif.
6.   Pertanyaan evaluasi (evalution question), yakni pertanyaan yang menuntut siswa membuat keputusan tentang baik tidaknya suatu ide/gagasan, pemecahan masalah atau karya seni. (Unit program pengalaman lapangan, 2011)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Priatna (Sudarti, 2008) menyimpulkan bahwa proses probing dapat mengaktifkan siswa dalam belajar yang penuh tantangan, membutuhkan konsentrasi dan keaktifan sehingga aktivitas komunikasi matematika cukup tinggi. Selanjutnya, perhatian siswa terhadap pembelajaran yang sedang dipelajari cenderung lebih terjaga karena siswa selalu mempersiapkan jawaban sebab mereka harus siap jika tiba-tiba ditunjuk oleh guru. Hal yang sama diungkapkan oleh Suherman (2001) bahwa dengan menggunakan metode tanya jawab siswa menjadi lebih aktif daripada belajar mengajar dengan metode ekspositori.
Terdapat dua aktivitas siswa yang saling berhubungan dalam pembelajaran probing prompting, yaitu aktivitas siswa yang meliputi aktivitas berpikir dan aktivitas fisik yang berusaha membangun pengetahuannya, serta aktivitas guru yang berusaha membimbing siswa dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang memerlukan pemikiran tingkat rendah sampai pemikiran tingkat tinggi (Suherman, 2001:55).

C.      Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Probing Promting

Suatu strategi maupun teknik yang diberikan tidak akan pernah lepas dari kelebihan dan kelemahan, begitu juga dengan teknik Probing Prompting. Adapun kelebihannya antara lain:
a.    Mendorong siswa aktif berfikir.
b.   Memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas sehingga guru dapat menjelaskan kembali.
c.    Perbedaan pendapat antara siswa dapat dikompromikan atau diarahkan pada suatu diskusi.
d.   Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekali pun ketika itu siswa sedang ribut, yang mengantuk, kembali tegar dan hilangkantuknya.
e.    Sebagai cara meninjau kembali (review) bahan pelajaran yang lampau.
f.    Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
Sedangkan kelemahannya:
a.    Siswa merasa takut, apalagi bila guru kurang dapat mendorong siswauntuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang, melainkan akrab.
b.    Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berfikir dan mudah dipahami siswa.
c.    Waktu sering banyak terbuang apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
d.    Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada tiap siswa.
e.    Dapat menghambat cara berfikir anak bila tidak/kurang pandai membawakan, misalnya guru meminta siswanya menjawab persis seperti yang di kehendaki, kalau tidak dinilai salah.

D.      Langkah - langkah Model Pembelajaran Probing Promting

Langkah-langkah pembelajaran probing prompting dijabarkan melalui tujuh tahapan teknik probing (Sudarti, 2008:14) yang dikembangkan dengan prompting adalah sebagai berikut:
1. Guru menghadapkan siswa pada situasi baru, misalkan dengan memperhatikan gambar, rumus, atau situasi lainnya yang mengandung permasalahan.
2.   Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.
3.   Guru mengajukan persoalan kepada siswa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus (TPK) atau indikator kepada seluruh siswa.
4.   Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.
5.   Menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan.
6.   Jika jawabannya tepat maka guru meminta tanggapan kepada siswa lain tentang jawaban tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Namun jika siswa tersebut mengalami kemacetan jawab dalam hal ini jawaban yang diberikan kurang tepat, tidak tepat, atau diam, maka guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain yang jawabannya merupakan petunjuk jalan penyelesaian jawab. Lalu dilanjutkan dengan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir pada tingkat yang lebih tinggi, sampai dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan kompetensi dasar atau indikator. Pertanyaan yang dilakukan pada langkah keenam ini sebaiknya diajukan pada beberapa siswa yang berbeda agar seluruh siswa terlibat dalam seluruh kegiatan probing prompting.
7.   Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk lebih menekankan bahwa TPK/indikator tersebut benar-benar telah dipahami oleh seluruh siswa.

