Selasa, 13 Juni 2017

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF SCRIPT



A.    Penjelasan Teori Model Pembelajaran Cooperatif Script
Salah satu bentuk pembelajaran yang sesuai dengan falsafah dari pendekatan konstruktivis  adalah pembelajaran kooperatif. Pendekatan konstruktivis melihat pengalaman langsung (direct experience) sebagai kunci dalam pembelajaran. Aliran konstruktivis menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungan.

Dalam aliran konstruktivis peranan guru adalah menyediakan suasana di mana pada siswa mendesain dan mengarahkan kegiatan belajar itu lebih banyak daripada menginginkan bagi siswa agar benar-benar memehami dan dapat menerapkan pengetahuan, maka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu unutuk dirinya, berusaha dengan ide-ide. Guru dapatmemberikan kemudahan dalam proses ini dengan memberikan kesempatan siswa untuk menetukanatau menerapkan ide-ide mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat member siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut (Riyanto, 2009:144).
Pembelajaran kooperatif menggalakan siswa  agar berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Hal ini memungkinkan terjadinya penggabungan dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak tertekan. Pembelajaran kooperatif mengacu kepada kaidah pembelajaran yang melibatkan siswa dengan berbagai kemampuan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil guna mencapai satu tujan yang sama. Sasarannya adalah tahap pembelajaran yang maksimum bukan saja untuk diri sendiri, tetapi juga untuk teman-teman lain dalam kelompok. (Hakim,2009:54)
Metode memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Dalam proses belajaran mengajar memerlukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut berperan dalam membantu tercapainya tujuan dari proses belajar mengajar tersebut. Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan, serta teknik pembelajaran, diharapkan adanya perubahan dari mengingat (memorizing) atau menghafal (rote learning) ke arah berpikir (thinking) dan pemahaman (understanding), dari model ceramah ke pendekatan discovery learning atau inquiry learning, dari belajar individual ke kooperatif, serta dari subject centered ke learner centered atau terkonstruksinya pengetahuan siswa.
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses yang pembelajarannya menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok, atau dalam mencapai tujuan peserta didik secara harmoni bekerja sama dengan teman sekelasnya. Berikut adalah karakteristik pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning):
a.       Pembelajaran secara tim (kelompok)
Pembelajaran secara tim , dengan tim inilah secara bersama-sama mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sesame anggota tim saling membantu untuk mencapai yujuan pembelajaran. Atau dengan kata lain keberhasilan pembelajaran bukan ditentukan oleh individu tetapi oleh tim.
Anggota dalam tim bersifat heterogen yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin dan latar belakang yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap anggota kelompok dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.
b.      Pembelajaran dengan manajemen kooperatif
Manajemen memiliki empat pilar yang menjadi fungsi manajemen, yaitu: fungsi perencanaan, funsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi control. Fungsi perencanaan memiliki makna bahwa pembelajaran dilakukan secara terencana baik tujuannya, cara mencapainya, dan lain-lain. Fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui dengan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukandan disepakati bersama. Fungsi organisasi dimaksudkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota dalam kelompok, oleh karnanya perlu diatur mekanisme tugas dan tanggung jawab setiap anggota. Fungsi control sangat penting dalam pembelajaran ini, karenanya harus ditentukan criteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tes.