Pola umum dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik probing melalui tiga tahapan (Rosnawati, 2008:24), yaitu sebagai berikut:
1.   Kegiatan awal : Guru menggali pengetahuan prasyarat yang sudah dimiliki siswa dengan menggunakan teknik probing. Hal ini berfungsi untuk introduksi, revisi dan motivasi. Apabila prasyarat telah dikuasi siswa maka langkah yang keenam dari tahapan teknik probing tidak perlu dilaksanakan. Untuk memotivasi siswa, pola probing cukup tiga langkah saja yaitu langkah 1, 2, dan 3.
2.   Kegiatan inti : pengembangan materi maupun penerapan materi dilakukan dengan menggunakan teknik probing.
3.   Kegiatan akhir : teknik probing digunakan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam belajarnya setelah siswa selesai melakukan kegiatan inti yang telah ditetapkan sebelumnya. Pola meliputi ketujuh langkah itu dan diterapkan terutama untuk ketercapaian indikator. (Nurindahca, 2011)




E.      Contoh Model Pembelajaran Probling Promting dalam Pembelajaran Matematika

Bangun Ruang Sisi Datar
Materi bangun ruang sisi datar merupakan materi matematika yang berkaitan dengan bangun 3 dimensi. Akan tetapi pada materi bangun sisi datar ini dibatasi oleh bangun ruang sisi datar , yaitu kubus dan balok. Standar kompetensi ini, yaitu memahami sifat – sifat kubus dan balok serta menentukan ukuranya. Pada materi ini juga akan dipelajari mengenai bidang, rusuk, diagonal bidang, diagonal ruang, dan bidang diagonal dari masing – masing bangun ruang.
a.   Kubus
Kubus merupakan salah satunbangun ruang yang semua sisinya berbentuk persegi dan semua rusuknya sama panjang. Adapun gambar dari bangun kubus dilihat pada gambar di bawah ini:








1)       Unsur – unsur kubus
Unsur – unsur kubus adalah sebagai berikut:
a)   Sisi atau bidang
Sisi kubus adalah bidang yang membatasi kubus. Dari gambar di atas terlihat bahwa kubus memiliki 6 buah sisi yang semuanya berbentuk persegi, yaitu ABCD ( sisi bawah ), EFGH ( sisi atas ), ABFE ( sisi depan ), CDHG ( sisi belakang ), BCGF (sisi samping kiri ) dan ADHE (sisi samping kanan ).
b)   Rusuk
Rusuk adalah garis potong antara dua sisi bidang kubus yang terlihat seperti kerangka yang menyusun kubus. Kubus ABCD. EFGH memiliki 12 rusuk, yaitu: AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG dan DH.
c)   Titik sudut
Titik sudut kubus adalah titik potong antara 2 rusuk. Dari gambar diatas terlihat kubus ABCD, EFGH memiliki 8 buah titik sudut, yaitu: titik A, B, C, D, E, F, G, dan H.
d)   Diagonal bidang
Diagonal bidang adalah garis yang menghubungkan 2 titik sudut yang saling derhadapan dalam satu sisi atau bidang. Diagonal bidang dari kubus berjumlah 12 buah.
e)   Diagonal ruang
Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan 2 buah titik sudut yang saling berhadapan dalam 1 ruang. Jumlah diagonal ruang dari kubus adalah 4 buah.
f)    Bidang diagonal kubus
Bidang diagonal kubus adalah bidang yang terbentuk antara dua diagonal bidang yang saling sejajar dan sisinya saling berhadapa. Jumlah bidang diagonal dari kubus ada 4 buah.
2)   Luas permukaan kubus
Luas permukaan kubus adalah 6 x luas sisi kubus.