c.       Kemauan untuk bekerja sama
Kerjasama dalam kelompok tidak akan efektif manakala setiap anggota tidak memiliki kemauan untuk bekerja sama atau secara terpaksa, karena dalam tim bukan hanya ada pengaturan tugas dan tanggung jawab ssetiap anggota tim, melainkan juga harus ditanamkan dan ditumbuhkna kebersamaan dalam kelompok yang bisa diwujudkan dalam bentuk saling membantu, saling mengingatkan dan sebagainya.
d.      Keterampilan bekerja sama
Tujuan bekerja dalam kelompok adalah keberhasilan kelompok bukan hanya individu-individu dalam kelompok secara terpisah, untuk itu kemampuan dan keterampilan bekerja sama dalam kelompok sangat dibutuhkan agar setiap anggota kelompok dapat menyumbangkan ide, mengemukkan pendapat dan dapat memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Terdapat 6 (enam) langkah model pembelajaran kooperatif:
1.        Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
2.        Menyajikan informasi
3.        Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
4.        Membimbing kelompok belajar
5.        Evaluasi dan pemberian umpan balik
6.    Memberikan penghargaan
Metode Cooperative Script ini berasal dari kata “Methodos”, ”Cooperative” dan “Script” yang memiliki arti masing-masing yang diantarannya:
Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Ada juga pengertian tentang Metode yaitu Cara kerja yang sistematis untuk mencapai suatu maksud tujuan. Cara yang teratur dalam menjelaskan suatu fenomena dengan menggunakan landasan teori. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.Ada juga yang mengartikan metode yaitu: Cara yang telah di atur dan berfikir baik-baik untuk mencapai tujuan.
Cooperative Script
Cooperative berasal dari kata Cooperate yang artinya bekerja sama, bantu-membantu, gotong royong. Sedangkan kata dari Cooperation yang memiliki arti kerja sama, koperasi persekutuan. Script ini berasal dari kataScript yang memiliki arti uang kertas darurat, surat saham sementara dan surat andil sementara. Jadi pengertian dari Cooperative skript adalah naskah tulisan tangan, surat saham sementara. Jadi pengertian dariCooperative adalah Strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda.
Metode kooperatif script merupakan salah satu dari tipe pembelajaran kooperatif. Metode Cooperatif Script adalah metode belajar dimana siswa bekerja sama berpasangan dengan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Dansereau (Komalasari, 2010: 63) menjelaskan bahwa “Cooperative Script merupakan metode belajar dimana murid bekerjasama berpasangan, dan secara lisan bergantian mengikhtisarkan bagian bagian dari materi yang dipelajari”. Dalam metode Cooperatif Script mengandung suatu unsur kerja sama dalam kelompok kecil yangaberanggotakan dua orang yang membuat semua siswa harus berperan aktif dalam proses pembelajaran, guru sendiri hanya menyediakan materi yang akan dipelajari berupa tulisan kepada setiap siswa.

B.     Prinsip-prinsip model pembelajaran kooperatif

1.      Positive independence (prinsip ketergantunan fositif)
Kerja kelompok adalah kerja tim, artinya keberhasilan kelompok sangat tergantung keberhasilan semua individu dalam kelompok, sehingga setiap anggota dalam kelompok sangat tergantung dengan anggota-anggota yang lain.
Ketergantungan antar anggota dalam kelompok akan efektif apabila setiap anggota dalam kelompok mengetahui dengan baik tugas masing-masing sesuai dengan kemampuannya berdasarkan pada job description. Inilah hakikat ketergantungan positif artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa dianggap sukses mana kala ada anggota lain yang tidak dapat menyelesaian tugasnya dengan baik, sehingga semua anggota dalam kelompok saling ketergantunagn.
Positif interdependensi merupakan suatu persepsi bahwa dalam suatu kegiatan bersama (kelompok) apa yang dilakukan dan dicapai seorang anggota kelompok berhubunganan saling memiliki keterkaitan dengan apa yang dilakukan dan dicapai oleh seorang anggota kelompok yang lain, sehingga masing-masing tidak akan berhasil kecuali jika semua anggota melakukan bagian tugasnya masing-masing. Kebersamaan melakukan tugas demi tercapainya tujuan bersama yang diutamakan, bukan terselesainya tugas bersama. Positif interdependensi merupakan jantung Cooperative Learning untuk memenuhi persyaratan ini para guru harus menstrukturkan tugas-tugas belajar, sampai para siswa merasakan bahwa mereka tenggelam bersama atau berenang bersama.

2.      Individual accountability (tanggung jawab perseorangan)
Keberhasilan dalam kerja kelompok merupakan keberhasilan setiap individu, untuk itu keberhsilan kerja kelompok sangat tergantung oleh keberhasilan individu. Jadi setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya masing-masing. Setiap anggota harus memberikan konstribusi yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Implikasinya dalam evaluasi, guru harus memberikan penilaian terhadap individu disamping penilaian terhadap kelompok.
Cooperative Learning ini diterapkan agar para siswa belajar lebih berhasil daripada ia belajar sendiri atau dalam non Cooperative Learning. Sebagai konsekuensinya, untuk menjamin bahwa tiap siswa berhasil dan benar-benar bertanggung jawab terhadap pelajarannya sendiri, maka para siswa harus dibebani tanggung jawab secara individual untuk mengerjakan bagian tugasnya sendiri dan mengetahui apa yang telah ditargetkan dan harus dipelajari.

3.      Face to face interaction(interaksi tatap muka)
Implementasi pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarakan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai suatu perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen, yang berasal dari budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan akademik yang berbeda,. Sehingga proses memperkaya antara kelompok akan terwujud.
Sekali guru menegakkan positif interdependensi, maka ia perlu memaksimalkan pemberian kesempatan kepada semua siswa untuk saling mempromosikan keberhasilan antara satu dengan yang lain dengan cara member bantuan, dukungan, semangat, dan saling menghargai usaha masing-masing untuk belajar. Terdapat aktifitas kognitif dan dinamika interpersonal ketika para siswa aktif terlibat dalam saling mempromosikan keberhasilan antara satu dengan yang lain. Kegiatan ini termasuk menerangkan secara verbal bagaimana seharusnya memecahkan masalah, mendiskusikan hakekat konsep yang dipelajari, mengajarkan pengetahuan yang dimiliki kepada teman sekelasnya dan menghubungkan pelajaran yang diperoleh sekarang dengan pelajaran yang lalu.

4.      Participation communication (partisipasi dan komunikasi)
Diantara tujuan pembelajaran kooperatif adalah melatih peserta didik unrtuk mempu berpartisipadsi dan berkomunikasi, peserta ddik perlu dibekali dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Misalnya dalam mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, cara menyatakan setuju dan cara menyanggah temannya harus dengan cara santun dan tidak memojokan teman yang lain.
Keterapilan komunikasi butuh waktu lama dalam melatih peserta didik, maka seharusnya guru disamping selalu melatihkan juga harus menjadi tauladan dalam komunikasi yang baik.

5.      Group processing
Pembelajaran kooperatif menekankan aktivitas siswa berama-sama secara kelompokdan tidak individual. Jangan biarkan siswa belajar sendiri yang mendorongnya menjadi individualis dan jangan pula dihadapkan pada kondisi kompetensi yang tidak sehat dengan sesama temannya. Namun ciptakan cara agar siswa belajar bekerja sama dalam kelompok.

C.    Kelemahan dan kelebihan
Setiap model pembelajaran memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Adapun kelebihan dan kelemahan Skrip kooperatif adalah:
a.    Kelebihan Skrip kooperatif adalah:
1.    Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan.
2.    Setiap siswa mendapat peran.
3.    Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
b.    Kekurangan Skrip kooperatif adalah:
1.    Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.
2.    Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas, sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).(miftahul,2011:79)

  1. Langkah-Langkah
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran cooperative learning, itu ada 10 langkah.
1.    Penyususnan secara jelas tentang tujuan belajar siswa
Di dalam Cooperative Learning guru harus merumuskan tujuan belajar siswa. Agar dapat memenuhi persyaratan tersebut seorang guru harus melakukan perencanaan dengan menyadari apa yang diharapkan siswa untuk diketahui dan mereka melakukan sendiri tanpa menghiraukan apakah hasil ini menekankan isis akademik, kemampuan proses kognitif, atau keterampilan. Para guru harus menerangkan dengan bahasa yang jelas tentang pengetahuan dan kemampuan tertentu yang harus diperoleh oleh para siswa dan menjalankannya pada hari-hari atau minggu-minggu setelah pertemuan kelompok. Cooperative Learning dan kelompok-kelompok Cooperative Learning yang lain hanyalah merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan dari pada tujuan pembelajaaran itu sendiri.

2.    Penerimaan siswa tentang tujuan hasil pembelajaran
Guru tidak cukup hanya merumuskan tujuan hasil belajar siswa, tetapi harus mengusahakan siswa sampai melihat tujuan belajar yang ingin dicapai dalam kelompok itu sebagai miliknya sendiri. Untuk memenuhi persyaratan ini para siswa sampai pada taraf mengetahui dan menerima fakta bahwa setiap orang didalam suatu kelompok itu memahami tujuan belajar yang ingin dicapai dalam kelompok dan berbagai keterampilan.

3.    Positif interdependensi
Positif interdependensi merupakan suatu persepsi bahwa dalam suatu kegiatan bersama (kelompok) apa yang dilakukan dan dicapai seorang anggota kelompok berhubunganan saling memiliki keterkaitan dengan apa yang dilakukan dan dicapai oleh seorang anggota kelompok yang lain, sehingga masing-masing tidak akan berhasil kecuali jika semua anggota melakukan bagian tugasnya masing-masing. Kebersamaan melakukan tugas demi tercapainya tujuan bersama yang diutamakan, bukan terselesainya tugas bersama. Positif interdependensi merupakan jantung Cooperative Learning untuk meemnuhi persyaratan ini para guru harus menstrukturkan tugas-tugas belajar, sampai para siswa merasakan bahwa mereka tenggelam bersama atau berenang bersama.