    L = 6 x (s x s)
 
 


3)         Volume kubus
       V = S X S X S
 
      




b.    Balok
Balok merupakan bangun ruang sisi datar yang mempunyai 3 sisi berhadapan yang sama bentuk dan ukuranya dimana setiap sisinya berbentuk persegi panjang. Adapun gambar balok dapat dilihat pada gambar di bawah ini:







1)  Unsur – unsur balok
a)   Sisi atau bidang
Sisi balok adalah  bidang yang membatasi suatu balok. Dari gambar balok di atas terlihat bahwa balok  ABCD. EFGH memiliki 6 buah sisi berbentuk  persegi panjang. Keenam sisi tersebut adalah ABCD ( sisi bawah ), EFGH ( sisi atas ), ABFE ( sisi depan ), DCGH ( sisi belakang ), BCGF ( sisi samping kiri ), dan ADHE (sisi samping kanan ). Sebuah balok memiliki 3 pasang sisi yang berhadapan yang sama bentuk dan ukurannya. Ketiga pasang sisi tersebut adalah ABFE dengan DCGH, ABCD dengan EFGH, dan BCGF dengan ADHE.
b)   Rusuk
Sama seperti kubus, balok ABCD. EFGH memiliki 12 rusuk. Berdasarkan gambaran balok di atas maka rusuk – rusuk balok ABCD. EFGH  adalah AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan HD.
c)   Titik sudut
Balok memiliki jumlah titik sudut sama dengan kubus yaitu 8 buah.
d)   Diagonal bidang
Jumlah diagonal bidang dari balok adalah 12 buah.
e)   Diagonal ruang
Jumlah dari diagonal ruang balok 4 buah.
f)    Bidang diagonal balok adalah 4 buah.
2)       Luas permukaan balok
Luas permukaan balok = 2 x ( p.l + p.t + l.t )
3)       Volume balok
Volume balok = p x l x t

Penyampaian materi di atas  sangat efektif apabila cara penyampaian materinya dilakukan secara sistematis sesuai langkah – langkah dalam model pembelajaran probing promting. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi yang disampaikan.
Selain itu contoh penggunaan teknik probing-prompting dapat dilakukan pada soal cerita persamaan kuadrat, hal ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca teks dan menentukan solusinya.














BAB III
PENUTUP

Pembelajaran matematika selama ini cenderung menghafalkan rumus, mengulang dan menyebutkan definisi tanpa memahami konsepnya. Sehingga diperlukan strategi pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut karena trategi pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Dalam pemilihan strategi pembelajaran, guru hendaknya lebih selektif, sebab pemilihan strategi pembelajaran yang tidak tepat justru menghambat tercapainya tujuan pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru diantaranya yaitu Probing Prompting. Strategi pembelajaran Probing Prompting adalah pembelajaran  guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berfikir yang mengkaitkan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksikan konsep – prinsip – aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Faktor lain yang ikut berperan dalam hasil belajar adalah minat belajar siswa. Dalam kegiatan pembelajaran kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika tidak lepas dari seberapa besar minat siswa untuk mendalami matematika. Sehingga guru dituntut untuk membangkitkan minat siswa dengan melaksanakan proses pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan minat seseorang akan terdorong untuk melakukan sesuatu yang diinginkan. Semakin besar keinginan untuk mempelajari matematika semakin besar pula perhatian terhadap materi pelajaran yang diberikan.

       


DAFTAR PUSTAKA


Rosnawati, H. 2008. Penggunaan Teknik Probing Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sudarti, T. 2008. Perbandingan Kemampuan Penalaran Adatif Siswa SMP Antara yang Memperoleh Pembelajaran Matematika Melalui Teknik Probing dengan Metode Ekspositori. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Suherman, E. 2008. Belajar dan Pembelajaran Matematika. Hand Out. Bandung:tidak diterbitkan.

Suherman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI.

Nurdin, Mochamad. 1998. Buku Paket Matematika Kelas 2 SMP. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.








0 komentar:

Posting Komentar