4.    Interaksi promotif tatap muka
Sekali guru menegakkan positif interdependensi, maka ia perlu memaksimalkan pemberian kesempatan kepada semua siswa untuk saling mempromosikan keberhasilan antara satu dengan yang lain dengan cara member bantuan, dukungan, semangat, dan saling menghargai usaha masing-masing untuk belajar. Terdapat aktifitas kognitif dan dinamika interpersonal ketika para siswa aktif terlibat dalam saling mempromosikan keberhasilan antara satu dengan yang lain. Kegiatan ini termasuk menerangkan secara verbal bagaimana seharusnya memecahkan masalah, mendiskusikan hakekat konsep yang dipelajari, mengajarkan pengetahuan yang dimiliki kepada teman sekelasnya dan menghubungkan pelajaran yang diperoleh sekarang dengan pelajaran yang lalu.

5.    Tanggung jawab individual
Cooperative Learning ini diterapkan agar para siswa belajar lebih berhasil daripada ia belajar sendiri atau dalam non Cooperative Learning. Sebagai konsekuensinya, untuk menjamin bahwa tiap siswa berhasil dan benar-benar bertanggung jawab terhadap pelajarannya sendiri, maka para siswa harus dibebani tanggung jawab secara individual untuk mengerjakan bagian tugasnya sendiri dan mengetahui apa yang telah ditargetkan dan harus dipelajari.

6.    Pengakuan umum dan hadiah-hadiah bagi keberhasilan akdemik kelompok
Para guru harus memperhatikan tingkat keberhasilan masing-masing kelompok. Tiap tingkatan skor kelompok perlu diperhatikan untuk memperoleh tingkatan pengakuan atau hadiah.

7.    Kelompok yang heterogen
Para guru perlu mengorganisir siswa menjadi lebih banyak kelompok. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat tercampur secara heterogen atas dasar kemampuan akademik status social ekonomi, suku, agama, gender, dan sebagainya.

8.    Keterampilan social
Dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok para siswa harus bekerja sama dalam kelompok sebagai kelompok. Oleh karena itu, para siswa perlu memiliki keterampilan social. Untuk menunjang keterampilan social ini maka para guru perlu menerangkan tingkah laku-tingkah laku dan sikap interaksi social yang diharapkan untuk dilakukan. Tingkah laku ini mencakup kepemimpinan, pembangunan kepercayaan, komunikasi, menejemen konflik, kritik konstruktif, dan pemberian semangat.

9.    Refleksi kelompok terhadap proses kerja kelompok
Proses kelompok terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka mencapai tujuan dan memelihara kerja sama yang efektif. Para siswa mengetahui seberapa jauh mereka telah mencapai tujuan dan efektifitas kerja sama yang telah mereka lakukan. Untuk membenatu para siswa mencapai persyaratan tersebut, guru memberikan tugas refleksi dan asesmen tingkah laku interaksi kelompok mencapai target tingkah laku pemrosesan yang penting.

10.    Cukup waktu untuk belajar
Tiap siswa dan tiap kelompok harus memiliki waktu yang mereka butuhkan didalam mempelajari informasi dan kemampuan-kemampuan yang ditargetkan sampai pada sesuatu taraf yang diharapkan. Jika para siswa tidak memilki waktu yang cukup untuk mempelajari, keuntungan akademik Cooperative Learning akan menjadi terbatas.
Berikut adalah langkah-langkah untuk menerapkan tipe Cooperatif Script, adalah (Riyanto,2009:280):
1.    Guru membagi siswa untuk membuat pasangan.
2.    Guru membagi wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3.    Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4.    Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin dengan memasukan ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar:
a.    Menyimak/mengoreksi/melengkapi ide-ide pokok yang kurang lengkap.
b.    Membantu mengingat/ menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5.    Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Kemudian lakukan seperti kegiatan tersebut.
6.    Merumuskan simpulan bersama-sama siswa dan guru.
7.    Penutup.



E.     Aplikasi pada pembelajaran matematika pada pokok bahasan relasi dan fungsi
Pada langkah kedua penerapan tipe Cooperatif Script, guru membagikan wacana/materi kepada tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan. Adapun materi yang diberikan kepada siswa dalam aplikasi tipe cooperative script pada pelajaran matematika sebagai berikut.

RELASI DAN FUNGSI

A.      RELASI
Pemilu di Indonesia diadakan setiap lima tahun sekali. Pada pesta demokrasi ini para pemilih yang memenuhi syarat berhak untuk memilih salah satu calon presiden yang akan menjabat sebagai kepala negara Indonesia selama lima tahun kedepan. Di dalam proses pemilu, perhitungan suara dilakukan setelah menyelesaikan hasil pencatatan hasil surat suara yang dinyatakn sah. Salah satu syarat surat suara dinyatakan dah apabila pemilih hanya mencoblos satu gambar calon presiden dan tidak boleh lebih.
Uraian diatas dapat menyatakan hubungan sebagai berikut. Seorang pemilih hanya berhak memilih satu calon presiden, sedangkan satu calon presiden dapat dipilih oleh lebih dari seorang pemilih. Diagram ilustrasi keadaan tersebut sebagai berikut.





Penulisan diagram seperti di atas dan sifat-sifat yang berlaku di dalamnya disebut fungsi dan penghubung antara pemilih dengan capres (ditunjukan dengan panah) disebut relasi.
Untuk memahami konsep tentang relasi, perhatikanlah contoh berikut. Diketahui dua buah himpunan, himpunan A yang beranggotakan nama-nama anak, yaitu Nia, Doni Cica, dan himpunan B beranggotakan jenis-jenis makanan, yaitu bakso, mie, dan soto. Kedua himpunan tersebut apabila ditulis dalam bentuk himpunan, diperoleh:
A = {Nia, Doni, Cica}
B = {Bakso, Mie, Soto}
Ketiga anak tersebut diberi pertanyaan tentang makanan kesukaannya dan diperoleh hasil sebagai berikut.
1.                   Nia suka makan bakso.
2.                   Doni suka makan bakso dan mie.
3.                   Cica suka makan mie, dan soto.

Hal tersebut dapat ditulis dalam bentuk diagram sebagai berikut




HIMPUNAN A dan himpunan B dalam diagram diatas menggunakan relasi yang dinyatakan dengan diagram panah. Diagram panah di atas menyatakan bahwa himpunan A berelasi “suka makan” dengan himpunan B.
Dari uraian tersebut, diperoleh pengertian mengenai relasi sebagai berikut.
Suatu relasi dari himpunan A ke himpunan B dalah pasangan korespondensi anggota A dengan anggota B. Daerah himpunan A disebut domain (daerah asal). Daerah himpunan B disebut kodomain (daerah kawan).
Selain dengan diagram panah suatu relasi dapat dinyatakan dalam pasangan berurutan dan grafik sebagai berikut. Relasi dalam pasangan berurutan:
R = {(Nia, Bakso), (Doni, Bakso), (Doni, Mie), (Caca, Mie), (Caca, Soto)}.
Relasi dalam grafik:
Dalam bentuk grafik berikut Nia, Doni, dan Cica dilambangakan dengan N, D, dan C, dan makanan bakso, mie, dan soto dilambangkan oleh x, y, dan z.





Relasi dari dua himpunan ditulis dengan lambang “R” sesuai dengan pengertian barikut.
Relasi dari A ke B adalah himpunan bagian dari “A × B” ditulis R A × B. Apabila A = B maka relasi dai A ke B disebut relasi pada A atau relasi pada B.
Dalam bentuk pasangan berurutan, relasi secara grafik diatas dapat ditulis sebagai berikut.
R = {(N,x), (D,x), (D,y), (C,y), (C,z)}

B.       FUNGSI
Pada gambar disamping diperlihatkan diagram panah suatu relasi dari himpunan A ke himpunan B, dengan A={a, b,c} dan B={p, q, r,s}. tampak bahwa setiap anggota himpunan A dihubungkan dengan tepat satu anggota himpunan B. Relasi yang berciri demikian disebut fungsi atau pemetaan.
Jika fungsi itu diberi nama f, maka fungsi tersebut dituliskan dengan lambang
f : A → B (dibaca:  f  memetakan A ke B)
Pada gambar diatas , fungsi atau pemetaan dari himpunan A ke himpunan B dapat dibaca sebagai berikut:
i)      f  memetakan a Є A ke p Є B, dikatakan “p adalah peta a oleh f”.dan ditulis f (a) = p.
ii)    f  memetakan b Є A ke q Є B, dikatakan “q adalah peta b oleh f”.dan ditulis f (b) = q.
iii)  f  memetakan c Є A ke r Є B, dikatakan “r adalah peta c oleh f”.dan ditulis f (c) = r.
Apabila fungsi f memetakan setiap x Є A dengan tepat ke satu anggota  y Є B, maka
f : x → y (dibaca: y adalah peta dari x oleh f)
Peta dari x Є A oleh fungsi f sering detuliskan sebagai f(x) dan bentuk f(x) disebut rumus bagi fungsi f.
Sebagai contoh, fungsi f : xx2 – 2x +  3 dapat dinyatakan:
a)      rumus untuk fungsi f adalah f (x) = x2 - 2x +  3 dengan x Є R.
b)      peta dari 0 adalah f(0) = (0)2 – 2(0) + 3= 3
peta dari 1 adalah f(1) = (1)2 – 2(1) + 3= 2, . . . dan seterusnya.
Ingat bahwa f(0) adalah nilai fungsi f(x) untuk x = 0.
Jadi, secara umum f(a) = a2 – 2a + 3 adalah nilai fungsi f untuk x = a.
c)      grafik fungsi f digambarkan dengan persamaan y = x2 – 2x +  3




Beberapa Macam Fungsi Khusus
Fungsi-fungsi yang teramsuk dalam fungsi khusus diantaranya adlah fungsi konstan, fungsi identitas, fungsi linear, fungsi kuadrat, dan fungsi modulus.
1.    Fungsi konstan
Fungsi konstan adalah suatu fungsi y = f(x) sama dengansebuah konstanta (tetapan) untuk semua nilai x dalam daerah asalnya. Artinya untuk semua nilai x dalam daerah asal Df  hanya berpasangan dengan sebuah nilai dalam wilayah hasil Wf, dalam bentuk pemetaan, fungsi konstan ditulis sebagai
f : xf(x) = k
dengan x Є R dan k adalah sebuah konstanta atau nilai tetapan.

2.    Fungsi identitas
Fungsi identitas adalah fungsi y = f(x) dengan f(x) = x untuk semua nilai x dalam daerah asalnya. Ini berarti untuk sebuah nilai x dalam daerah asal Df berpasangan dengan nilai x itu sendiri dalam wilayah hasil Wf. Fungsi identitas f(x) = x seringkali dituliskan sebagai I(x) = x (I menyatakan identitasnya).

3.    Fungsi linear
Fungsi linear adalah fungsi y = f(x) dengan f(x) = ax + b (a dan b Є R, a ≠ 0) untuk semua x dalam daerah asalnya. Fungsi linear juga dikenal sebagai fungsi polinom atau fungsi suku banyak berderajat satu dalam variabel x.

4.    Fungsi kuadrat
Fungsi kuadrat adalah y = f(x) = ax2 + bx + c (a, b, dan c Є R, a ≠ 0) untuk semua nilai x dalam daerah asalnya. Fungsi kuadrat juga dikenal sebagi fungsi polinom atau fungsi suku banyak berderajat dua dalam variabel x. grafik fungsi kuadrat dalam bidang Cartesius dikenal sebagai parabola.

5.    Fungsi modulus atau fungsi nilai mutlak
Fungsi modulus atau fungsi nilai mutlak adalah fungsi y = f(x) dengan f(x) = |x| untuk semua nilai x dalam daerah asalnya.bentuk |x| dibaca sebagai “nilai mutlak x” dan di definisikan sebagai berikut:
            Untuk setiap bilangan real x, maka nilai mutlak x ditentukan oleh aturan
Oleh karena nilai mutlak suatu bilangan real x tidak pernah negative, maka grafik fungsi y = f(x) = |x| tidak pernah terletak dibawah sumbu X.




























DAFTAR PUSTAKA

A’la, Miftahul. 2011.Quantum Teaching. Jogjakarta: Diva Press.
Hakim, Lukmanul.2009. Perencanaan Pembelajaran .Bandung: Wacana Prima.
http://hayardin-blog.blogspot.com/2012/09/model-pembelajaran-kooperatif-script.html#ixzz2ERMvZAIh
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama. 
Riyanto, Yatim.2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sumadi dkk. 2008. Matematika Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Wirodikromo, Sartono. 2006. Matematika Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.



0 komentar:

Posting Komentar